Dunia berubah begitu cepat dalam 50 tahun terakhi...
Read MoreSetelah talkshow berlangsung di YouTube Channel B...
Read MoreKembali mengudara (15/04), program Sekolah di Uda...
Read MoreHugo Nathanael Yuwono, Peserta Didik SMAK 1 PENABUR
Hugo Nathanael Yuwono meraih penghargaan internasional, The Diana Award, berkat kontribusinya dalam bidang sosial. Ia mendirikan organisasi amal Math for Humanity sejak awal masa pandemi. Donasi yang terkumpul mencapai Rp 100 juta dan disalurkan ke panti asuhan, yayasan disabilitas, serta sukarelawan Covid-19.
Sebuah notifikasi surat elektronik muncul di layar ponsel Hugo Nathanael Yuwono pada Mei lalu. Isinya pemberitahuan bahwa ia menjadi penerima The Diana Award 2022 karena kontribusinya melalui organisasi nonprofit, Math for Humanity, yang ia dirikan pada awal masa pandemi, dua tahun lalu. "Saya merasa senang dan bersyukur kepada Tuhan karena kerja kami diapresiasi bukan hanya oleh orang-orang yang kami bantu, tapi juga kancah internasional," kata remaja berusia 16 tahun ini kepada Tempo, Jumat lalu.
The Diana Award merupakan penghargaan internasional untuk para remaja dan anak muda berusia 9-25 tahun atas kontribusi sosial mereka kepada masyarakat. Penghargaan ini dicetuskan bekas Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, pada 1999 untuk mengenang Putri Diana yang semasa hidupnya mempunyai kepedulian tinggi terhadap isu sosial.
Hugo menginisiasi Math for Humanity untuk berbagi dan mengasihi sesama. Organisasi ini menawarkan les atau kursus matematika dengan biaya terjangkau kepada pelajar sekolah dasar dan menengah pertama. Biaya tersebut seluruhnya digunakan untuk sumbangan ke panti asuhan, yayasan disabilitas, panti jompo, hingga sukarelawan Covid-19. Sejak organisasi ini didirikan, dana sumbangan yang terkumpul mencapai Rp 100 juta.
Pelajar kelas XII di SMAK 1 PENABUR ini menceritakan sudah dibiasakan sejak kecil untuk berbagi dengan anak-anak kurang beruntung. Misalnya, ketika berulang tahun, Hugo selalu merayakannya bersama anak-anak di panti asuhan. Ketika SMP, ia juga kerap terlibat dalam berbagai aktivitas bersama anak-anak yatim piatu, seperti menyanyi dan membantu mengerjakan pekerjaan rumah matematika.
Ketika pagebluk Covid-19 melanda pada 2020, Hugo tak bisa rutin mengunjungi panti asuhan lantaran adanya aturan pembatasan untuk mencegah penularan virus corona. Semula, ia berencana membantu pelajaran matematika secara daring. Tapi hal itu urung dia lakukan karena infrastruktur Internet dan perangkat di panti asuhan kurang memadai. Maka, tercetuslah ide mengadakan kursus berbayar. "Biayanya saya pakai buat disumbangkan atau didonasikan ke institusi-institusi, seperti panti asuhan," ujarnya.
Pada tahun pertama, Hugo menjalankan organisasi amal ini sendirian. Ia satu-satunya pengajar. Orang tuanya turut membantu menyebarkan informasi soal les matematika ini di grup-grup orang tua siswa. jadi, peserta kursus pun merupakan adik teman-teman sekolahnya semasa SD dan SMP. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah peminat les ini bertambah. Ada sekitar 20 murid SD-SMP yang mengikuti kursus berbayar di Math for Humanity.
Hugo lantas mengajak beberapa temannya menjadi coach. Walau tak bisa memberikan insentif dalam bentuk finansial, Hugo meyakinkan rekan-rekannya bahwa kegiatan ini bisa memberikan manfaat untuk diri sendiri. Salah satunya kepuasan ketika bisa membantu orang lain. Juga untuk mengembangkan diri. Baca selengkapnya...
***
Mari bergabung di BPK PENABUR Jakarta https://psbjakarta.bpkpenabur.or.id/
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR