CERPEN-Ruang Pikiran

BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 17 January 2024

Ruang Pikiran

Cherily Lovenka Ivandra, XII IPA 2

 

 

 

 

 

 

Pikirannya bingung, takut, dan sedih sejak ia tidak sengaja mendengar percakapan kedua orang tuanya pada saat ia melewati ruangan yang berada di dekat kamar tidur kedua orang tuanya itu. “Aku akan menjual seluruh aset perusahaan jika penjualannya tidak meningkat dalam waktu dekat ini” ucap seorang laki-laki paruh baya dari dalam ruangan itu yang pintunya tidak tertutup rapat. Ucapan itu terus menghantui pikirannya, ia sudah mencari kesibukan agar ia tidak memikirkan hal itu, namun usahanya sia-sia. Ia sudah mengetahui bahwa perusahaan papanya sedang menurun selama beberapa bulan ini, ia juga tahu bahwa papanya sedang terlilit hutang dan mencari pinjaman sana-sini.

    “Tok, tok, tok!” bunyi pintu membuyarkan semua lamunannya itu. “Ya masuk aja!” seru gadis mungil yang dari tadi melamun. “Nak, mama mau ngomong sama kamu!” ucap wanita itu yang adalah mamanya. “Iya ma, ada apa?” ucap gadis itu yang sebenarnya ia tahu pasti mamanya akan membicarakan tentang usaha papanya. “Jadi, gini Nak, perusahaan papa sedang turun, jadi mama minta tolong supaya kamu bisa berhemat ya Nak! Tapi tenang aja, mama dan papa akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencukupi kebutuhan kamu, mama kasih tahu ini supaya kamu bisa mengelola keuangan kamu dengan baik ya Nak!” ucap wanita itu. “Iya ma, aku ngerti” balas gadis itu singkat. Ia tidak mau banyak berbicara karena ia takut ia meneteskan air mata di depan mamanya.

     Gabriella Sasha Kalmastya, gadis mungil yang harus belajar memahami setiap kondisi yang dialaminya. Bukan waktunya lagi, ia tidak memperdulikan kondisi keluarganya, ia sudah dewasa, ia harus menjadi perempuan yang tangguh dan bisa membanggakan kedua orang tuanya. Ia juga bertekad pada dirinya supaya ia tidak memberi tahu masalah keluarganya kepada sahabat terdekatnya, yaitu Jane karena ia tahu bahwa ini hal yang sensitif dan bersifat pribadi.

    “Drrtt, drrttt, drttt!” bunyi dering gadgetnya,  membuat dirinya membuka panggilan telepon dari sahabatnya. “Halo, jalan yuk! Gue bosen nih di rumah” ucap Jane dari seberang telepon. “Yah, sorry banget, gue lagi kerjain tugas nih, banyak banget” balas Sasha. “Tugas anak IPA banyak banget sih, yaudah deh, bye” balas Jane. Jane bukanlah anak IPA melainkan anak IPS, maka dari itu ia sangat heran kepada Sasha karena tugasnya selalu banyak “Hehehe, iya nih, oke bye!” kekeh Sasha lalu mematikan telepon genggamnya. Sebenarnya, Sasha tidak sedang mengerjakan tugas, namun jika ia pergi ke luar rumah dan jalan-jalan pasti ia harus mengeluarkan uang, sedangkan ia berpikir harus berhemat. 

    Keesokan paginya, ia bertemu Jane di sekolah, seperti biasa mereka selalu bercanda di setiap pagi seperti tidak ada beban. “Kita udah lama ga keluar nih, lu sibuk banget, kapan bisa jalan bareng?” tanya Jane. “Tunggu gue senggang ya, atau kalau lu mau, lu boleh ke rumah gue daripada jalan-jalan, lagian gue juga lagi berhemat karena gue mau nabung, lagi banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, Jane” jawab Sasha sambil beralasan. “Yaudah deh, gue ke rumah lu ya hari ini!” seru Jane, “Siapp!” ucap Sasha bersemangat.

    Sepulang sekolah, Jane ikut dengan Sasha ke rumah Sasha. Mereka menghabiskan waktu untuk bermain, bercerita, dan bertukar pikiran. Setelah Jane pulang ke rumahnya, Sasha harus melanjutkan les mata pelajaran eksak di dekat rumahnya karena ia harus mempersiapkan dirinya untuk mengikuti pekan ujian di minggu depan. Sesudah ia pulang ke rumah, mamanya memanggil Sasha untuk berbicara sebentar di ruang keluarga.

    “Nak, mama dan papa minta maaf banget, kayaknya untuk bulan depan, kami ga bisa bayar uang les kamu untuk sementara waktu, kalau kamu mau, coba cari les yang lebih murah ya!” ucap wanita itu sedih. Sasha hanya mengiyakan ucapan mamanya dan segera masuk ke kamar. Di kamar, ia menangis karena mamanya sampai mengucapkan hal tersebut, ia juga merasa bingung bagaimana dirinya dapat mendapatkan nilai yang bagus tanpa les. Ditambah lagi, bulan depan ia sudah harus mengikuti pekan ulangan. Ia merasa tidak percaya diri.

     Selama seminggu, ia benar-benar mencari kesibukan dengan hanya bermain gawainya. Ia melakukan hal tersebut karena saat ia ingin mencoba untuk belajar, ia tidak bisa fokus karena perasaan tidak percaya dirinya. Pada saat, minggu ulangan tiba, di hari pertama, ia memutuskan untuk bekerja sama dengan temannya yang sering menyontek. Namun, pada saat Sasha melakukan tindakan kecurangan tersebut, ia ketahuan dengan guru yang mengawas dan melaporkan kepada guru mata pelajaran yang terkait untuk memberikan nilai 0 kepada Sasha. Sasha tidak diperkenankan untuk mengerjakan ulangan tersebut lagi. 

    Sasha sangat malu, bahkan teman-temannya yang tadinya mengira Sasha adalah anak yang pintar mencap Sasha menjadi tukang mencontek. Sasha dijauhkan oleh teman-temannya, ia semakin terpuruk dan ia semakin percaya bahwa dirinya tidak memiliki kelebihan. Sepulang sekolah, Jane menanyakan keadaan Sasha karena ia sudah tahu kabar Sasha mencontek dari teman sekelas Sasha yang kenal dengan Jane. “Sha, lu gapapa?” tanya Jane. “Gapapa, gue hanya butuh waktu buat sendiri” jawab Sasha. “Yaudah, kalau lu mau cerita, bilang aja ke gue, gue yakin lu ga akan mencontek tanpa ada alasan, Sha” balas Jane sambil tersenyum. “Makasih ya Jane, lu udah berpihak ke gue, sedangkan semua orang sekarang jadi benci sama gue” ucap Sasha pelan. “Gue selalu ada buat lu, yaudah kalau gitu gue duluan ya, hati-hati jangan melamun!” ucap Jane sambil meninggalkan Sasha.

      Tidak lama kemudian, Bu Ani, wali kelas Sasha menghampiri Sasha dan mengajak Sasha untuk ikut ke ruangannya. “Ibu, mau bicara tentang saya yang mencontek ya, Bu?” tanya Sasha. “Kamu lagi ada masalah ya, Nak? Ibu yakin kamu tidak akan mencontek, dan Ibu perhatikan selama seminggu ini, mukamu muram seperti banyak pikiran” ucap Bu Ani. “Gak Bu, saya cuma kecapean saja” jawab Sasha. “Cerita saja, Nak.  Siapa tahu, Ibu dapat membantumu!” bujuk Bu Ani. “Gini Bu, sebenarnya, saya ga mau ceritain ini ke siapa-siapa, bahkan sahabat saya juga gak tahu Bu, tapi maaf kalau ini sifatnya pribadi banget Bu, tetapi saya ga tahu mau cerita ke siapa-siapa lagi. Selama seminggu ini saya harus berhenti les karena masalah keuangan di keluarga saya dan saya ga percaya diri sama diri saya sendiri, Bu kalau saya bisa belajar tanpa les. Setiap saya mau belajar, saya selalu ga bisa fokus, Bu karena rasa tidak percaya diri saya ini, maka dari itu, hari ini saya putuskan untuk mencontek agar nilai saya tetap bagus walaupun saya tidak les.” jelas Sasha, panjang lebar. “Nak, kamu itu bisa, kamu harus mencoba menghiraukan rasa tidak percaya diri kamu, kalau kamu bisa melakukan itu, kamu sudah berhasil melawan rasa tidak percaya diri itu!” ucap Bu Ani. “Kalau kamu tidak les, kamu harus membuktikan ke teman-teman kamu, bahwa saat dirimu tidak les, dirimu tetap bisa mengerjakan ulangan dan mendapatkan nilai yang baik, apapun hasilnya harus kamu hargai karena itu hasil usaha kamu sendiri, bukan hasil usaha orang lain” lanjut Bu Ani. Sasha memperhatikan setiap nasehat yang diberikan oleh Bu Ani “Iya Bu, saya menyesal, kalau boleh, Ibu jangan kasih tau orang tua saya ya Bu? Mereka sedang banyak pikiran” pinta Sasha. “Baiklah, Nak, Ibu tidak akan memberi tahu ke orang tuamu, tetapi janji ya sama Ibu, kamu akan berusaha dan tidak akan mencontek lagi?” Tanya Bu Ani. “Saya janji, Bu, terima kasih ya, Bu” jawab Sasha.

    Sesampainya Sasha dirumah, ia segera merapikan meja belajarnya yang selama seminggu hanya ada tumpukan sampah tisu bekas, sisa ia menangis. Ia juga kembali menata jadwal belajarnya agar ia dapat memperoleh nilai yang bagus dengan usahanya sendiri. Tidak hanya itu, ia membuat rencana untuk membuka usaha kecil-kecilan, yaitu ia ingin menjual berbagai macam alat tulis. Semua rencana yang telah ia siapkan, ia tulis di sebuah agenda kesayangannya yang sudah tidak pernah dibuka lagi sejak seminggu.

    Keesokan harinya, ia membuktikan ke teman-temannya bahwa ia tidak akan pernah lagi mencontek. Ia juga mengaku bersalah di hadapan teman-temannya. Tidak hanya itu, Sasha belajar lebih giat agar ia dapat mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari di kelas. Sasha juga sudah menuliskan semua rincian yang harus ia beli sebagai modal awal usahanya. Hal ini sangat didukung oleh kedua orang tuanya, bahkan sahabatnya, Jane. Akhirnya, saat nilai ulangan keluar, Jane mendapatkan nilai 100 pada setiap mata pelajaran. Bahkan, ia menerima kabar baik bahwa perusahaan orang tuanya sudah meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.

 

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 20 May 2020
Ujian Praktik TA 2019-2020
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 29 January 2021
Pelantikan Anggota Paskibra
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 29 January 2021
Pelantikan PMR
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 01 February 2021
Ibadah Spekta: Membuka Ruang
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 29 January 2021
Pelantikan Pramuka SMAK PENABUR Kota Wisata
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2020
PENGUMUMAN PSB AKW 2021-2022
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 03 September 2020
OPEN HOUSE AKW
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 19 September 2020
Seminar Psikotes AKW
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 22 September 2020
Character Building kelas X
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 22 September 2020
Bina Iman Kelas XI
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 13 February 2023
“HIKMAT DI DALAM KETEKUNAN”
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 11 February 2023
PCG 3 : MENJAGA KESEHATAN MENTAL REMAJA SETELAH P...
PCG 3 : MENJAGA KESEHATAN MENTAL REMAJA SETELAH P...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 06 February 2023
Skrining Kesehatan kelas 10
Skrining Kesehatan kelas 10
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 15 February 2023
"Do not follow the crowd in doing wrong"
"Do not follow the crowd in doing wrong"
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 16 February 2023
"Buku terpopuler edisi Januari 2023 PERPUS-AKW"
"Buku terpopuler edisi Januari 2023 PERPUS-AKW"
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023
Resensi Buku Cinta Tak Kunjung Selesai
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023
Resensi Buku Perasaan Sesungguhnya
Resensi Buku Perasaan Sesungguhnya
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023
Resensi Buku Lail, Esok, dan Hujan
Resensi Buku Lail, Esok, dan Hujan
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023
Resensi Buku Perjalanan Menuju Juara
Resensi Buku Perjalanan Menuju Juara
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 20 October 2023
Kesempatan Memenangkan hadiah tambahan periode 23...
Kesempatan Memenangkan hadiah tambahan periode 23...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 27 February 2024
Renungan : "IMAN YANG BENAR"
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 28 February 2024
Morning Devotion : “Help My Unbelief!"
Morning Devotion : “Help My Unbelief!"
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 01 February 2024
Renungan pagi
Renungan pagi
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 02 February 2024
Morning Devotion
Morning Devotion
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 06 February 2024
Renungan : “YANG KECIL JUGA DIPEDULIKAN”
Renungan : “YANG KECIL JUGA DIPEDULIKAN”

Choose Your School

GO