Kunjungan Pengurus Harian Ke Cimahi
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Kepala Badan Standar, Kuriku...
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Direktur Kepala Sekolah, Pen...
Read More
Sumber foto: Nakita.grid
Memasuki usia remaja mungkin menjadi masa yang menantang bagi orangtua untuk mendisiplinkan anak. Usia yang sudah bukan lagi anak-anak membuat banyak usaha yang dilakukan untuk mendisiplinkan remaja tidak mempan.
Sebab, sikap mengomel, memerintah, hingga meneriaki anak agar mau mengikuti ucapan orangtua rasanya sudah tidak lagi mereka hiraukan.
Sikap memberontak mereka yang enggan melakukan ini dan itu seringkali membuat orangtua stress dan merasa kurang dihormati. Padahal, sikap memberontak ini ternyata memiliki alasan secara ilmiah, lho.
Dengan mengetahui alasannya, mungkin orangtua dapat lebih memahami anak dan mencari cara yang lebih baik untuk mendisiplinkan mereka.
Lalu, mengapa anak remaja memberontak menurut penelitian? Berikut rangkumannya.
Alasan Anak Remaja Memberontak Menurut Penjelasan Ilmiah
Menurut studi yang dilakukan Stanford School of Medicine, remaja berusia 13 tahun ke atas mulai enggan mendengarkan ucapan orangtua karena secara neurologis, mereka memproses suara orangtuanya secara bertahap.
Nah, saat menginjak remaja, otak akan menutup gelombang suara orangtua dan anak mulai mengenal suara lainnya.
Di usia inilah, anak remaja mungkin akan lebih mudah mempercayai perkataan orang lain dibandingkan orangtuanya dan mudah terhasut.
Ini juga yang menjadi alasan mengapa anak remaja mulai tertutup dengan orangtua dan memilih bercerita dengan temannya yang dirasa lebih memahami dirinya.
Perubahan pada Perkembangan Otak Anak
Sumber foto: Kompas
Perkembangan otak anak remaja menjadi perubahan besar, yang awalnya lebih memperhatikan suara orangtua, kini semakin mengenali suara orang lain.
Berdasarkan penelitian tersebut, para remaja melakukan pemberontakan karena didisiplinkan oleh orangtuanya bukan karena mereka ingin, namun secara neurologis, anak remaja memproses suara orangtuanya secara berbeda saat mereka remaja ketimbang dengan saat kanak-kanak.
Alasan terbesarnya adalah karena pemindaian otak anak usia remaja merasa bahwa suara orangtua seperti gelombang suara guru yang memerintahnya.
Selain itu, semakin beranjak besar, anak-anak juga mulai mengembangkan kemampuan mereka secara mandiri. Sehingga, mereka tidak ingin dikekang lagi sebagaimana saat kanak-kanak dahulu.
Anak Mulai Mengalami Perubahan di Usia 13 dan 14 Tahun
Menurut para peneliti tidak ditemukan adanya perbedaan antara remaja perempuan maupun laki-laki. Umumnya, anak remaja mengalami perubahan tersebut saat memasuki usia 13 dan 14 tahun.
Biasanya, mereka akan lebih fokus kepada “teman non-keluarga”, termasuk orang-orang yang baru mereka kenal. Hal ini membuat anak remaja lebih tertutup pada orangtua nya, bahkan untuk sekedar berinteraksi maupun sebagai pembimbing mereka.
Ini karena mereka mulai belajar mandiri yang dipicu oleh sinyal biologis. Sinyal tersebut akan membantu anak remaja terlibat dengan dunia dan menjalin koneksi yang memungkinkannya mahir secara sosial di luar keluarganya.
Jadi, anak-anak memberontak dan menolak disiplinkan bukan semata karena ingin, ya. Ini karena perkembangan otak dan pertumbuhan usia dimana mereka mulai mempelajari kehidupan mandiri.
Sebab, akan ada masanya anak-anak lebih memilih privasi mereka dan mulai menolak saran orangtuanya.
Alih-alih terus memarahi dan membentak anak karena tidak mau mendengarkan, sebaiknya berikan arahan pada mereka untuk tetap di jalan yang positif sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
Baca juga: Benarkah Musik Berpengaruh Terhadap Konsentrasi Belajar?
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR
Develope by FMG