Cerpen (Hai Diriku, Istirahatlah)

BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023

Hai Diriku, Istirahatlah

Anya Patricia Sutanto, XII IPA 2

 

Terdengarlah suara pintu ditutup dan tirai digeser, menghalangi setiap cahaya matahari untuk masuk menyinari. Seakan untuk menutup ruangan itu dari dunia luar. Udara dingin pun dengan cepat memenuhi kamar. Di sana, duduklah seorang gadis dengan buku, alat tulis, dan peralatan tempur lainnya. Ya, minggu ulangan sudah tiba. Sudah saatnya bagi Lea untuk kembali berjuang dan menunda kesenangannya.

Lea adalah seorang gadis remaja yang kini duduk di bangku SMA. Sejak SMP, Lea dikenal sebagai salah satu pelajar yang memiliki nilai akademik yang baik. Banyak guru di sekolah juga mengakui kemampuan Lea, bahkan beberapa dari temannya sering bertanya kepada Lea mengenai kunci keberhasilannya. “Eh, cara dapat motivasi belajar gimana sih?” Tanya seorang teman, “gimana cara belajarnya agar dapat nilai bagus?” Setiap kali ada yang menanyakannya itu, Lea menjawab, “Harus punya rasa tanggung jawab agar termotivasi. Ketika kamu merasakan kesenangan dan kepuasan ketika mendapatkan nilai bagus, kamu pasti ketagihan. Kalo belajarnya, aku saranin kamu belajarnya enggak cuma dari satu media saja. Aku biasanya dari buku, latihan soal, dan kursus di Youtube.” Ada juga yang bertanya, “Kamu mengatur waktu belajarnya gimana sih?” Berbeda dengan pertanyaan sebelumnya, Lea tidak pernah benar-benar bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya mengenai caranya mengatur waktu. Biasanya ia hanya akan menjawab, “Ya gitu, susah jelasinnya.” Lea memang sengaja tidak memberi tahu karena ia tahu bahwa ia sendiri masih perlu memperbaiki caranya mengatur waktu.

“Cara mencari reaksi entalpi adalah dengan mengurangi entalpi pembentukan produk dengan entalpi pembentukan reaktan. Rumus ini harus dihafal ya adik-adik,” jelas guru dalam vidio di Youtube yang sedang dilihat Lea. Besok ada ulangan kimia. Semenjak pulang sekolah, Lea sudah mengunci dirinya di dalam kamar bersama bahan-bahan pembelajarannya. Tidak serajin yang teman-temannya kira, Lea hanya belajar sehari sebelum suatu ulangan dilaksanakan. Cara tersebut mungkin dapat bekerja cukup baik ketika Lea menduduki bangku SMP. Namun, seiring naiknya Lea ke jenjang yang lebih tinggi, cara tersebut dengan perlahan tidak ampuh lagi digunakaan. Sore berlalu dan malam pun tiba. “Lily, kamu udah sampe mana belajarnya?” Tanya Lea kepada saudara kembarnya. “Udah selesai dong, cuma palingan ngerjain ulang beberapa nomor latihan soal. Kalau kamu?” Balas Lily. “Masih lumayan banyak yang belum selesai. Latihan soal juga belum,” jawab Lea dengan nada yang lelah. “Buruan selesaiin, entar ibu marah lagi loh!” Betul saja apa yang dikataan Lily kepada Lea. Memang dibanding Lily, Lea memiliki proses pembelajaran yang lebih lama. Ia juga sering tidur larut malam untuk menyelesaikannya. Sudah berkali-kali Ibu memperingati Lea untuk mengutamakan kesehatannya dan tidak begadang. Lea biasanya menjawab, “iya.” Namun, tetap saja Lea berulang-ulang kali mengingkar nasehat ibunya. Hari ini pun, Lea juga mengutamakan kegiatan belajarannya daripada waktu istirahatnya. 

“Dah, besok remed aja. Gak ngerti apa-apa,” ucap Lea dalam hatinya ketika akan memulai pembelajarannya untuk ulangan matematikanya besok. Hasutan untuk menyerah dan menunda menghantam pikiran Lea bagaikan ombak besar di lautan. Sejak dulu, Lea memang tidak menyukai mata pelajaran matematika. Ingin sekali ia untuk mengangkat tangan dan menonton drama Koreanya yang tertunda, untuk bersikap acuh tak acuh dan terlena oleh kesenangan. Namun, Lea tahu bahwa ia tidak bisa melakukannya. Ia sangat tahu bahwa ia tidak akan mampu menanggung berat hatinya ketika mendapatkan nilai yang jelek. Kedua pikiran yang bertolak belakang membentuk benang kusut dalam pikirannya. Setelah menenangkan diri, Lea pun memulai pembelajarannya.

Jam kini menunjukan pukul 19.05. “Udah mau selesai belum? Masih berapa banyak lagi belajarnya?” Tanya ibu yang baru saja pulang dari kantor. “Gak seberapa,” jawab Lea dengan ragu. Ia tahu bahkan malam ini ia pasti akan belajar lembur lagi. Setelah mandi dan makan malam, Lea melanjutkan kegiatan belajarnya yang tak kunjung selesai. “Ayo Lea, udah setengah sebelas. Kamu dari kemarin tidur sudah kurang. Jangan sampai kamu jatuh sakit, nanti liburan gak bisa kemana-mana. Ayo tutup laptopnya dan tidur!” Tegur Ibu kepada Lea. “Satu soal lagi, Bu. Ibu tidur aja dahulu,” jawab Lea sambil mengerjakan soal yang tertera dalam laptopnya. Satu soal selesai dikerjakan, dilanjutkan dengan soal berikutnya dan seterusnya. Lea tidak akan berhenti sampai ia merasa itu sudah cukup, sampai ia merasa bahwa kerja keras dan usaha yang ia lakukan akan dapat menutupi kekecewaannya bila ia mendapatkan nilai yang buruk. “Istirahat bisa nanti, bisa ketika minggu ulangan udah selesai,” kata Lea dalam pikirannya sambil menoleh ke ibunya yang sedang tidur. Sekarang sudah tengah malam. Lea merasa lega setelah menyelesaikan soal terakhir di latihan soal yang diberikan gurunya. Ia akhirnya bisa istirahat, tetapi tetap saja ada perasaan kurang puas yang mengganggu hatinya. Ia merasa bahwa persiapan yang ia lakukan masih saja belum cukup.

Minggu ulangan pun mencapai akhir. Walaupun beberapa nilai yang diperoleh Lea seakan mengkhianati usahanya, ia dapat menutup kekecewaannya dengan berpikir bahwa setidaknya ia sudah berusaha dengan baik. Betapa senangnya Lea mengetahui bahwa ia akhirnya bisa tenang dan bersenang-senang setelah membanting tulang selama 2 minggu lamanya. Akan tetapi, kesenangannya tersebut tidak bertahan lama. Malam harinya, Lea merasakan kepalanya begitu berat. Ia minum obat dan bergegas tidur. Ia tidak ingin ibunya melihat bahwa ia tidak sehat, terlebih karena keesokan harinya mereka akan pergi berlibur. Namun, ibu Lea mendatangi Lea. “Are you, ok?” tanya ibu sambil menyentuh dahi Lea, “kamu demam, Lea.” “Sudah minum obat,” jawab Lea sambil menarik selimut menutupi mukanya dan dengan segera ia terlelap. 

Keesokan harinya, Lea terbangun dan merasakan hidungnya tersumbat dan tenggorokannya sakit. Mendengar suara di kamar Lea, Ibu masuk ke kamar dan kembali memeriksa dahi Lea. “Kamu masih demam. Ibu sudah berkali-kali mengingatkan kamu untuk beristirahat dengan cukup. Untuk apa kamu kejar nilai yang tinggi bila pada akhirnya kamu sakit. Kita tidak jadi pergi berlibur. Kamu butuh istirahat,” omel ibu sambil mempersiapkan obat untuk Lea. Lea memejamkan mata. Ia kecewa karena tidak jadi pergi berlibur. Namun, rasa bersalah karena menyebabkan liburan keluarga gagal jauh lebih mendominasi. Ia tahu bahwa keluarganya sudah menanti-nantikan liburan ini dan semua akomodasi sudah dibeli. Lea mendekati ibunya dan membujuk ibunya untuk tetap berlibur. Namun semua bujukannya tidak membawa hasil. Akhir pekan itu, mereka sekeluarga terpaksa tinggal di rumah. Untungnya, hotel yang sudah dibayar bisa digantikan oleh kenalan ibu. Setidaknya, sebagian besar biaya yang telah dikeluarkan dapat diperoleh kembali.

Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi Lea bahwa kesehatan adalah utama. Seperti kata James Cohen, “Ada kebaikan dalam pekerjaan dan ada kebaikan dalam istirahat. Gunakan keduanya dan jangan abaikan keduanya.” Istirahat itu penting. Oleh karena itu, jangan lupa istirahat.

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 20 May 2020
Ujian Praktik TA 2019-2020
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 29 January 2021
Pelantikan Anggota Paskibra
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 29 January 2021
Pelantikan PMR
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 01 February 2021
Ibadah Spekta: Membuka Ruang
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 29 January 2021
Pelantikan Pramuka SMAK PENABUR Kota Wisata
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2020
PENGUMUMAN PSB AKW 2021-2022
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 03 September 2020
OPEN HOUSE AKW
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 19 September 2020
Seminar Psikotes AKW
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 22 September 2020
Character Building kelas X
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 22 September 2020
Bina Iman Kelas XI
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 13 February 2023
“HIKMAT DI DALAM KETEKUNAN”
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 11 February 2023
PCG 3 : MENJAGA KESEHATAN MENTAL REMAJA SETELAH P...
PCG 3 : MENJAGA KESEHATAN MENTAL REMAJA SETELAH P...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 06 February 2023
Skrining Kesehatan kelas 10
Skrining Kesehatan kelas 10
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 15 February 2023
"Do not follow the crowd in doing wrong"
"Do not follow the crowd in doing wrong"
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 16 February 2023
"Buku terpopuler edisi Januari 2023 PERPUS-AKW"
"Buku terpopuler edisi Januari 2023 PERPUS-AKW"
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023
Resensi Buku Cinta Tak Kunjung Selesai
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023
Resensi Buku Perasaan Sesungguhnya
Resensi Buku Perasaan Sesungguhnya
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023
Resensi Buku Lail, Esok, dan Hujan
Resensi Buku Lail, Esok, dan Hujan
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023
Resensi Buku Perjalanan Menuju Juara
Resensi Buku Perjalanan Menuju Juara
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 20 October 2023
Kesempatan Memenangkan hadiah tambahan periode 23...
Kesempatan Memenangkan hadiah tambahan periode 23...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 27 February 2024
Renungan : "IMAN YANG BENAR"
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 28 February 2024
Morning Devotion : “Help My Unbelief!"
Morning Devotion : “Help My Unbelief!"
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 01 February 2024
Renungan pagi
Renungan pagi
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 02 February 2024
Morning Devotion
Morning Devotion
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 06 February 2024
Renungan : “YANG KECIL JUGA DIPEDULIKAN”
Renungan : “YANG KECIL JUGA DIPEDULIKAN”

Choose Your School

GO