HOW TO GET AWAY WITH TOXIC PEOPLE BEHAVIORS? | Jenifer Ehiliani Nonitana, S.Si-Teol

Berita Lainnya - 17 September 2022

Istilah ‘toxic people’ mungkin sudah tidak asing bagi kita. Orang yang suka menebar kebencian, menularkan pikiran negatif, hobi membanggakan diri, mudah merendahkan orang lain, dan melakukan kekerasan emosional seringkali diberi label sebagai toxic people atau orang-orang "beracun". Namun ada pendapat lain mengenai istilah toxic people. Pdt. Joas Adiprasetya memberikan penekanan dari pandangan yang berbeda. Baginya, kita sedang mereduksi kemanusiaan ketika memberi label toxic people karena bukan orangnya melainkan perilakunya yang “beracun” (toxic behaviors). Orang-orang dengan toxic behaviors dapat kita temui di lingkungan keluarga, pertemanan, lingkungan kerja, bahkan gereja. Perilaku tersebut bisa dilakukan dengan atau tanpa sadar, baik melalui cara yang halus ataupun frontal. Barangkali pendapat Pdt. Joas ada benarnya sebab pada dasarnya perilaku manusia tidak datang dari ruang kosong. Bisa saja kita memiliki pendapat lain tentang hal ini. Para psikolog tentu pernah mengatakan bahwa perilaku atau behavior selalu datang dari impuls atau rangsangan dan terbentuk dari lingkungan dan pilihan pribadi. Sebut saja orang yang ramah tentu sudah terbiasa menjadi orang ramah. Makanya di daerah timur sangat terkenal dengan istilah ‘beta bisa karena terbiasa’. Artinya orang akan terbiasa pada sesuatu apabila ia sering mengulangi hal tersebut.

Semasa hidupnya, Yesus juga menghadapi beberapa orang dengan perilaku toxic, diantaranya adalah orang-orang Farisi. Dalam bacaan Alkitab, secara halus mereka melakukan emotional abuse dengan menyampaikan pertanyaan seakan-akan dengan penuh hormat padahal punya niat jahat dibaliknya. Namun Yesus tidak terpancing dan terpengaruh dengan memberikan jawaban yang mereka harapkan. 

Mengapa kita mengatakan perilaku kaum Farisi sebagai toxic? Seorang psikolog bernama, Rick Warren menjelaskan 3 alasan utama orang berperilaku toxic yaitu karena iri hati, keserakahan, dan kepahitan. Ketiga alasan tersebut sebetulnya ada pada kubu kaum farisi. Kaum farisi melihat Yesus sebagai ancaman bagi zona nyaman mereka. Mereka melihat Yesus sebagai pesaing dalam pasar perdagangan ayat kitab Taurat. Kaum farisi sudah terkenal karena sifat mereka membujuk orang untuk membayar pajak secara berlebih kepada kaisar karena mereka mengatakan Kaisar adalah utusan Tuhan. Padahal dalam penerapannya, semua orang tahu bahwa kekejaman Kaisar kepada orang-orang di masaperjanjian baru tidak nampak seperti sikap seorang Tuhan. Dalam catatan pakar Perjanjian Baru seperti John Drane dan Groenen, dalam buku mereka Pengantar Perjanjian Baru, orang Farisi suka membantah orang-orang dengan kata-kata yang terlihat memukau. Mereka sering memakai ayat-ayat untuk membela dan membenarkan tindakan yang salah oleh Herodes. Orang farisi juga terkenal dengan kemunafikan. Mereka menyuruh orang membayar pajak tetapi mereka sendiri jarang membayar pajak. Mereka suka mengajari orang untuk taat kitab Taurat sedangkan mereka sendiri bertindak jauh dari apa yang mereka ajarkan. Sehingga Yesus sering mencap mereka dengan mengatakan orang-orang munafik. Oleh karena itu, Yesus merespons tindakan toxic mereka dengan sebuah pertanyaan dan bukan memberikan jawaban, sebab Yesus tahu bahwa pertanyaan orang farisi bukan untuk mencari kebenaran melainkan mencari pembenaran untuk menjatuhkan Yesus.

 

Kita dapat mencontoh Yesus ketika menghadapi orang-orang yang berperilaku toxic. Misalnya, ketika obrolan mulai menjurus pada hal-hal yang bersifat negatif, Yesus mengalihkan pembicaraan. Tentu Yesus menghindari itu bukan karena Ia takut. Yesus tidak ingin membicarakan sebuah topic yang tidak ‘membangun’ jemaat dan orang-orang yang mendengar mereka. Yesus sendiri tipe orang yang suka berdiskusi dan berbicara. Oleh karena itu untuk jauh dari sikap toxic Yesus menghindari berbicara dengan orang farisi. 

 

Refleksi dan Aplikasi

Sekarang mari kita lihat ciri-ciri perilaku toxic dari seorang psikolog George S. Everly dalam pshycology today membagi 4 jenis toxic behavior yang bisa kita pelajari bersama.

  • The Narcissistic-Aggressive Person

Individu yang agresif dan egois cenderung suka berpetualang dan berani mengambil risiko. Mereka sangat menawan, fasih, dan mengasyikkan. Cenderung posesif, kasar secara verbal, dan terkadang bahkan kasar secara fisik, mereka cenderung mengontrol dan mengintimidasi orang lain. Mereka mencari teman dan pasangan dari lawan jenis yang cenderung membutuhkan dan memandang mereka. Mereka cenderung melihat diri mereka sebagai orang yang asertif, bukan agresif. 

  • The “Frenemy” 

Frenemy adalah orang yang tampak seperti teman, tetapi sebenarnya tidak. Mereka akan sering bertindak seperti teman, terutama ketika Anda berada di saat dibutuhkan. Tapi hati-hati. Keinginan mereka untuk membantu tidak didasarkan pada altruisme atau kepedulian sejati terhadap orang lain, melainkan, mereka memperoleh rasa harga diri dan seringkali superioritas dari membantu orang lain yang lebih buruk.  

  • The Negative-Complaining Person. Orang yang negatif/mengeluh sepertinya tidak pernah benar-benar bahagia. Tidak ada yang cukup baik untuk mereka (itu bagian negatifnya), dan mereka lebih dari bersedia untuk memberi tahu Anda tentang hal itu (itu bagian yang mengeluh). Mereka tampak menyenangkan pada tingkat yang dangkal, tetapi semakin lama anda mengenal mereka, semakin tidak menentu perilaku mereka, dan sering diselingi dengan kualitas yang keras kepala atau manipulative.
  • The Seductive, Overly-Dramatic Person. Orang yang menggoda dan terlalu dramatis bisa sangat menyenangkan. Seringkali kehidupan pesta, mereka biasanya menarik secara fisik, menawan, dan menggairahkan. Mereka melakukan hal-hal untuk menarik perhatian, yang mungkin termasuk genit secara seksual, tindakan menggoda dan pakaian. Mereka sering mengambil risiko.

Nah dari ke empat ciri di atas? Manakah yang sekarang sedang berada atau tumbuh dalam diri kita? Bila ada, maka cobalah untuk menguranginya sedikit. Bagaimana cara agar mengurangi kadar toxic dalam kepribadian kita? 

 

Mari kita belajar dari cerita seorang farisi lainnya dalam Alkitab. Yang bisa dikatakan sangat tidak toxic kepada Yesus. Dia adalah Nikodemus.

Yesus tidak membenci ‘orang farisi.’ Yesus hanya membenci ‘sikap toxic mereka.’ Kita bisa melihat bukti dari keterbukaan Yesus dengan orang farisi lainnya seperti Nikodemus dalam Yohanes 3:1-8. Di sana kita bisa melihat cerita mengenai keterbukaan Yesus pada seorang farisi. Yesus tahu bahwa Nikodemus datang dengan hangat dan membawa vibes positif. Vibes seperti apa? Nikodemus datang dengan sikap seorang yang mau berdiskusi dan belajar. Dan Nikodemus sangat menghargai Yesus. Oleh karena itu Yesus menerima dengan tangan terbuka. Yesus bahkan berdiskusi banyak dengan Nikodemus. Jika kita melihat perbandingan orang farisi dalam bacaan kita dengan Nikodemus, kita tentu tahu bagaimana agar diri kita sendiri tidak bersikap toxic. (SLIDE 15) Caranya adalah dengan menghormati orang lain tanpa bersikap menjatuhkan mereka atau menjelek-jelekkan tanpa bukti atau alasan kuat.

Masalah toxic behavior yang ada pada orang Farisi dalam Injil Matius tadi adalah Kemunafikan (Unconsistency of behavior) dan karena itu Yesus menegur dengan keras karena mereka bertanya soal kewajiban pada saat mereka sendiri melakukan sesuatu hanya demi dilihat manusia, bukan Tuhan! Oleh karenanya, kita perlu menyadari potensi toxic dalam diri kita dengan cara menghormati dan rendah hati kepada orang lain seperti orang farisi bernama Nikodemus. 

Refleksi bagi kita adalah Apakah selama ini kita bertindak untuk menyakiti orang lain atau memulihkan mereka?

Kita perlu mengoreksi diri, apakah sekarang atau saat ini bertindak untuk kemuliaan Tuhan atau demi keserakahan kita?. Sebagai orang Kristen, kita perlu datang kepada Tuhan dengan cara jujur dan tulus dan mengasihi sesama agar menetralisir racun dalam diri kita. Setelah kita diampuni dan dipulihkan, kita adalah pribadi yang telah dibebaskan. Jangan lagi masukkan racun-racun dalam diri kita (Efesus 4:31 Buanglah semua sakit hati, dendam, dan kemarahan dari hidupmu. Jangan bertengkar dan saling menghina. Berhentilah melakukan segala macam kejahatan. Sebaliknya hendaklah kamu selalu baik hati, saling mengasihi, dan saling memaafkan, seperti Allah sudah mengampuni kita ketika kita percaya kepada Kristus), mulailah memasukkan hal-hal yang positif (Filipi 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu) sehingga apa yang terpancar dari kita adalah hal yang positif pula. Pada akhirnya, kita tidak dapat mengontrol perilaku orang lain, namun kita dapat mengontrol perilaku diri kita sendiri agar tidak toxic.

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita Lainnya - 11 August 2020
TABAH: BERTAHAN UNTUK BERTAHAN
Berita Lainnya - 01 September 2020
Saat sendiri, kutemukan Tuhan
Berita Lainnya - 18 August 2020
7 Fakta Menarik Bahasa Indonesia
Berita Lainnya - 20 August 2020
Belum Sah Jadi Orang Indonesia Kalau Belum Tahu K...
Berita Lainnya - 17 August 2020
Upacara Online HUT 75 Tahun Republik Indonesia
Berita Lainnya - 07 January 2023
Tahun Baru, Semangat Baru | Hartawati Sigalinggin...
Berita Lainnya - 21 November 2022
Sabda Bahagia | Rebecca Ayu C, S.Pd.
“Kita tidak bisa memberi jika kita tidak memil...
Berita Lainnya - 24 October 2022
FLEXING: Tabu atau Perlu Ditiru? | Florentina Bud...
Kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat ...
Berita Lainnya - 01 September 2022
Talitakum | Zebulon Yakhin Dan Boas, S.Si.
Selamat untuk kita semua! Arti kata ini menurut K...
Berita Lainnya - 31 January 2023
MIRROR NEURON
Pernah tidak, kamu menguap dan seketika orang ...
Berita Lainnya - 28 October 2023
Selamat Hari Sumpah Pemuda 2023
Berita Lainnya - 31 October 2023
Kelelahan? Bingung Studi? Sabbatical Dulu!
Di Indonesia, istilah ini memang belum populer.
Berita Lainnya - 15 October 2023
Bell's Palsy: Kondisi yang Memengaruhi Wajah
Meskipun kondisi ini seringkali bersifat sementar...
Berita Lainnya - 22 October 2023
SUKU ASMAT-PAPUA
Suku Asmat adalah salah satu kelompok etnis yang ...
Berita Lainnya - 27 September 2023
Iri tanda tak mampu, Iri Hati Membusukkan Tulang ...
  “ Halah bilang saja kamu iri, kan sama aku? Asa...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 31 January 2023
SEMINAR ENTREPRENEUR (Digital Marketing, Bisnis P...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 07 February 2023
PARENTS WEBINAR : KARIR INDUSTRI ESPORT, SITUASI ...
Mau tidak mau, suka tidak suka, “game” sepertinya...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 20 February 2023
PIDATO SISWA "KISAH KASIH DI SEKOLAH" | Shane Dar...
Selamat pagi, Yang terhormat ibu kepala sekolah s...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 01 March 2023
PEMBELAJARAN PKWU - REKAYASA "Membuat konversi en...
Rabu, 1 Maret 2023 - Pelaksanaan pembelajaran PKW...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 24 February 2023
UJIAN PRAKTEK MENULIS KELAS XII IPA/IPS | Jumat, ...
Jumat, 24 februari 2023 - Siswa kelas XII IPA/IPS...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 15 September 2023
JUARA 3 OSN INFORMATIKA - VINCENT ARMANDO
Berita BPK PENABUR Jakarta - 18 September 2023
DAFTAR SISWA DITERIMA GELOMBANG NON TES 2 2023
DAFTAR SISWA DITERIMA GELOMBANG NON TES 2 2023
Berita BPK PENABUR Jakarta - 01 September 2023
PENGUMUMAN DITERIMA SISWA TAHUN AJARAN 2024/2025 ...
"PENGUMUMAN DITERIMA SISWA TAHUN AJARAN 2024/2025...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 21 September 2023
Lomba Merdeka Science Competition (MSC) Bidang Bi...
Selamat kepada siswa/i SMAK 2 PENABUR yang ber...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 24 September 2023
Puji -pujian siswa SMAK 2 PENABUR Jakarta di GKI...
Minggu, 24 September 2023 - Siswa/i SMAK 2 PENABU...

Choose Your School

GO