Memaknai Kemerdekaan Indonesia
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 17 August 2023
Memaknai Kemerdekaan Indonesia
Tahukah kamu bahwa setiap tahun, anggota Paskibraka yang akan bertugas mengibarkan Sang Saka Merah Putih di Istana Negara menjalani dua kegiatan ritual? Kegiatan tersebut adalah Renungan Jiwa dan Pengukuhan yang merupakan puncak dari proses pembekalan fisik dan mental. Pengukuhan dilakukan sebagai tanda bahwa anggota Paskibraka telah selesai mengikuti latihan dan dikukuhkan atau dilantik secara penuh sebagai anggota Paskibraka, sementara Renungan Jiwa terdiri dari proses introspeksi (melihat ke dalam diri sendiri) dan retrospeksi (melihat kembali ke masa lampau). Hal ini dilakukan untuk membuka mata hati para anggota Paskibraka agar mereka sadar bahwa mereka memiliki pemahaman moral yang harus diemban ketika melaksanakan tugas sebagai pengibar bendera pusaka. Moral yang dimaksud ialah moral yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka dari itu, upacara yang akan mereka lakukan bersifat sakral, suci, dan mulia.
Dalam memaknai kemerdekaan Indonesia, kita sebagai rakyat Indonesia seharusnya juga perlu melakukan intropeksi dan retrospeksi. Mari kita lihat dan periksa diri kita masing-masing. Sebagai introspeksi, apa yang dapat kita lakukan untuk Indonesia setelah menikmati kemerdekaan selama hampir 78 tahun? Dan sebagai retrospeksi, mari kita mengingat kembali dan merenungkan perjuangan para pahlawan yang telah gugur di medan perang demi kemerdekaan Indonesia.
Jadi sebenarnya, proses introspeksi dan retrospeksi tidak hanya dilakukan oleh anggota Paskibraka saja, tetapi juga oleh seluruh rakyat Indonesia. Mengapa demikian? Agar kita sebagai rakyat Indonesia sadar akan moralitas dan tanggung jawab yang kita emban setelah mencapai kemerdekaan. Budiharjo Winarno, dalam bukunya yang berjudul Teratai Nusantara, berkata “Moralitas adalah perbuatan yang bertanggung jawab yang dilakukan dengan bebas dan sadar.” Kesadaran dan kebebasan inilah yang nantinya akan berpengaruh pada ‘suara hati’ untuk menentukan perbuatan apa yang seharusnya kita lakukan.
Setelah memahami hal tersebut di atas, seharusnya kita tidak lagi melihat pengendara kendaraan bermotor yang melanggar peraturan lalu lintas. Tidak ada lagi orang-orang yang malas bekerja dan tidak mau berusaha untuk kemajuan bangsa Indonesia. Tidak ada lagi pelajar yang tawuran atau malas belajar. Semua itu adalah perbuatan yang tidak bertanggungjawab dan tidak seharusnya dilakukan meskipun kita memiliki kebebasan untuk melakukannya.
Jadi, mari kita kita berintrospeksi dan beretrospeksi sebagai usaha untuk memaknai kemerdekaan Indonesia. Apapun peran kita, sebagai seorang guru, pelajar, atau pekerja di suatu bidang, baiklah kita mengabdi kepada negara melalui tugas dan tanggung jawab sesuai peran kita masing-masing, tentunya bukan karena paksaan atau keharusan, melainkan karena kesadaran moralitas dan panggilan hati nurani. Merdekaaa!!! (Septian Bonardo, Pembina Paskibra Spekta)
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur