PEDULI DENGAN SESAMA YANG BERBEDA
BERITA LAINNYA - 10 December 2020
PEDULI DENGAN SESAMA YANG BERBEDA
Beberapa waktu lalu, saya mendapat tugas Pendidikan Agama Kristen (PAK) untuk melakukan sebuah proyek sederhana yang berhubungan dengan mempraktekkan kehidupan yang menghargai multikultur (multikulturalisme). Dalam proyek ini, saya memilih untuk berbagi kepada orang-orang yang mengecat tubuhnya menjadi silver. Saya memilih mereka karena mendengar cerita pengalaman mama saya. Mama saya waktu itu sedang berbelanja di salah satu mini market di dekat jalan raya. Setelah selesai berbelanja, ia bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang meminta uang dari mobil ke mobil yang tengah parkir di sana. Karena kasihan, mama saya pun memberikan sedikit uang kepada anak kecil itu. Anak kecil itu langsung berterima kasih dan memberi doa agar mama saya selalu diberkati Tuhan. Tak hanya itu, dia bercerita bahwa dia sangat kesulitan untuk makan. Karena penasaran dan tidak buru-buru, mama saya bertanya kepada anak kecil itu apakah ia mempunyai keluarga atau tidak. Anak kecil itu bilang bahwa ia hanya memiliki mama yang berkerja sebagai tukang sapu di komplek. Setelah COVID, mamanya diberhentikan dan sedang tidak bekerja. Setelah mendengar hal itu, akhirnya mama saya masuk ke dalam mini market lagi dan membelikan anak kecil itu makanan dan snack-snack. Meskipun hanya sedikit, anak itu terlihat sangat bahagia dan tidak berhenti mengucapkan terima kasih kepada mama saya.
Setelah mendengar cerita mama saya, saya langsung teringat tentang tugas ini. Saya akhirnya memutuskan untuk mengganti target proyek saya yang semula mau saya berikan kepada supir Grab. Saya merasa, sepertinya orang-orang seperti itulah yang membutuhkan bantuan saya. Akhirnya, pada tanggal 10 November 2020, saya langsung pergi ke mini market di depan sekolah dan membeli barang-barang yang ingin saya berikan. Memang tidak banyak, namun saya benar-benar berharap barang yang saya berikan dapat membantu. Setelah saya beli, saya langsung menuju tempat yang mama saya beritahukan. Kata mama saya, di tempat itu memang banyak orang-orang yang mengecat tubuh menjadi silver dan seringkali meminta uang dari mobil-mobil yang sedang berhenti di lampu merah. Setelah sampai, ternyata memang benar bahwa banyak sekali orang-orang tersebut di wilayah ini. Saya melihat ada sekitar 3-4 orang. Sebenarnya saya ingin membantu ketiganya, namun karena saya hanya membeli untuk satu orang, maka saya hanya memberikan kepada satu orang pula. Setelah saya hampiri dan saya berikan barang-barang yang sudah saya beli, orang itu langsung mengucapkan terima kasih dan raut wajahnya sangat bahagia. Saya mengucapkan sama-sama dan langsung ke mobil. Saya benar-benar merasa bahagia dan bersukacita jika mengingat raut wajah gembira orang tersebut saat saya berikan bantuan tersebut.
Saya merasa sangat bersyukur dengan adanya proyek ini. Jujur selama pandemi saya tidak ke gereja, baik online maupun secara langsung atau offline. Akibatnya, saya seringkali merasa jauh dari Tuhan. Perasaan jauh tersebut membuat saya kurang bersyukur dan seringkali mengeluh tentang keadaan di tengah pandemi ini. Saya sering mengeluh bosan karena tidak bisa keluar rumah dan sering menggerutu karena jenuh. Namun, karena adanya proyek ini, saya jadi sadar bahwa sebenarnya banyak orang-orang yang lebih buruk nasibnya daripada saya. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan bahkan kelaparan di rumah. Saya berpikir bahwa saya harusnya bersyukur masih dapat hidup dengan enak walaupun di rumah. Selain itu, ini juga menyadarkan saya bahwa saya seharusnya lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
Selama ini, saya seringkali tidak menaruh peduli saya terhadap orang asing yang tidak saya ketahui latar belakangnya. Meskipun buruk, saya mengakui bahwa saya seringkali hanya menaruh perhatian saya kepada orang-orang yang memiliki kesamaan terhadap saya, misalnya dari suku atau agama. Misalnya, biasanya, saat mama saya atau keluarga saya bercerita tentang musibah orang lain, saya tidak akan tertarik untuk mendengarkannya jika orang di dalam cerita tersebut tidak memiliki kesamaan dengan saya (dari agama atau suku yang berbeda). Namun kemarin waktu mama saya bercerita tentang kejadian yang dia alami, saya sempat mendengarkan dan tersentuh hatinya untuk memberikan bantuan kepadanya. Saya benar-benar merasa sadar bahwa saya tidak seharusnya memilih dalam bersimpati dan terlebih lagi menolong orang. Saya sadar bahwa kita tidak seharusnya memandang latar belakang seseorang dalam bersimpati karena semua orang, tanpa terkecuali dari latar belakang manapun, pasti pernah mengalami kesulitan. Sudah sepatutnya kita membantu mereka bukan karena dasar kesamaan yang kita milik, tapi karena dasar rasa kemanusiaan dan kasih. Ke depannya, saya ingin lebih peduli lagi terhadap orang di sekitar tanpa memandang latar belakang mereka.
Firman Tuhan dalam Matius 5:16 berkata, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Dari ayat ini saya belajar, dengan membantu sesama kita, terutama kepada orang yang tidak mengenal Yesus, kita sama saja telah mengenalkan kasih Yesus kepada mereka. Jadi, tidak ada salahnya kita membantu mereka meski mereka memiliki latar belakang yang berbeda dengan kita.
Dalam keadaan seperti ini (pandemi), banyak orang mengalami kesusahan, bahkan untuk makan sehari-haripun susah. Oleh karena itu, saya mengajak teman-teman yang membaca tulisan saya ini, mari bagi kita yang memiliki berkat lebih, berbagilah dengan sesama kita yang membutuhkan tanpa melihat latarbelakang mereka. Sekecil apapun pemberian kita sangat berguna bagi mereka. Dan percayalah bahwa melalui setiap perbuatanmu itu, kamu sudah memuliakan Bapa di sorga. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
oleh: Marcella Adeline (XII SOS 1)
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur