Sumpah Pemuda merupakan pergerakan bersejarah par...
Read MoreRiuh rendah suara memenuhi lapangan indoor SPK PE...
Read MorePada era teknologi yang berkembang pesat, penting...
Read MoreFoto: Presentasi kelompok 6 yang mengangkat tema kesehatan mental dalam IT Camp
Program IT Camp yang dicanangkan oleh SMAK 7 PENABUR merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan meningkatkan kreativitas peserta didik di bidang teknologi dan menerapkannya dalam pembuatan produk teknologi melalui aplikasi pada era digital. Melalui program ini, peserta didik melakukan pembuatan proposal yang didampingi oleh tenaga pendidik selama satu bulan.
Febri Pramudya Wardani selaku ketua pelaksana menjelaskan bahwa hasil proposal yang telah dibuat akan divalidasi oleh para dosen Universitas Bina Nusantara (9/6). “Setelah validasi proposal dilakukan, peserta didik akan mendapatkan paparan materi sesuai dengan topik yang diminati melalui kegiatan workshop selama dua hari dan pada hari ketiga dilakukan presentasi proposal.” ujar Febri.
IT Camp diikuti oleh peserta didik kelas X dan XI SMAK 7 PENABUR yang menghasilkan sebanyak 40 proposal. Proposal aplikasi yang diusung memiliki tema beragam mulai dari kesehatan mental, olahraga, kuliner, dan lain-lain. Proposal kemudian dikemas dalam presentasi yang menarik oleh para peserta didik.
Jose Antolin, perwakilan dari kelompok 6 menceritakan pengalamannya mengikuti IT Camp. Ia bersama keempat temannya dalam satu tim mengusung isu kesehatan mental yang diimplementasikan dalam aplikasi bernama Bantu Teman (21/6). Harapannya, Bantu Teman dapat menjadi platform aplikasi sebagai sarana bagi orang-orang untuk berbagi dengan mengekspresikan seluruh pengalaman atau permasalahan pribadinya.
“Platform ini bertujuan sebagai wadah bagi orang-orang bisa bercerita. Semua yang tergabung dalam platform tersebut akan mendapatkan kemudahan akses terhubung dengan psikolog menggunakan koin. Koin akan didapatkan setelah pengguna melakukan top up coin atau memainkan games yang tersedia. Pengguna juga bisa bercerita secara anonim dan mendapatkan respon dari pengguna lainnya. Kemudian terdapat webinar dan podcast.” terang Jose.
Dalam pelaksanaan IT Camp selama tiga hari, peserta didik didorong untuk membuat Activity Diagram, membuat aplikasi, dan mendesain UI (User Interface). Ketiga kegiatan ini dilakukan dengan pendampingan tenaga pendidik sekolah, dosen, dan mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Peserta didik yang terlibat merasa mendapatkan dukungan yang sangat suportif dan berdedikasi.
“Dalam pelaksanaannya, kami merasa masih terdapat banyak hal yang membingungkan. Namun demikian para pendamping dengan sabar mau menjelaskan satu persatu sehingga kami bisa memahami proses-proses itu.” ujar Jose.
Jose dan tim mengaku ada banyak hal yang dapat dipelajari selama mengikuti IT Camp. Ia menerangkan bahwa mereka melakukan eksplorasi dan penggalian ide-ide kreatif melalui pembuatan proposal. Selain itu, pembuatan proposal juga melatih kerja sama dan solidaritas tim mereka. Hal ini mendorong perkembangan keterampilan soft skill yang baik bagi para peserta didik pada era digital.
Pada era digital ini terdapat beragam tantangan dalam mengembangkan keterampilan soft skill termasuk dalam pengembangan karakter. Ayub Wahyono, Kepala Biro Kerohanian BPK PENABUR Jakarta menjelaskan bahw pada era digital berbagai informasi dapat tersebar dengan mudah dalam hitungan detik. Informasi yang buruk tentu saja akan membawa pengaruh yang negatif pada anak-anak.
“Pendidikan karakter akan menjadi benteng pertahanan atas masuknya berbagai informasi atau pengaruh buruk yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kristiani. Oleh karena itu, anak-anak juga harus dibekali dengan literasi digital, agar tidak mudah terbawa oleh arus negatif pada era digital.” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dalam 3 basis, yakni basis kelas, kultur dan komunitas. Implementasi berbasis kelas dapat dilakukan melalui seluruh program, kegiatan, dan aktivitas secara klasikal dalam pembelajaran di kelas.
“Implementasi berbasis kultur dapat meliputi seluruh program, kegiatan, dan aktivitas serta peraturan atau kebijakan yang dilakukan di lingkungan sekolah. Sedangkan basis komunitas meliputi seluruh program, kegiatan, dan aktivitas yang dilakukan baik dalam maupun di luar lingkungan sekolah yang melibatkan pihak-pihak luar seperti gereja, keluarga, alumni, dan masyarakat.” pungkasnya.
***
Mari bergabung di BPK PENABUR Jakarta https://psbjakarta.bpkpenabur.or.id/
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR