Resensi Buku: Tambora Mengguncang Dunia

Berita Lainnya - 07 December 2023

 

Identitas Buku

Judul               : Tambora Mengguncang Dunia

Penulis            : Ahmad Arif, dkk.

Editor             : Ahmad Arif

Penerbit         : Kompas Media Nusantara

Kota Terbit     : Jakarta

Tahun Terbit  : 2019

Tebal              : 83 halaman

Harga              : Rp 99.000

 

Resensi Buku

Selama ribuan tahun, gunung api telah menyemai kehidupan di Nusantara. Abu vulkanik yang dihamburkan gunung api saat meletus adalah pupuk alami terbaik, menciptakan tanah-tanah subur dan permai. Tak mengherankan jika peradaban tumbuh dan berkembang di sekitar gunung-gunung api. Namun, gunung api juga berarti penghancuran dan kematian.

 

Indonesia memiliki 127 gunung api aktif yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap saat, 127 gunung api aktif tersebut mengancam lebih dari 200 juta jiwa penduduk Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia membentuk Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebagai unit kerja di bawah Badan Geologi yang bertugas melaksanakan perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis dan evaluasi bidang vulkonologi dan mitigasi bencana alam geologi. Meski demikian, PVMBG hanya dapat meminimalkan dampak kerugian harta benda serta korban jiwa dari bencana geologi.

 

April 1815, merupakan hari bersejarah bagi bangsa di dunia. Sebuah gunung api di kawasan nusantara mampu menyebabkan krisis secara global. Puluhan ribu jiwa menjadi korban baik secara langsung ataupun tidak langsung. Gunung Tambora yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, meletus dan menghancurkan setengah dari tubuhnya sendiri. Mengubur tiga kerajaan dan menewaskan hampir seluruh penduduknya. Letusan Gunung Tambora menjadi yang terkuat dalam sejarah manusia modern.

 

Sebelum meletus hebat pada tahun 1815, Gunung Tambora adalah gunung berapi tipe stratovolcano berbentuk kerucut yang memiliki tinggi 4.200 meter dari permukaan laut. Jika dibandingkan dengan gunung berapi tertinggi saat ini (Gunung Kerinci 3.805 mdpl & Semeru 3.676 mdpl), Gunung Tambora merupakan gunung berapi tertinggi di Nusantara pada saat itu.

 

Terdapat tiga kerajaan yang terletak di daerah sekitar kaki Gunung Tambora, yakni Kerajaan Tambora, Kerajaan Pekat, dan Kerajaan Sanggar. Seperti yang telah disebutkan di atas, hampir seluruh penduduk tiga kerajaan tersebut tewas akibat letusan Gunung Tambora. Bahkan, tidak hanya penduduk di sekitar kaki Sumbawa yang merasakan dampak letusan dahsyat Gunung Tambora, tetapi juga warga dunia merasakan dampak dari letusan tersebut. Di Benua Eropa, tahun tanpa musim panas tak dapat terelakan. Debu vulkanik tebal menghalangi sinar matahari di langit Eropa. Gagal panen mendera warga Eropa, menciptakan kelaparan yang berujung pada kematian.

 

Letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu melontarkan 140 juta meter kubik material vulkanik, yang menimbulkan penderitaan dan kekacauan sedemikian besar. Sementara total volume yang dikeluarkan Gunung Tambora 200 tahun silam mencapai 150 kilometer kubik atau 150 miliar meter kubik. Tidak mengherankan jika Gunung Tambora tercatat sebagai gunung yang paling mematikan. Jumlah korban tewas akibat gunung ini sedikitnya mencapai 71.000 jiwa, sebagian ahli menyebut angka 91.000 jiwa. Sebanyak 10.000 jiwa tewas secara langsung akibat letusan dan sisanya karena bencana kelaparan dan penyakit yang mendera.

 

200 tahun telah berlalu, letusan dahsyat Gunung Tambora memang menyisakan cerita yang mencekam dan menyayat hati. Namun, kehidupan baru terus berkembang pasca letusan. Lereng Tambora kembali dipadati warga, bahkan jauh lebih ramai dari pada sebelum letusan. Perkebunan kopi pun terhampar luas di lereng Tambora. Dengan cepat alam merevitalisasi diri pasca-letusan. Terdapat pohon-pohon yang tumbuh subur pasca-letusan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, seperti PT Veneer Product Indonesia yang memanfaatkan Pohon  Klanggo (Duabanga Mollucana) untuk diambil kayunya. Perusahaan kayu ini telah beroperasi di lereng Tambora sejak 1972. Para pekerja dari perusahaan kayu ini dengan tidak sengaja menemukan jejak artefak yang sangat berharga di Tambora. Awal mula cerita penemuan ini dapat kita temukan di bab berjudul “Pompeii dari Timur”.

 

Sisa-sisa kehidupan di lereng Gunung Tambora yang terkubur di dalam tanah, kini menjadi objek penelitian para ahli untuk menguak lebih dalam misteri mengenai Tambora. Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas pun tertarik untuk melihat lebih jauh perkembangan Tambora pada masa kini. Baik dari segi kehidupan masyarakat di lereng Tambora, maupun keadaan alam Gunung Tambora pada masa kini.

 

Tambora tak akan pernah lekang oleh waktu, baik misteri maupun keindahan alamnya. Kisahnya sangat menarik ditulis dalam sebuah buku, menjadi sebuah kisah perjalanan penggalian misteri maupun teori ilmiah mengenai gunung api. Mungkin hal ini yang menjadi latar belakang Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas mengangkat Tambora sebagai salah satu misi eksplorasi mereka dan mengodifikasinya dalam bentuk sebuah buku.

 

Buku ini menguraikan kisah eksplorasi secara baik dan informatif. Mengingat Kompas merupakan salah satu perusahaan media masa yang cukup besar dan terpercaya di Indonesia, tidak heran jika buku yang ditulis sendiri oleh Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas ini memiliki gaya bahasa yang cukup baik. Isi buku ini tidak hanya menggambarkan tentang kisah perjalanan tim menyusuri keindahan alam Gunung Tambora, tetapi juga sejarah dan latar belakang Gunung Tambora itu sendiri. Setiap data yang disajikan begitu akurat dengan dukungan sumber-sumber yang terpercaya. Hal itu dapat dilihat dari bahan-bahan referensi yang digunakan untuk menghasilkan buku ini.

 

Hal menarik lain dari buku ini adalah tersajinya foto-foto berkualitas tinggi dari fotografer profesional yang sangat mendukung tulisan dari awal hingga akhir, sehingga membuat pembaca tidak sekedar menikmati untaian kata demi kata, melainkan juga mendapatkan gambaran secara jelas dari foto-foto tersebut. Sajian data berupa angka-angka, tabel, dan ilustrasi dalam buku ini juga memberikan informasi yang lengkap bagi pembaca. Meskipun buku ini bukanlah buku teori vulkanologi murni, namun dari buku ini pembaca dapat mengetahui tentang sejarah dan letusan Gunung Tambora di masa lalu. Bagi pecinta petualangan alam bebas, buku ini mungkin dapat menggugah hati untuk turut mengeksplorasi Tambora secara positif, guna membuka lembar-lembar misteri yang kini masih dilakukan juga oleh para peneliti Tambora.

 

Dibuat oleh: Leonardus S.A. (Pustakawan SMAK 5 PENABUR Jakarta)

Berita BPK PENABUR Jakarta - 08 February 2022
Kebaktian Siswa: Gaya Hidup Orang yang Telah Dika...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 04 February 2022
Perayaan Natal Orang Tua Siswa: Sukacita yang Lah...
Perayaan Natal Orang Tua Siswa: Sukacita yang Lah...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 03 November 2021
Closing Escalades: Ini Pesan Sheryl untuk Siswa S...
Closing Escalades: Ini Pesan Sheryl untuk Siswa S...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 22 January 2022
Ibadah Natal Bersama Orang Tua Siswa SMAK 5
Ibadah Natal Bersama Orang Tua Siswa SMAK 5
Berita BPK PENABUR Jakarta - 11 January 2022
Kebaktian Awal 2022: Bertumbuh dan Semakin Dikasi...
Kebaktian Awal 2022: Bertumbuh dan Semakin Dikasi...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 24 October 2024
Undangan Parent Cell Group: Siapkan Anak untuk Me...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 22 October 2024
Loh Teater Caneta Ada Promo Tiket DIKEJAR DEADLINE
Loh Teater Caneta Ada Promo Tiket DIKEJAR DEADLINE
Berita BPK PENABUR Jakarta - 17 October 2024
Buku Terpopuler September 2024 Perpustakaan SMAK ...
Buku Terpopuler September 2024 Perpustakaan SMAK ...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 19 October 2024
Apresiasi Pembaca Teraktif September 2024 Perpust...
Apresiasi Pembaca Teraktif September 2024 Perpust...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 18 October 2024
Pembaca Teraktif Perpustakaan SMAK 5 PENABUR Jaka...
Pembaca Teraktif Perpustakaan SMAK 5 PENABUR Jaka...
Berita Lainnya - 01 April 2024
Kristus adalah Allah yang Hidup dan Berkuasa atas...
Berita Lainnya - 10 March 2024
Turut Berdukacita atas Berpulang ke Rumah Bapa di...
Turut Berdukacita atas Berpulang ke Rumah Bapa di...
Berita Lainnya - 10 March 2024
Resensi Buku: Ayahku Bukan Pembohong
Resensi Buku: Ayahku Bukan Pembohong
Berita Lainnya - 16 March 2024
Resensi Buku: Kisah Enam Kunang-Kunang
Resensi Buku: Kisah Enam Kunang-Kunang
Berita Lainnya - 31 March 2024
Happy Easter Day 2024
Happy Easter Day 2024
Berita Lainnya - 08 November 2023
Kuasa Allah Bekerja Saat Kita Melakukan Firman Tu...
Berita Lainnya - 07 November 2023
Percaya, Meski Tak Melihat
Percaya, Meski Tak Melihat
Berita Lainnya - 06 November 2023
Tuhan, Buatlah Kami Berani Mewartakan KebenaranMu...
Tuhan, Buatlah Kami Berani Mewartakan KebenaranMu...
Berita Lainnya - 03 November 2023
Tabur Tuai. Perbuatan yang Buruk Menghasilkan Aki...
Tabur tuai. Perbuatan yang Buruk Menghasilkan Ak...
Berita Lainnya - 02 November 2023
In The Online Age, We can All Rate Others Harshly...
In The Online Age, We can All Rate Others Harshly...
Berita Lainnya - 01 March 2022
Mengasihi Walau Terluka
Berita Lainnya - 25 February 2022
Dia telah Menebus Kita
Dia telah Menebus Kita
Berita Lainnya - 24 February 2022
Cerpen: Sahabat Setia
Cerpen: Sahabat Setia
Berita Lainnya - 22 February 2022
Juara 3 Peta Leadership Day SMAK 5: Terrance Grac...
Juara 3 Peta Leadership Day SMAK 5: Terrance Grac...
Berita Lainnya - 21 February 2022
Sadarkah Kita ... Tuhan adalah Menara
Sadarkah Kita ... Tuhan adalah Menara

Choose Your School

GO