Janji Bunga Lili Putih
BERITA LAINNYA - 06 October 2022
Janji Bunga Lili Putih
Celline Jeanatte Santosa
Dunia ini ialah tempat dingin yang kejam, dimana aku hanya bisa mengandalkan diriku seorang. Tak ada yang bisa aku percaya disini. Kekosongan dan kehampaan kurasakan meski di tengah keramaian yang ada. Sifat dinginku ini membuatku jarang tersenyum hingga disegani teman-teman lain. Seseorang untuk dipanggil sahabat pun tak ada, sampai dia hadir di hidupku.
Bermula semenjak SMA, dia adalah siswa baru di sekolah juga teman sekelasku. Berbeda dengan aku yang “dingin” ini, kepribadiannya sangatlah “hangat” terutama senyumannya yang manis itu. Suatu saat, seperti biasa, sepulang sekolah, aku tidak langsung pulang. Melainkan, mengunjungi kebun belakang sekolah yang sangatlah luas dan dipenuhi dengan beraneka ragam tanaman. Dekat dengan hamparan bunga mawar, aku meletakkan kain yang cukup besar agar aku bisa duduk sambil mendengarkan alunan lagu yang sudah aku siapkan. Sembari bernyanyi secara halus, tanpa ku sadari ada yang sedang memerhatikanku. Perlahan dia menghampiri dan duduk di sampingku, membuatku berhenti bernyanyi dan mematikan laguku itu karena presensinya.
“Ada apa?”, tanyaku pada dia.
“Cuman mau nemenin aja.”, jawabnya dengan tenang.
“Ngapain? Pergi gih! Aku mau sendiri.”, imbasku dengan kesal.
Kali ini dia hanya tersenyum dan aku dibuat bingung oleh tingkahnya itu.
“Sebenarnya, aku merhatiin kamu. Sendiri terus, jarang kulihat kau dengan yang lain. Semenjak hari pertama sekolah, aku kepengen temenan sama kamu. Entah kenapa kau menjauhi semua orang, jadi sulit buatku deket sama kamu.”, jawab dia dengan jujur.
“Yakin kau? Mau temenan sama orang yang kayak aku ini? Paling temenan karena kasian, kan?”, tanyaku dengan sinis.
“Yakin kok. Tujuanku murni hanya untuk menjadi orang yang bisa membuatmu tersenyum.”, jawabnya sambil melihatku.
Aku terkejut dengan pernyataannya itu sampai aku menatap balik matanya yang bersinar itu.
“Sudahlah, lebih baik kau pergi. Kau sama aja seperti yang lain,” jawabku sambil mengalihkan perhatianku dari matanya.
Dia tidak menjawab dan beranjak berdiri dengan memegang tanganku. Dia mengajakku ke sisi kebun sekolah yang penuh dengan bunga lili putih.
“Kau tahu? Bunga-bunga ini bermakna kesetiaan dalam sebuah persahabatan,” jawabnya sambil memegang erat kedua tanganku.
“Kalau begitu coba ku ulangi lagi ajakanku. Maukah kau berteman denganku? Di hadapan bunga-bunga putih yang setia ini, aku berjanji ngga bakal ninggalin kamu. Bagaimana?” tanyanya yang mengulangi pernyataan yang sudah dia buat sebelumnya.
Mendengar ketulusannya itu, aku dibuat terharu dengannya. Pada akhirnya aku menyetujui ajakannya untuk berteman.
“Kau teringat sama janjiku waktu itu ya? Kelihatan dari tadi melamun lihatin bunga lili doang,” jawabnya sambil menertawai aku.
“Ngga salah. Masih kagum aku dibuat sama kau, bisa nepatin janji sampai kini,” jawabku sambil menatap hamparan bunga lili tersebut.
“Ngga hanya kini, tapi hingga nanti ku kan tetap setia bersamamu,” jawab dia dengan senyumannya itu.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur