Sukacita dalam Berbagi Tanpa Melihat Perbedaan
BERITA LAINNYA - 14 January 2021
Sukacita dalam Berbagi Tanpa Melihat Perbedaan
Seperti biasa ketika saya menerima project untuk membuat social project, saya akan sangat bingung, terutama social project kali ini sangat spesial karena dikhususkan untuk mewujudkan praktik hidup multikulturalisme, sehingga saya akan melaksanakan social project ini kepada sesama saya yang berbeda. Saya terus berpikir, apa ya yang bisa saya lakukan untuk orang-orang diluar sana yang berbeda dari saya, entah itu dilihat dari latar belakang, suku, agama, maupun ras.
Lalu saya teringat dan melihat sendiri bagaimana para pengemudi ojek online mengalami kesulitan ekonomi, dimana mereka yang dulunya mungkin full orderan sepanjang hari, tetapi sekarang mereka harus menunggu berjam-jam untuk menerima orderan, bahkan rasanya sudah amat baik bisa mendapatkan satu orderan selama sehari akibat wabah COVID-19 yang tengah melanda negara ini. Banyak orang dirugikan, terutama para pekerja yang keseharian mata pencahariannya sangat bergantung terhadap situasi dan kondisi negara ini yang secara tiba-tiba berubah 180 derajat.
Sebelumnya, hampir semua orang akan berbondong-bondong keluar rumah untuk melakukan perjalanan ke kantor misalnya, namun sekarang harus tetap berada di rumah dan melaksanakan WFH atau bekerja dari rumah. Tentunya, hal ini berdampak besar kepada pengemudi ojek online yang dulunya akan mendapatkan begitu banyak orderan untuk mengantar para konsumen bepergian, tetapi sekarang semua orang dihimbau dan diwajibkan untuk tetap berada di rumah. Selain itu, yang dulunya kita dapat bebas memesan makanan secara praktis dan efisien dengan menggunakan fitur antar makanan dalam aplikasi ojek online, sekarang harus berubah total karena kebanyakan dari masyarakat sekarang akan memilih makan masakan rumah sendiri mengingat kehigienisan makanan tersebut.
Karena alasan inilah, saya memutuskan untuk membantu salah satu pengemudi ojek online, dalam hal ini adalah GOJEK, dalam memesan makanan. Nantinya, saya akan membeli satu porsi makanan yang lain bisa saya berikan kepada pengemudi ojek online tersebut. Besar harapan saya, dengan tindakan kecil yang saya lakukan dapat setidaknya dapat membantu keluarga beliau yang mungkin terkena imbas dari wabah COVID-19 ini.
Cerita sedikit mengenai orderan Go-Food yang saya pesan dan saya berikan kepada driver Go-Food tersebut, setelah saya memberi tahu bahwa makanan tersebut untuk bapaknya melalui chat, bapaknya tidak langsung merespon. Ternyata tidak lama, bapaknya langsung menelpon nomor hp saya dan tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada saya atas makanan dan orderannya hari ini. Beliau bercerita sudah 3 hari bagi beliau sulit untuk mendapatkan orderan sehingga pendapatan yang dibawa pulang pun tidak seberapa. Di sini saya sangat terharu karena beliau banyak cerita bagaimana beliau terdampak akibat COVID-19 ini.
Berlanjut setelahnya, ketika waktunya orderan tersebut diantarkan, driver GOJEK tersebut justru tetap ke arah rumah saya dan terus mengucapkan terima kasih secara langsung kepada saya. Jujur awalnya saya kaget karena beliau tetap datang secara khusus dan mengucapkan terima kasih. Di sini saya sadar bahwa untuk bapaknya mendapat orderan sangat sulit. Mungkin tidak hanya beliau, tetapi juga driver ojek online yang lain, saya berharap dengan tindakan yang tidak seberapa ini dapat membantu driver ojek online, Bapak Slamet dalam pekerjaannya.
Saya pribadi masih belajar untuk menerima perbedaan yang ada, terutama karena diri saya sendiri merupakan seorang minoritas di negara saya. Terlalu banyak hal yang mungkin dapat membuat saya sakit hati, entah celaan dari umat beragama lain terhadap kepercayaan, ataupun terhadap apa yang saya yakini, ataupun pembakaran terhadap rumah ibadah umat Kristiani. Tetapi kita saya tahu bahwa Tuhan Yesus saja mengampuni orang yang bersalah dan berdosa, bukankah hal itu juga yang saya harus lakukan sebagai anak Allah kepada mereka yang mungkin bahkan mencela Bapa yang di Sorga.
Selalu teringat di benak saya bahkan sejak saya kecil, bahwa menjadi kelompok minoritas di negara ini agak sulit, apalagi karena agama dan ras saya itu sendiri. Tetapi kedua orang tua saya selalu mengingatkan saya, bahwa Bapa selalu mengampuni orang yang bersalah kepadaNya, maka dari itu saya pun harus melaksanakan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup saya. Walaupun tidak dapat saya pungkiri, rasanya berat ketika harus mengasihi orang yang tidak mengasihi saya, bahkan mungkin melakukan tindakan yang menyakiti hati sebagian dari umat Kristiani, namun saya percaya bahwa bukan saya yang mampu dengan sendirinya untuk mengampuni mereka, tetapi karena kasih Allah yang begitu besar kepada saya, sehingga saya mampu untuk memaafkan setiap perkataan kasar maupun buruk terhadap apa yang saya yakini.
Melalui Firman Tuhan yang diteguhkan oleh kakak pembina di gereja, guru PAK saya di sekolah, dan kedua orang tua saya di rumah, saya masih akan terus belajar untuk mengasihi mereka sekalipun terdapat perbedaan di antara kami. Dalam situasi ini, saya dan bapak pengemudi GOJEK tersebut memiliki agama dan suku yang berbeda dengan saya. Beliau beragama muslim dengan suku melayu, sedangkan saya beragama Kristen Protestan dengan suku chinese.
Dengan adanya social project yang saya lakukan kepada bapak GOJEK tersebut, saya belajar untuk memberikan bantuan kepada siapapun tanpa melihat perbedaan yang ada pada kami. Saya dapat melakukan tindakan kecil dengan memesan makanan dari luar menggunakan fitur GO-FOOD dan membagikan makanan yang saya beli lebih. Saya mengerti bahwa kondisi saya yang masih dapat berada di dalam rumah tanpa mengalami guncangan ekonomi secara signifikan dari keluarga saya sudah sepatutnya membantu mereka dengan hal-hal yang bisa saya lakukan walaupun tidak besar.
Saya berjanji dan berkomitmen untuk terus berusaha dan belajar mengasihi orang-orang yang mungkin berbeda dengan saya, serta akan tetap menerima mereka apapun dan bagaimanapun sikap mereka kepada saya, maupun yang ditujukan kepada umat Kristiani dan suku chinese. Mungkin kedepannya saya akan gagal, saya bisa saja mengeluh atau marah kepada mereka, tetapi satu hal yang saya percayai, bahwa Bapa tidak akan pernah membatalkan kasihNya kepada siapapun tanpa terkecuali walaupun manusia akan sering mengecewakanNya, dan karena ini, saya memutuskan untuk berkomitmen, dimana saya akan terus berjalan dan berproses dalam perjalanan panjang untuk mengasihi orang-orang disekitar saya dan “musuh” saya sekalipun meskipun banyak rintangan dan jatuh bangun yang akan saya hadapi kedepannya. Firman yang saya pegang untuk meneguhkan saya ketika saya ingin menyerah mengasihi mereka yang berbeda dari saya adalah dari Lukas 6:27 yang berbunyi "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;” Dari ayat ini, saya mengambil suatu pelajaran yang berharga bahwa Bapa mengingatkan setiap anakNya, tidak terkecuali saya, untuk tetap berbuat baik dan mengasihi semua orang, termasuk musuh dan yang membenci saya sekalipun. Selain itu, dari ayat Kolose 3:14 yang berbunyi “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” Melalui ayat ini, Bapa mengajarkan sebuah nilai persatuan yang indah, bahwa Bapa ingin setiap dari kita termasuk saya sendiri untuk terus menerapkan kasih di dalam setiap tindakan yang saya lakukan kepada siapapun orangnya, karena hanya kasih lah yang dapat membuat segala hal dapat membawa ketulusan hati dan kedamaian di tengah-tengah situasi dunia yang tidak ideal.
~ Naomi Luvina Nugroho (XII IPS 2 / 19) ~
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur