FoMO

Berita Lainnya - 20 October 2020

Fenomena FoMO dikalangan Milenial 4.0

Oleh Jurie David Cliff, S.Psi

 

 

Pernah MEMBACA tentang FEAR of MISSING OUT atau lebih dikenal dengan istilah FoMO???

Fenomena FoMO ternyata sedang marak diperbincangkan di kalangan masyarakat. Bagi kamu yang belum mengetahui FoMO, perlu nih membaca artikel ini sampai habis.

Artikel ini akan membahas mengenai Fenomena FoMO mulai dari apa itu FoMO beserta gejala, dampak, dan cara mengatasinya agar tidak memberi dampak yang kurang baik bagi kesehatan fisik dan psikologis kita.

 

 

  1. FoMO dan Generasi Milenial.

 

Sebagai generasi yang tumbuh dalam era kemajuan internet ( IOT ) dan digital, generasi milenial merupakan generasi yang selalu terhubung satu sama lain (always connected generation) sehingga sering juga disebut generasi digital karena keaktifan mereka di dunia digital terutama yang berkaitan dengan penggunaan sosial media mulai dari friendster, facebook, twitter, youtube, instagram, tiktok dan masih banyak lagi platform media sosial baru yang bermunculan dengan berbagai macam ciri khasnya.

Lebih dari tiga per empat generasi milenial mengaku tidak bisa hidup tanpa ponsel dan komputer mereka. Mereka begitu larut dalam teknologi digital dan media sosial, dan menganggap gadget mereka sebagai bagian dari diri mereka.

 

Tingginya tingkat penggunaan media sosial pada generasi tersebut membuat mereka menjadi kelompok yang paling terpapar oleh apa yang dilakukan teman-teman dan keluarganya. Hal tersebut memicu mereka untuk terus terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui dunia maya sehingga menimbulkan kegelisahan pada diri mereka dan berujung pada sebuah ketakutan, yaitu ketakutan untuk tertinggal. Fenomena tersebut disebut dengan FoMO (Fear of Missing Out), yang dicirikan oleh adanya keinginan yang besar untuk tetap terus terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui dunia maya.

 

FoMO merupakan jenis kondisi emosional yang dialami seseorang yang didasari oleh adanya kebutuhan psikologis yang belum terpenuhi yaitu kebutuhan akan pengakuan dan penerimaan dari kelompoknya. Berbagai pertanyaan seperti, “Aku ingin seperti mereka” atau “Wah, hidup mereka menyenangkan sekali, aku harus seperti mereka” mulai memenuhi pikiran dan mempengaruhi perasaan kita yang akhirnya menimbulkan ketakutan, kegelisahan, dan akhirnya mempengaruhi pola kehidupan kita menjadi tidak sehat lagi.

 

  1. APA ITU FoMO ?

 

FoMO singkatan dari Fear of Missing Out atau dalam Bahasa Indonesia berarti ‘takut ketinggalan’.

 

Bagi kamu yang baru mendengarnya, ini memang sedikit terdengar aneh, tapi pada kenyataannya istilah ini benar-benar ada dan dialami sebagian masyarakat di dunia terutama masyarakat yang tergolong generasi Milenial.

 

Jika didefinisikan, FOMO atau Fear of Missing Out adalah sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya (yang dilakukan orang lain dan tidak bisa ia lakukan).

 

  1. Kenapa FoMO ini bisa dialami masyarakat jaman Now.?

 

Penyebab paling besar yang membuat seseorang mengalami sindrom FoMO yaitu karena penggunaan media sosial yang berlebihan dikalangan masyarakat saat ini. Mengapa bisa begitu?

Tanpa kamu sadari, hampir seluruh media sosial (dengan mudahnya) menampilkan jutaan rutinitas kehidupan manusia di dunia. Secara tidak langsung, kamu menikmati hal itu dan perlahan-lahan kecemasan itu pun muncul di dalam alam bawah sadar kamu. Kecemasan karena merasa tertinggal sama kehidupan manusia yang kamu lihat di media sosial tersebut yang akhirnya tanpa disadari bisa menciptakan ketakutan yang irasional bagi orang yang melihat dan membandingkan kehidupan orang lain tersebut dengan dirinya atau suatu situasi dan kondisi di suatu tempat yang sepertinya menyenangkan yang tidak bisa dia dapatkan atau juga suatu produk yang diinginkan tapi tidak mampu diperoleh yang semua itu berasal dari media sosial.

Berbagai pertanyaan seperti, ‘‘kenapa aku tidak bisa hidup seperti mereka’’ atau “Aku ingin seperti mereka” atau “Wah, hidup mereka menyenangkan sekali, aku harus seperti mereka” atau “ternyata hidupku sangat monoton dibanding mereka”  mulai memenuhi pikiran dan perasaan dan perlahan demi perlahan mulai mengganggu kenyamanan dan kesejahteran psikologis dan kehidupan sosial kita di dunia nyata.

 

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah mengkaji fenomena FoMO melalui berbagai perspektif.

 

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh lembaga JWT Intelligence mengenai FoMO pada tahun 2011 disebutkan bahwa yang paling banyak menderita FoMO adalah generasi Y atau generasi milenial sebanyak 70% dibandingkan dengan generasi yang lain. Karena generasi milenial ternyata pengguan sosial media aktif. Mereka menggunakan sosial media untuk mencari tahu tentang kehidupan orang lain dan biasanya orang-orang yang mereka kenal. Mulai dari apa yang orang tersebut lakukan, atau mereka sedang berada dimana dan apa yang mereka kenakan dan bahkan mereka membaca status yang ditulis dan ekspresi orang tersebut, itulah salah satu yang banyak dilakukan oleh generasi milenial ketika berselancar di sosial media. sehingga setelah mereka melihat aktifitas orang lain di sosial media,  Mereka menjadi merasa tertinggal ketika melihat teman-teman mereka sedang melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan, membeli sesuatu yang tidak mereka beli atau mengetahui sesuatu yang belum mereka ketahui di media sosial. Perasaan dimana seseorang merasa begitu khawatir jika melewatkan tren yang sedang terjadi di kehidupan sosialnya.

 

Seorang Psikolog bernama Dr. Andi Przybylsky dari University of Essex, Inggris melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang Fenomena FoMO yang dialami generasi milenial yang dimuat didalam The Journal Computers in Human Behavior pada tahun 2013. Dalam tulisannya tersebut, Przybylski mencoba menghubungkan fenomena FoMO dengan motivasi, emosi, dan perilaku seseorang. Hasil penelitiannya menyebutkan adanya keterkaitan antara fenomena FoMO dengan kebutuhan psikologis seseorang. Individu yang terbukti memiliki tingkat kepuasan rendah atas kebutuhan psikologisnya terbukti memiliki tingkat FoMO yang lebih tinggi. Penelitian tersebut juga mengidentifikasi bahwa rendahnya tingkat kepuasan atas kebutuhan psikologis merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari penyebab munculnya fenomena FoMO pada diri seseorang.

 

 

  1. Gejala FoMO

 

Tidak bisa lepas dari layar ponsel 

Kebiasaan memegang gadget seakan sudah tidak bisa dihilangkan. Kamu yang mengalami FOMO akan merasa selalu khawatir berlebihan saat tidak menggenggam ponsel, bahkan dalam waktu sedetik, seolah kamu sudah melewatkan banyak berita terbaru.

Lebih parahnya, kamu sampai tidak mampu mengatur waktu bermain ponsel hanya karena perasaan cemas akan kehilangan informasi.

 

 

Lebih peduli dengan kehidupan di media sosial 

Hati-hati juga, jika kamu mulai merasa tidak peduli dengan kehidupan sosial di dunia nyata, serta keinginan yang besar untuk diakui oleh orang lain di dunia maya. 

 

Terobsesi dengan kehidupan orang lain 

Berhati-hatilah jika kamu mulai merasa terobsesi dengan orang lain yang kamu anggap memiliki citra dan kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan diri kamu yang kamu lihat di media sosial maupun di dunia nyata,

Karena terobsesi, kamu akan terus menerus mencari tahu. Akibatnya, perlahan-lahan akan muncul perasaan iri, dengki, dan kecemburuan sosial dari dalam diri kamu terhadap orang tersebut.

 

 

  1. Dampak Buruk Bagi Kesehatan, Kehidupan Sosial, dan Finansial

 

Kesehatan Fisik dan Mental Terganggu

FOMO dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan juga psikologis seseorang.

Kecemasan dan ketakutan merupakan sebuah hal yang mampu memicu depresi atau stres berlebihan. Kamu akan merasa kelelahan, gemetar, pusing, sulit konsentrasi, mual, bahkan kesulitan untuk tidur nyenyak.

Tingkat kecemasan dari FOMO ini terjadi dalam jangka panjang, maka bisa berpengaruh pada sistem kardiovaskular dan kesehatan jantung kamu.

Ketika cemas, hormon-hormon stres seperti kortisol dan adrenalin akan dilepaskan dan tentunya dapat berdampak buruk pada bagian tubuh kamu yang lainnya. Sebab, hormon kortisol dapat mencegah pelepasan zat-zat yang menyebabkan peradangan, bahkan mematikan sistem kekebalan alami tubuh.

 

Hubungan Sosial bisa menjadi hancur berantakan.

FoMO dapat membuat persahabatan hancur bahkan hubungan kekeluargaan jadi retak karena ketidakmampuan mengendalikan diri untuk tidak membandingkan diri dengan kehidupan sosial orang lain yang dilihat di media sosial. Yang membuat kecemasan, kekecewaan , kemarahan bahkan iri hati muncul sehingga kehidupan jadi dikendalikan oleh perasaan dan pikiran yang negatif termasuk disaat berhubungan dengan orang lain sehingga akhirnya membuat orang-orang yang berhubungan sosial menjadi tidak nyaman karena permasalahan FoMO tersebut dan pada akhirnya membuat orang-orang di lingkaran sosial terdekat menjadi menjauh dari kehidupan kita.

 

Finansial terkuras habis tanpa terkontrol

Lebih parahnya lagi, kamu yang merasa FOMO terhadap tren terkini di masyarakat akan jauh merasakan kerugian yang teramat sangat, terutama dari sisi keuangan. Kamu menjadi tidak mampu melakukan manajemen keuangan diri dengan baik karena Kamu cenderung akan melakukan berbagai cara agar bisa mengikuti tren kekinian, sekalipun untuk mengikuti tren kekininan tersebut membutuhkan uang yang banyak, kamu tidak peduli. Sebab, kamu tidak ingin dianggap remeh dan dianggap kudet alias kurang updet oleh teman-teman di sekitarmu.

Misalnya, kamu terpaksa membeli produk Samsung Smartphone termahal karena kebanyakan teman-teman kamu adalah pengguna Samsung smartphone yang mahal. Padahal di sisi lain, kamu sama sekali tidak membutuhkannya. Kamu hanya ingin lebih diakui dan dihargai oleh mereka.

 

 

Bagaimana caranya agar kita tidak mengalami FoMO??

  1. Lakukan Manajemen Diri dalam mengakses media sosial. Kita harus dan pasti bisa mengatur penggunaan media sosial kita dengan bijak dan tepat. Kita menjadi tahu seberapa lama waktu yang bijak dalam mengakses media sosial dan juga kita harus tahu apakah info yang tersaji di media sosial itu sudah mulai mengganggu kita sehingga kita bisa langsung berhenti sejenak dan melakukan relaksasi pikiran dan perasaan dan mengkomunikasikan yang kita rasakan dan pikirkan ke teman yang tepat atau orang tua, atau tenaga profesional dibidang tersebut.
  2. Jangan terlalu sering melihat status kehidupan orang lain. Karena kita harus tahu bahwa apa yang terlihat di status belum tentu seperti dikehidupan nyata.
  3. Belajar follow atau subscribe akun-akun yang memberi manfaat positif bagi pengembangan diri kita.
  4. Dan bangun kehidupan sosial yang real, yang nyata agar kita tidak terjebak dengan kehidupan maya yang belum tentu benar.

 

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita Lainnya - 11 August 2020
TABAH: BERTAHAN UNTUK BERTAHAN
Berita Lainnya - 01 September 2020
Saat sendiri, kutemukan Tuhan
Berita Lainnya - 18 August 2020
7 Fakta Menarik Bahasa Indonesia
Berita Lainnya - 20 August 2020
Belum Sah Jadi Orang Indonesia Kalau Belum Tahu K...
Berita Lainnya - 17 August 2020
Upacara Online HUT 75 Tahun Republik Indonesia
Berita Lainnya - 07 January 2023
Tahun Baru, Semangat Baru | Hartawati Sigalinggin...
Berita Lainnya - 21 November 2022
Sabda Bahagia | Rebecca Ayu C, S.Pd.
“Kita tidak bisa memberi jika kita tidak memil...
Berita Lainnya - 24 October 2022
FLEXING: Tabu atau Perlu Ditiru? | Florentina Bud...
Kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat ...
Berita Lainnya - 01 September 2022
Talitakum | Zebulon Yakhin Dan Boas, S.Si.
Selamat untuk kita semua! Arti kata ini menurut K...
Berita Lainnya - 31 January 2023
MIRROR NEURON
Pernah tidak, kamu menguap dan seketika orang ...
Berita Lainnya - 28 October 2023
Selamat Hari Sumpah Pemuda 2023
Berita Lainnya - 31 October 2023
Kelelahan? Bingung Studi? Sabbatical Dulu!
Di Indonesia, istilah ini memang belum populer.
Berita Lainnya - 15 October 2023
Bell's Palsy: Kondisi yang Memengaruhi Wajah
Meskipun kondisi ini seringkali bersifat sementar...
Berita Lainnya - 22 October 2023
SUKU ASMAT-PAPUA
Suku Asmat adalah salah satu kelompok etnis yang ...
Berita Lainnya - 27 September 2023
Iri tanda tak mampu, Iri Hati Membusukkan Tulang ...
  “ Halah bilang saja kamu iri, kan sama aku? Asa...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 31 January 2023
SEMINAR ENTREPRENEUR (Digital Marketing, Bisnis P...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 07 February 2023
PARENTS WEBINAR : KARIR INDUSTRI ESPORT, SITUASI ...
Mau tidak mau, suka tidak suka, “game” sepertinya...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 20 February 2023
PIDATO SISWA "KISAH KASIH DI SEKOLAH" | Shane Dar...
Selamat pagi, Yang terhormat ibu kepala sekolah s...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 01 March 2023
PEMBELAJARAN PKWU - REKAYASA "Membuat konversi en...
Rabu, 1 Maret 2023 - Pelaksanaan pembelajaran PKW...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 24 February 2023
UJIAN PRAKTEK MENULIS KELAS XII IPA/IPS | Jumat, ...
Jumat, 24 februari 2023 - Siswa kelas XII IPA/IPS...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 15 September 2023
JUARA 3 OSN INFORMATIKA - VINCENT ARMANDO
Berita BPK PENABUR Jakarta - 18 September 2023
DAFTAR SISWA DITERIMA GELOMBANG NON TES 2 2023
DAFTAR SISWA DITERIMA GELOMBANG NON TES 2 2023
Berita BPK PENABUR Jakarta - 01 September 2023
PENGUMUMAN DITERIMA SISWA TAHUN AJARAN 2024/2025 ...
"PENGUMUMAN DITERIMA SISWA TAHUN AJARAN 2024/2025...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 21 September 2023
Lomba Merdeka Science Competition (MSC) Bidang Bi...
Selamat kepada siswa/i SMAK 2 PENABUR yang ber...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 24 September 2023
Puji -pujian siswa SMAK 2 PENABUR Jakarta di GKI...
Minggu, 24 September 2023 - Siswa/i SMAK 2 PENABU...

Choose Your School

GO