Pelaksanaan Project Based Learning (PjBL) di BPK PENABUR Jakarta
Jakarta – BPK PENABUR Jakarta telah mengimplementasikan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada jenjang TK, SD, SMP, dan SLTA sejak tahun 2019. PjBL menjadi kurikulum pembelajaran yang dipersiapkan BPK PENABUR Jakarta dalam menghadapi kurikulum Merdeka Belajar yang dicetuskan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Untuk lebih memberikan pemahaman mengenai PjBL bagi peserta didik dan secara khusus bagi orang tua peserta didik, BPK PENABUR Jakarta menyelenggarakan talk show bertajuk “Get Involved in Your Child’s Project Based Learning”, Sabtu, 3 September 2022, pukul 10.00-11.00 WIB di kanal Youtube BPK PENABUR Jakarta.
Kumalasari Onggobawono, Kepala Divisi Pendidikan BPK PENABUR Jakarta Menyampaikan Kata Sambutan dalam Talk Show Bertajuk “Get Involved in Your Child’s Project Based Learning” (03/09)
“Tujuan dari PjBL adalah untuk mempersiapkan anak didik dalam menghadapi tantangan di masa depan, karena dengan PjBL anak-anak mampu terlibat secara langsung dan aktif dalam pembelajaran.” ujar Kumalasari Onggobawono, Kepala Divisi Pendidikan BPK PENABUR Jakarta.
Kumalasari juga menambahkan bahwa dengan PjBL peseta didik dapat belajar mengenai cara menginvestigasi, menyampaikan ide orisinal, berkolaborasi untuk membuat sebuah produk, serta mempresentasikan apa yang telah dipelajari.
David Nutchey, Curriculum Designer Asal Australia Menjadi Narasumber dalam Talk Show Bertajuk “Get Involved in Your Child’s Project Based Learning” (03/09)
David Nutchey, curriculum designer asal Australia yang merancang kurikulum PjBL BPK PENABUR Jakarta turut hadir menjadi narasumber dalam talk show. Bagi David, masa depan pendidikan di Indonesia adalah hal penting karena pendidikan mampu mempersiapkan anak-anak muda untuk menjadi yang terbaik di masa depan.
“PjBL merupakan pembelajaran yang bukan hanya sekedar mempelajari mata pelajaran di kelas seperti Matematika, Sejarah, ataupun Agama. PjBL lebih dari sekedar mengerjakan sebuah proyek maupun membuat kerajinan tangan atau seni.” tegas David dalam talk show.
Pada talk show ini, David memberikan penjelasan mengenai perbedaan antara model pembelajaran konvensional, dengan model pembelajaran PjBL. “Transfer konsep dalam pembelajaran konvensional dilakukan dari guru kepada peserta didik, sehingga disebut sebagai metode ceramah.” jelas David.
Namun, dalam PjBL, guru membantu peserta didik mencapai kompetensi melalui pengajaran yang ekspilisit, memberikan pemahaman untuk mengaplikasikan konsep tersebut, serta merespon kebutuhan peserta didik dalam belajar.
Lebih jauh, David menjelaskan bahwa melalui PjBL peserta didik mampu mengembangkan metakognitif. Metakognitif adalah kemampuan untuk menetapkan tujuan, memantau progress proyek, serta mengembangkan kemampuan dalam mengatur diri sendiri dan tugas-tugas proyek peserta didik.
“Melalui PjBL, peserta didik dapat belajar berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi (Critical Thinking, Creativity, Communication, dan Collaboration)." tutur David.
Berpikir kritis dalam PjBL termasuk ketika menerima dan memproses setiap informasi dan konsep yang diterima. Setiap mengerjakan proyek atau memecahkan permasalahan, peserta didik dituntut untuk berpikir kritis, mulai dari menganalisis, berdiskusi, hingga mengevaluasi setiap proyek yang sedang dikerjakan. Berpikir kritis juga diperlukan dalam menyusun dan mengikuti arahan, ketika membuat deskripsi logis serta penjelasan mengenai konsep dari suatu proyek.
Pada saat peserta didik berpikir kritis, maka kreativitas dan keterampilan berinovasi pun menjadi berkembang. Kemudian, manfaat lain dari berpikir kritis adalah peserta didik jadi memiliki ide yang orisinal, mempunyai pemikiran yang terbuka dalam mencari alternatif solusi untuk menghadapi masalah dan tantangan, serta mampu mengimplementasikan konsep-konsep dalam sebuah produk.
Aspek komunikasi dalam PjBL menjadi hal penting, terlebih pada saat peserta didik harus berkolaborasi dengan teman-temannya. PjBL mampu mengembangkan peserta didik dalam hal berkomunikasi, memahami, serta menyampaikan informasi berbentuk tulisan, lisan, maupun visual.
Lewat komunikasi, keterampilan untuk berkolaborasi akan terbentuk. Dalam berkolaborasi dibutuhkan sikap saling menghormati, toleransi, kompromi, berbagi tanggung jawab, dan menghargai usulan setiap anggota kelompok.
Testimoni Peserta Didik BPK PENABUR Jakarta Mengenai Project Based Learning (PjBL) di BPK PENABUR Jakarta
Esensi dari metode PjBL dirasakan oleh peserta didik BPK PENABUR Jakarta. Peserta didik SMPK PENABUR Gading Serpong, Kathiesa C. Sudjati, menyebutkan dengan PjBL Ia mampu belajar berkolaborasi dan bersosialisasi dengan teman sekelasnya.
“PjBL mampu meningkatkan kepercayaan diri dan kreativitas saya.” ungkap Nadine, peserta didik SMPK PENABUR Gading Serpong senada dengan Kathiesa.
“Saya senang dan antusias dengan adanya metode PjBL ini, karena saya melihat anak-anak saya menjadi semangat belajar.” tutur salah satu orang tua peserta didik dari SDK 1 PENABUR.
PjBL menjadi hal baru bagi orang tua peserta didik, sehingga pada talk show, David turut memberikan tips bagi orang tua untuk mendampingi anaknya dalam mengikuti PjBL.
Pertama, orang tua dapat bertanya dan mencari informask, proyek atau permasalahan apa yang sedang dikerjakan peseta didik. Kedua, orang tua harus mendengarkan dan memberikan komentar yang membangun. Ketiga, orang tua dapat memberikan contoh pada proyek yang sedang dikerjakan.
Orang tua cukup mengetahui apa yang sedang dikerjakan anaknya tanpa ikut memberikan solusi atau jawaban untuk menyelesaikan proyek yang sedang dikerjakan.
“Ketika orang tua terlalu terlibat dalam proyek peserta, maka peserta didik akan kehilangan kesempatan untuk belajar. Cukup memberi contoh cara berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif, tanpa memberikan informasi bagaimana menyelesaikan proyek tersebut.” tutup David.
***
Mari bergabung di BPK PENABUR Jakarta https://psbjakarta.bpkpenabur.or.id/
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR