Camilan ternyata memiliki peran penting dalam rut...
Read MoreAtmosfer adalah lapisan gas yang menyelimuti plan...
Read MoreIbu Amy mengatakan bahwa mental anak yang sehat p...
Read MoreKebanyakan orang tua mungkin ingin anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang rajin dan pintar. Namun, tentunya semua itu tidak bisa didapatkan secara instan, dan harus melewati proses pembelajaran yang sangat panjang.
Tidak jarang anak justru berada di posisi terpaksa untuk belajar atau membaca. Padahal, semua yang berlebihan justru dapat mengakibatkan bahayanya tersendiri, apalagi jika anak-anak tidak bisa menikmatinya. Jika si kecil terlalu banyak belajar, maka beberapa dampak buruk ini bisa saja dialami.
burnout
Burnout adalah kondisi dimana anak merasa sangat lelah akibat terlalu banyak belajar. Efek burnout anak juga mirip dengan yang dialami orang dewasa jika terlalu banyak bekerja.
Orangtua seharusnya bisa memahami risiko burnout pada anak apabila masih terus memaksa mereka untuk belajar. Bukannya menikmati proses pembelajaran dengan baik, mereka malah rentang mengalami stress dan akhirnya waktu yang dihabiskan di depan buku akan sia-sia.
Kata siapa anak tidak bisa mengalami depresi? Nyatanya anak-anak juga berpotensi besar untuk mengalami depresi. Yang membedakan antara depresi pada orangtua dan anak-anak hanyalah penyebabnya.
Terlalu sering belajar bisa meningkatkan risiko depresi pada si kecil. Depresi ini bisa terjadi jika anak merasa terkekang dan stress dengan aturan belajar. Jika sudah begitu, maka psikis anak bisa terpengaruh dan akhirnya mengakibatkan gangguan belajar.
Harus disadari bahwa anak-anak juga makhluk sosial yang butuh bersosialisasi dengan lingkungannya. Memaksa mereka untuk terus belajar hanya akan membatasi kemampuan sosialisasi anak.
Hal inilah yang seharusnya dipahami oleh orangtua, sehingga tidak lagi memaksa si kecil untuk terlalu banyak belajar. Jangan sampai anak merasa terlalu tertekan dengan kewajiban belajarnya hingga ia tidak mampu bersosialisasi.
Tujuan orang tua meminta anak belajar memang baik, karena ingin mereka tumbuh menjadi seseorang yang pintar. Namun, sebenarnya proses belajar memiliki cara-cara tersendiri yang tidak dapat dilakukan dalam satu waktu.
Jika memaksanya belajar dalam frekuensi tinggi, justru berpotensi membuat anak hanya menyerap sedikit ilmu. Hal ini malah membuat mereka merasa sia-sia karena sudah banyak belajar, namun hanya sedikit yang bisa dipahami.
Risiko lainnya dari belajar secara berlebihan ternyata tidak hanya berdampak secara psikis saja, tapi juga fisik. Ini karena terkadang anak merasa stress berlebih sehingga akan berdampak terhadap kondisi fisiknya.
Anak yang dipaksa belajar dengan intensitas tinggi akan lebih rentan sakit karena minim waktu istirahat dan stress. Oleh karenanya, orangtua sebaiknya tidak memberikan terlalu banyak beban pada anak yang dapat membuatnya tertekan.
Itulah dampak negatif karena terlalu banyak belajar yang bisa dialami oleh anak-anak. Sekarang orangtua seharusnya paham bahwa semua yang berlebihan itu tidak baik. Memaksa si kecil untuk terus belajar juga dapat memengaruhi kondisi psikis juga fisiknya. Apalagi jika metode belajar yang digunakan tidak sesuai dengan cara belajar anak. Jadi, mulai sekarang yuk lebih mengerti dan jangan menekan anak!
Baca juga: Apa Itu Bilingual? Mari Terapkan Sejak Dini untuk Perkembangan Anak
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR