Menghakimi tanpa mengadili..

BERITA LAINNYA - 03 May 2025

 

Matius 7: 1-2

”Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

 

 

 

 

 Pernahkah kalian bertanya mengapa Hakim disebut Yang Mulia dalam persidangan atau pengadilan? Apakah kedudukan Hakim itu lebih tinggi daripada Jaksa Penuntut atau Kuasa Hukum/Pengacara dari terdakwa?  begini alasannya. Hakim itu adalah sebuah profesi atau jabatan yang amat sakral karena dia memutuskan nasib orang lain. Hidup dan mati orang lain di dalam persidangan ada di tangan seorang hakim. Gelar Yang Mulia juga berimplikasi pada harapan masyarakat tentang betapa mulianya seorang Hakim sehingga diharapkan mereka bisa objektif dan adil dalam memutuskan sebuah perkara. Secara filosofis ada juga yang mengatakan bahwa hanya Hakim adalah utusan Tuhan yang pantas untuk mengadili di muka bumi ini. Itulah sebab mengapa Hakim selalu dipanggil dengan sebutan Yang Mulia. 

 

 

 

Menjadi Hakim juga tidaklah mudah. Banyak proses yang harus dijalani selain daripada menguasai teori-teori hukum dan aturan-aturan peradilan. Dengan proses yang panjang ini, seorang Hakim diharapkan mampu menghadirkan keadilan di tengah masyarakat. Hakim diharapkan tidak mau menerima suap dan mengatur hasil perkara sebelum disidangkan, Hakim harus jujur dan punya integritas tinggi. Dan itulah sebabnya, sebuah pengadilan itu dibuat berjenjang. Keputusan Hakim di Pengadilan Negeri dapat kita banding ke Pengadilan Tinggi. Di Pengadilan Tinggi, Hakim akan memeriksa kembali hasil persidangan di pengadilan sebelumnya. Setelah itu jika belum juga merasa adil, terdakwa masih bisa kasasi ke Mahkamah Agung, Peninjauan Kembali dan seterusnya. Intinya proses menuju pengadilan itu panjang, maka dibutuhkan Hakim yang betul-betul memahami dan memiliki rasa keadilan yang tinggi dan kejujuran tiada banding. 

 

 

 

Nah apa kaitannya dengan ayat renungan kita hari ini? ya kita sebagai orang yang bukan Hakim, atau tidak memiliki pendidikan Hakim, seringkali berlaku seperti Hakim. Kita seringkali menghakimi orang lain, bahkan tanpa mengadilinya. Kita seringkali melompat langsung kepada vonis tanpa pernah mencoba untuk melihat akar masalah secara mendalam. Contoh, misalnya di sekolah kita melihat anak yang nakal dan suka tawuran, orang cenderung sering menghakiminya dengan kalimat : "yaiyalah ga pernah diajarin orangtuanya, pasti anaknya jadi begitu". Padahal ternyata setelah ditelusuri, anak itu sudah yatim piatu yang selama ini tinggal di lingkungan kakek neneknya yang sakit-sakitan dan memerlukan bantuan orang lain, anak itu ternyata menyimpan dendam kepada Tuhan yang membiarkannya menjadi yatim piatu dalam usia semuda itu, belum lagi dia harus mengurus kakek neneknya yang sakit dan tidak bisa bekerja, dia melampiaskan semuanya ke dalam tawuran dan perkelahian. 

 

 

Kecenderungan kita adalah malas mencari tahu tapi rajin untuk menyimpulkan sesuatu. Padahal seharusnya sebelum sampai pada kesimpulan kita harus melakukan penelitian secara mendalam yang meskipun sudah mendalam masih sering ditemukan kekeliruan dalam kesimpulan. Maka hari ini yuk kita belajar untuk tidak menghakimi. Jika memang kita punya niat baik untuk membantu orang lain keluar dari masalahnya, yuk kita relakan waktu untuk bertanya dengan bahasa yang santun dan penuh kasih apa sebenarnya yang sedang terjadi. Tidak semua yang kita lihat di permukaan merupakan sebuah jawaban, seringkali kita harus menggali lebih dalam untuk mendapatkan bukti dan jawaban akhir. 

 

BERITA LAINNYA - 04 October 2022
Memulihkan Kasih yang Hilang
BERITA LAINNYA - 05 October 2022
Semangat yang Tak Pernah Padam
Semangat yang Tak Pernah Padam
BERITA LAINNYA - 06 October 2022
Janji Bunga Lili Putih
Janji Bunga Lili Putih
BERITA LAINNYA - 07 October 2022
Angin Berlalu
Angin Berlalu
BERITA LAINNYA - 08 October 2022
Dapet  Empat Ratus Ribuan per Bulan tapi Gak Nga-...
Dapet  Empat Ratus Ribuan per Bulan tapi Gak Nga-...
BERITA LAINNYA - 05 December 2023
World Crohn’s Disease and Colitis Awareness Week
BERITA LAINNYA - 01 December 2023
Berkolaborasi lewat Choipan...
Berkolaborasi lewat Choipan...
BERITA LAINNYA - 02 December 2023
Nasi Kuning Banjarmasin...
Nasi Kuning Banjarmasin...
BERITA LAINNYA - 03 December 2023
Sei Sapi, siapa yang mau??
 Sei Sapi, siapa yang mau??
BERITA LAINNYA - 04 December 2023
Pertama kali memasak Soto Lamongan
Pertama kali memasak Soto Lamongan
BERITA LAINNYA - 02 September 2024
Menggali Kekuatan dalam Gembira: Menghadapi Hidup...
BERITA LAINNYA - 02 September 2024
Kuasa dan Nyanyian: Pengalaman Pribadi dengan Tuh...
Kuasa dan Nyanyian: Pengalaman Pribadi dengan Tuh...
BERITA LAINNYA - 03 September 2024
Bebas dari Beban: Mengandalkan Tuhan dalam Segala...
Bebas dari Beban: Mengandalkan Tuhan dalam Segala...
BERITA LAINNYA - 04 September 2024
Takut pada Siapa? Ketika Tuhan Menjadi Segalanya
Takut pada Siapa? Ketika Tuhan Menjadi Segalanya
BERITA LAINNYA - 05 September 2024
Damai di Tengah Badai: Berpegang pada Janji Tuhan
Damai di Tengah Badai: Berpegang pada Janji Tuhan
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
26 Tahun Reformasi ..
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
Perjalanan Reformasi 26 Tahun Indonesia, apa saja...
Perjalanan Reformasi 26 Tahun Indonesia, apa saja...
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
Apa Sih yang Sudah Berubah dari Negara Kita Sejak...
Apa Sih yang Sudah Berubah dari Negara Kita Sejak...
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
Indonesia saat ini...
Indonesia saat ini...
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
The Reformation Of Indonesia
The Reformation Of Indonesia
BERITA LAINNYA - 28 February 2025
BERTUMBUH MENJADI DEWASA
BERITA LAINNYA - 10 February 2025
KEPEKAAN TUHAN TERHADAP PENDERITAAN MANUSIA
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 01 February 2025
Tantangan Menjadi Dewasa
Tantangan Menjadi Dewasa
BERITA LAINNYA - 08 February 2025
Persahabatan dan Pengampunan
Persahabatan dan Pengampunan
BERITA LAINNYA - 15 February 2025
Perjalanan Rohani yang Berkelanjutan
Perjalanan Rohani yang Berkelanjutan

Choose Your School

GO