BINA IMAN SISWA 2021 - (1)
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 09 September 2021
Menjadi Pulih untuk Memulihkan Orang Lain
Darlene Ozora XI MIPA 2
Hari ini, pada tanggal 9 September 2021, saya mengikuti kegiatan Bina Iman di SMAK PENABUR Kota Tangerang. Bina Iman adalah kegiatan tahunan untuk siswa/i yang berada di kelas 11. Tahun ini, tema yang diangkat adalah RESTORE, Recover and Embracing Self with Faith in God to Serve Others. Kegiatan ini dimulai dengan sambutan dari kepala sekolah kami, Sir Thomas Kristo, pada pukul 6.30 pagi. Selanjutnya, kami mengikuti ibadah pembukaan yang diisi oleh Bapak Pendeta Essy Eisen dari GKI Halimun.
Ibadah pembuka telah selesai, sudah tiba saatnya bagi kami untuk mengikuti sesi pertama. Pada sesi ini, angkatan kami dibagi ke dalam 3 ZOOM Meeting yang berbeda walaupun tetap membahas satu tema yang sama, yaitu “I am worthy: Uniqueness and fragility”. Untuk pembagian ZOOM nya, kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 2 berada di ZOOM 1, XI MIPA 3 dan XI IPS 1 berada di ZOOM 2, dan juga XI MIPA 3 dan XI IPS 2 berada di ZOOM 3. Ruang ZOOM yang saya tempati seketika terasa lebih sepi setelah pembagian ZOOM.
Pada sesi pertama dari Bina Iman kami, Pendeta Essy Eisen memulai dengan meminta dua dari teman kami untuk membacakan 1 Korintus 12:12-31. Ayat tersebut menjelaskan tentang latar belakang masalah yang terjadi di Gereja Korintus pada masa itu. Pendeta Essy Eisen menjelaskan bahwa masalah di Gereja Korintus terjadi karena mereka gagal melihat bahwa keberagaman itu adalah kekuatan. Jemaat di sana merasa tidak memerlukan kehadiran orang lain, terlebih lagi kehadiran mereka yang terlihat lemah. Padahal, seperti yang tertulis pada 1 Korintus 12:26-27, semua pribadi itu saling terkait karena kita membentuk suatu system. Bapak pendeta kemudian memberikan ilustrasi tentang bos, asistennya, dan tukang pembersih kunci. Di saat sang bos ingin masuk ke gedung perusahaan, asistennya mengusir tukang kunci yang berada di lorong jalan. Si asisten menganggap bahwa kehadiran tukang kunci itu hanya menjadi pengganggu. Saat sang bos melihat asistennya melakukan hal tersebut, sang bos menegur dan memarahi asistennya. “Kalau tidak ada bapak ini yang selalu menjaga kebersihan kunci pintu seluruh gedung kita, semua pintu di gedung ini akan macet dan rusak sehingga tidak bisa dibuka,” kata sang bos. Asisten bos pun akhirnya tersadar akan pentingnya kehadiran dari si tukang kunci.
Bapak pendeta menyampaikan, di dalam segala hal, bahkan diri kita, pasti ada kelemahan dan kerapuhan. Kita harus rendah hati dalam mengakui kelemahan yang ada sehingga dengan pertolongan Tuhan kita bisa menemukan tindakan yang sesuai untuk menolong kelemahan tersebut. Jika kita tidak peduli dengan kelemahan, rasa sakit, dan juga kerapuhan di sekitar kita, kita malah menjadi seperti orang sakit kusta yang luka-lukanya membusuk karena tidak bisa merasakan sakit pada tubuhnya. Kita dan sesama kita adalah satu tubuh, seperti yang terdapat pada ayat tadi. Jika yang satu sakit, yang lain juga akan merasakan akibatnya.
Selain membahas tentang indahnya kelemahan dan kerapuhan, dalam sesi ini juga dibahas tentang waktu dan juga kesempatan. Setiap dari kita menempati berbagai ruang waktu dan tempat. Di setiap ruang waktu maupun tempat kita, pasti terdapat berbagai kesempatan atau peluang yang ditawarkan pada kita, dan jika kesempatan itu sudah terlewat, kita bisa saja tidak bisa mendapat kesempatan yang sama di masa depan. Ada pula kesempatan yang kita alami, tetapi orang lain tidak bisa mengalaminya. Bapak pendeta juga mengingatkan bahwa bisa saja hal yang kita gerutukan adalah hal yang diidamkan oleh orang lain di luar sana. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita memanfaatkan kesempatan yang kita miliki dengan baik dan tidak bersungut-sungut. Bahkan di situasi sekarang ini, di saat kita sebagai siswa/i dan tenaga pengajar harus menjalani pembelajaran jarak jauh, anggaplah hal ini sebagai kesempatan dan pengalaman yang spesial, karena tidak semua orang bisa mengalami pengalaman PJJ atau pembelajaran jarak jauh karena berbagai keterbatasan.
Setiap orang lahir dengan kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Kita harus mengenal dan mengelola kelebihan dan kekurangan kita dengan baik. Salurkan kekuatan kita kepada yang lemah, bukan hanya untuk kebaikan kita sendiri. Pendeta Essy Eisen mengingatkan juga untuk tidak merasa minder atas kelemahan yang kita miliki. Kita tidak perlu menjadi seperti orang lain untuk terlihat baik karena keunggulan kita masing-masing itu berbeda, spesial, dan unik.
Sesi pertama diakhiri dengan membahas tentang stress atau tekanan. Dalam hidup ini, pasti akan selalu ada tekanan. Baik dari dalam diri mapun dari luar. Kelebihan kita bisa saja memiliki outcome yang negatif kalau dijalani dengan tekanan. Tekanan atau stress bisa muncul dari mana saja, oleh karena itu kita harus pintar dalam mengelola stress. Untuk mengatasi stress, pertama-tama kita harus tahu sebab dari stress yang kita alami. Setelah itu, mulailah memikirkan apa saja hal yang bisa kita lakukan dalam menghadapi stress tersebut. Terakhir, ambil tindakan yang paling baik dari pilihan tadi dengan hikmat Tuhan. Cari cara agar kita tidak hanyut dalam ombak, tetapi berselancar di atasnya. Minta juga masukan dari orang sekitar yang kita percayai dalam menghadapi berbagai stress dan kelemahan kita.
Kami kembali mengikuti kegiatan Bina Iman setelah istirahat. Kali ini kami mengikuti Learning Activity. Pada Learning Activity, kami diminta untuk menuliskan berkat-berkat Tuhan dan juga kesempatan yang pernah kami alami selama hidup. Setelah itu, kami juga diminta menuliskan kelemahan dan kelebihan yang kami miliki, baik dalam perasaan, pikiran, maupun fisik. Kemudian kami juga dibimbing bagaimana cara untuk mengelola stress sesuai tahapan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Yang terakhir, kami juga menulis tentang apa yang berharga bagi kami, alasan mengapa orang lain berharga di mata kita, dan alasan mengapa kita berharga. Setelah kegiatan ini, saya merasa lebih mengenal diri saya sendiri. Saya sadar bahwa saya punya banyak kelemahan, tetapi saya juga memiliki kelebihan yang bisa saya gunakan dalam membantu setiap orang di sekitar saya dan saya sangat bersyukur akan hal itu.
Learning Activity sudah selesai dan kami diberi waktu untuk istirahat. Setelah istirahat, kami kembali berkumpul di satu ZOOM yang sama untuk merancang kegiatan bersama teman-teman dari Panti Asuhan Abigail besok. Kami diberi kesempatan untuk menentukan ice breaking, memberi persembahan pujian, dan juga kesaksian. Saya sangat senang melihat teman-teman saya dengan antusias mencalonkan diri untuk berpartisipasi dalam kegiatan kunjungan ke Panti Asuhan Abigail besok. Ternyata sesi pertama tadi sangat memotivasi teman-teman saya ini untuk memberi kepada sesama. Walaupun baru hari pertama, Bina Iman menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi kami semuanya.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur