Resensi Buku Lail, Esok, dan Hujan
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023
Lail, Esok, dan Hujan
Vallerie Algrace Sitohang, XII IPA 4
Identitas Buku
Judul Buku : Hujan
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2016
Tebal Buku : 320 halaman
Tere Liye merupakan penulis novel berkebangsaan Indonesia yang memiliki nama asli Darwis. Nama “Tere Liye” sendiri diambil dari bahasa India yang memiliki arti “untukmu”. Ia lahir pada 21 Mei 1979 di Kota Lahat, Sumatera Selatan. Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara, dari pasangan petani yaitu Pasai dan Nursam. Tere Liye pernah bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 2 Kikim Timur, dan melanjutkan ke jenjang pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri 2 Kikim. Ia meninggalkan kampung halamannya dan melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 9 Bandar Lampung, lalu diterima sebagai mahasiswa di universitas ternama di Indonesia, Universitas Indonesia dan menyelesaikan gelar S1. Tere Liye menikah dengan Riski Amelia dan di karunia anak yang bernama Abdullah Pasai dan Faizah Azkia.
Sebelum masuk ke dunia sastra atau kepenulisan, Tere Liye bekerja di sebuah perusahaan sebagai akuntan, yang berkaitan dengan latar belakang pendidikannya, fakultas ekonomi; akuntansi. Ia mulai mendalami dunia sastra dan menulis berbagai karya sastra, dimulai dari novel pertamanya yaitu Hafalan Shalat Delisa. Kemampuan menulisnya yang sangat terampil berasal dari hobi yang ia miliki dan tekuni, yaitu menulis. Pemikirannya yang kritis juga membuat karya sastra Darwis atau yang lebih dikenal dengan Tere Liye ini mendapat banyak daya tarik dari orang-orang.
Hujan merupakan karya ke-25 penulis Tere Liye. Dalam 24 karya sebelumnya terdapat novel, kumpulan cerpen, dan kumpulan sajak. Novel best-seller ini menceritakan tentang kehidupan setelah bencana alam di yaitu letusan gunung dan gempa bumi yang sangat dahsyat di tahun 2042. Kedua bencana alam yang terjadi berturut-turut ini hanya menyisakan 10% dari penduduk bumi. Bahkan, sebagian besar bumi hancur, cuaca serta iklim pun terdampak dan menjadi tidak beraturan. Kisah ini diawali dengan sang tokoh utama, Lail, yang mendatangi Elijah, seorang paramedis terapi saraf yang ahli dalam bidangnya, dalam mendengarkan kisah-kisah yang diceritakan Lail untuk menghilangkan semua ingatannya yang berhubungan dengan hujan.
Seorang anak perempuan bernama Lail yang merupakan gadis pemberani, baik, sangat sabar dan tabah yang baru berumur 13 tahun harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ia telah kehilangan kedua orang tuanya yang tewas karena gempa bumi tersebut. Beruntung, saat bencana alam terjadi, Lail masih diberikan kesempatan hidup dan ditolong oleh seorang laki-laki berusia 15 tahun bernama Esok saat hampir terjatuh di lorong tangga darurat. Esok merupakan sosok yang sangat cerdas, penyayang dan sangat peduli dengan sekitarnya. Esok juga harus merasakan kehilangan anggota keluarganya, yaitu keempat saudaranya yang tewas karena bencana alam yang terjadi dan menyisakan ibunya.
Hidup di pengungsian sebagai seorang yatim-piatu selama 1 tahun membuat Lail dekat dengan Esok, seperti adik dan kakak yang saling menolong dan menguatkan satu sama lain. Mereka harus tinggal di pengungsian hingga keadaan membaik, tapi keadaan itu tidak berlangsung lama karena kota yang mereka diami sudah kembali berkembang. Keakraban dua sejoli yang terjalin karena bencana alam kini berubah menjadi rasa yang tak biasa. Hujan menjadi saksi hubungan mereka berdua. Namun, tidak berlangsung lama, mereka harus berpisah karena Esok diangkat anak oleh orangtua asuh yang merupakan keluarga walikota, yang bersedia menyekolahkan Esok setinggi-tingginya.
Lail pun pindah ke panti sosial, yang membuat hubungan keduanya semakin menjauh, terlebih lagi Esok harus melanjutkan sekolahnya di Ibu Kota. Mereka semakin jarang bertemu. Bahkan ketika libur panjang, Esok tidak berkesempatan pulang ke kotanya karena sedang dalam sebuah proyek penting yang dirahasiakannya dari keluarganya dan orang terdekatnya, termasuk Lail. Proyek penting ini menyediakan pesawat yang akan mengangkat para manusia untuk pindah ke planet lain karena planet yang mereka tinggali sekarang sudah terancam hancur akibat gempa. Namun, hanya orang-orang yang terpilih yang dapat menumpangi pesawat tersebut.
Novel “Hujan” karya Tere Liye ini mengambil tema persahabatan, cinta, dan juga futuristik. Bagaimana Lail dan Esok menghadapi kejamnya dampak dari bencana alam yang sangat dahsyat yaitu gunung meletus dan gempa bumi di tahun 2042. Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga “dia”, serba tahu. Nilai – nilai berharga yang terkandung dalam novel ini adalah nilai sosial kasih sayang yaitu kesetiaan, pengabdian, saling tolong-menolong dan kepedulian. Terdapat juga nilai sosial tanggung jawab yaitu disiplin dan empati.
Kelebihan novel Hujan terdapat pada tata bahasa yang cukup mudah dipahami oleh pembaca. Alur cerita yang tidak terlalu cepat maupun lambat dan tidak rumit mampu membuat pembaca tetap menikmati dan tidak merasa bosan.. Novel ini juga tidak memiliki sinopsis yang menurut saya akan membuat rasa penasaran sehingga orang-orang akan berminat membaca novel ini. Sampul novel juga didesain sangat cantik dan menarik untuk dilihat.
Novel ini juga mengandung banyak sekali nilai-nilai positif yang dapat kita ambil. Banyak juga kejutan yang diberikan oleh novel ini, misalnya saat bencana alam diceritakan dapat menghasilkan perubahan musim, cuaca dan iklim yang berlangsung sangat lama. Para pembaca dapat berimajinasi dari kisah-kisah di novel ini. Novel yang futuristic ini juga mengandung berbagai teknologi canggih misalnya alat komunikasi yang ditanam di tangan, anting yang dapat berfungsi sebagai pemandu online dan alat teknologi lainnya yang kembali dapat membuat para pembaca berimajinasi.
Disamping itu, buku ini juga memiliki beberapa kelemahan. Sosok peran utama di novel ini yaitu Lail, kurang memiliki karakter yang kuat dan mendominasi. Meski sosok Lail merupakan sosok yang baik, ia juga seorang gadis lemah, mudah menangis, dan tidak mempunyai sikap inisiatif. Novel ini juga sama sekali tidak membahas persoalan agama dan kepercayaan, tetapi penulis menyebutkan bahwa secanggih dan semaju apapun teknologi, tidak ada yang dapat mengalahkan kekuasaan dari Tuhan. Hal ini dapat dikatakan bertentangan dengan persoalan yang telah disinggung sebelumnya. Terbukti bahwa di novel ini tidak ada sama sekali kegiatan yang menyinggung keagamaan, seperti ibadah, berdoa ataupun menyebutkan dan membawa nama “Tuhan”.
Terlepas dari kelemahannya, buku ini dapat dikatakan sebagai bahan bacaan yang bagus dan bermutu. Buku ini dapat dibaca oleh semua kalangan, namun lebih cocok dan di rekomendasikan untuk kalangan remaja karena menceritakan tentang bencana dan teknologi yang untuk saat ini bisa dikatakan kurang masuk akal, sehingga akan lebih sulit diterima dan dicerna oleh orang dewasa dan orang-orang yang hanya menyukai hal realistis.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur