Tong-Ting-Tang…..Tong-Ting-Tang…. Wah…indahnya suara dari alat musik kolintang ternyata mampu memanjakan telinga para pendengarnya ya. Hai Best Teens, kali ini kita akan membahas dan mengupas habis informasi yang menarik dari kolintang. Sebelum itu, kalian tahu tidak apa itu kolintang?
Kolintang adalah alat musik tradisional yang terdiri dari bilah-bilah kayu yang disusun berderet dan dipasang di atas sebuah bak kayu. Jika dipukul, kolintang dapat menghasilkan nada suara mulai dari nada rendah, sedang, dan tinggi. Kolintang merupakan alat musik dari daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Pada awalnya, Kolintang dimainkan untuk upacara ritual adat yang berhubungan dengan roh leluhur dan menjadi musik pengiring panen raya. Semula, kolintang terdiri dari beberapa potongan kayu yang diletakan berjajar diatas dua batang pisang sehingga menghasilkan suara beragam. Ketika Pangeran Diponegoro yang diasingkan ke Minahasa, beliau membawa seperangkat gamelan yang perangkat alat musiknya peti resonator. Hal ini lah yang memengaruhi bentuk tampilan kolintang dengan menggunakan peti resonator seperti saat ini.
Seiring berjalannya waktu, kolintang mengalami perkembangan menjadi seperti sekarang ini dan sudah memiliki nada yang komplit. “Kalau dulu kan kolintang sangat terbatas nadanya, tidak ada nada yang setengah, tetapi sekarang sudah komplit seperti alat musik internasional lainnya,” ucap Bp. Andreas Farijan, pelatih ekstrakurikuler kolintang.
Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) merupakan organisasi yang berkomitmen memperkenalkan dan melestarikan musik kolintang. PINKAN yang didirikan pada 27 Februari 2011, bertugas untuk mengkoordinasikan grup kolintang dan festival kolintang. Festival-festival kolintang sering diselenggarakan diberbagai institusi baik di dalam maupun di luar negeri. PINKAN bersama pemain musik kolintang sedang gencar-gencarnya untuk mempromosikan kolintang kepada masyarakat internasional dan memperjuangkan kolintang agar diakui sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO.
Nah, bicara tentang festival kolintang SMPK PENABUR Kota Modern juga pernah mengikuti festival di Taman Mini Indonesia Indah dan berhasil meraih juara 3 dalam festival tersebut. Tidak heran jika ekstrakulikuler kolintang di SMPK PENABUR Kota Modern sangat populer. Keseruan memainkan alat musik kolintang menjadi daya tarik bagi siswa bahkan guru-guru di SMPK PENABUR Kota Modern. “Dengan ekskul kolintang yang ada di SMPK PENABUR Kota Modern, kita dapat bertemu dengan teman baru dan mempelajari cara bermain kolintang yang merupakan hal baru dan unik, selain itu pelatih ekskurikuler kolintang di PKM juga sangat ramah, asik, dan sabar dalam mengajarkan kami untuk mempelajari kolintang,” ucap Maggiesa Lovenia Ayudiani, siswa kelas 9B.
Cara memainkan kolintang tidaklah sulit namun membutuhkan konsentrasi dan niat dalam bermain kolintang, “Bahkan anak yang tidak mengenal tempo pun jika dia memiliki dasar musikal yang bagus maka akan gampang memainkan alat musik ini,” ucap pelatih kolintang, Bp. Andreas. Kolintang ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tongkat kecil atau disebut mallet. Tongkat kecil ini umumnya dibalut bantalan kain atau benang pada bagian ujungnya. Kolintang dimainkan secara kelompok, sehingga sangat diperlukan kerja sama yang baik dalam memainkannya agar dapat menghasilkan suatu pertunjukan yang menarik dan harmonis. Bermain kolintang mampu menumbuhkan rasa cinta terhadapt musik kolintang agar mampu menampilkan pertunjukan yang menarik.
Alat musik kolintang dapat mengiringi semua jenis musik. Berbagai genre musik dapat diiringi oleh alat musik kolintang. Dari musik pop, jazz, keroncong, hingga musik rock. Hal inilah yang menjadi daya tarik musik kolintang dikalangan remaja. Remaja yang ingin bernyanyi dalam genre musik apapun dapat diiringi oleh musik kolintang. Tentunya hal ini memberikan nuasa pertunjukan yang unik dan menarik. Bisa dibayangkan bagaimana serunya melihat pertunjukan kolintang.
Best Teens, ternyata memainkan alat musik kolintang dapat menjadi sarana pembangunan karakter remaja. Karena kolintang harus dimainkan dalam tim, tentunya dibutuhkan kerja sama dan dapat melatih kesabaran pemainnya. Selain itu, bermain kolintang juga menumbuhkan nilai keseimbangan, nilai demokrasi, saling menghargai, dan menghormati antar pemain. Tentunya hal ini sesuai dengan pendidikan karakter yang diajarkan oleh sekolah BPK PENABUR melalui Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kristiani (PKBN2K).
Selain mampu menumbuhkan karakter yang baik, remaja juga berperan melestarikan dan mencintai kesenian tradisional agar tidak punah. “Untuk anak muda, jangan malu untuk mempelajari seni budaya negara sendiri, teruslah bermain kolintang sehingga budaya kita makin dikenal baik di dalam maupun di luar negeri,” ucap Bp. Andreas Farijian. Yuk, Best Teens kita terus cintai budaya tradisional dengan cara mempelajari dan memainkannya!
Sumber : SMPK PENABUR Kota Modern
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR