Proklamasi Kemerdekaan Berdampak Pada Mindset masyarakat, sebuah Essay

BERITA LAINNYA - 12 August 2023

Proklamasi Kemerdekaan Berdampak Pada Mindset masyarakat..

       Setelah lebih dari 1 abad dalam cengkraman para penjajah, bangsa indonesia akhirnya bisa mengumandangkan proklamasi kemerdekaan mereka yang sudah telah lama dinantikan tepatnya pada 17 Agustus 1945. Proklamasi ini tentu terjadi dengan mudah tetapi terjadi penuh dengan tumpah darah rakyat Indonesia. Untuk mengetahui sejarah proklamasi mari kita simak bersama. Hal ini dimulai ketika pengeboman yang terjadi di Jepang tepatnya.

      Pada 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945, saat Amerika mengebom negara Jepang tepatnya di kota Nagasaki dan Hiroshima akibat dari kejadian itu ratusan ribu orang meninggal dan mau gak mau memaksa Jepang untuk menyerah kepada sekutu sekaligus menandai berakhirnya perang dunia ke 2. Ketika hal itu terjadi para golongan muda mendesak Soekarno dan Moh hatta untuk melangsungkan proklamasi tetapi hal itu ditolak oleh golongan tua dengan alasan mereka ingin menghormati hak dan kewajiban selaku pemimpin PPKI.

       Dan mengkhawatirkan adanya pertentangan prajurit Jepang dan belum yakin dengan kekalahan Jepang. Tetapi golongan muda menolak sanggahan itu dan memilih untuk menculik Soekarno dan Mohammad Hatta pada 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok akhirnya disepakati dan Proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda. Setelah proklamasi kemerdekaan tentu banyak dampak positif dan negatif yang dialami oleh rakyat Indonesia.

     Di artikel kali ini saya akan beropini mengenai pemikiran orang Indonesia mengenai pentingnya pendidikan bagi rakyat setelah masa proklamasi. Sebelumnya saya sangat bersyukur dan berterimakasih dengan adanya pahlawan di bidang pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara yang mendirikan taman siswa dan membangun pendidikan di masa sebelum kemerdekaan dan Ibu R.A Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita Indonesia dan Pendidikan bagi kaum wanita.

    Walaupun begitu hebatnya perjuangan pahlawan Indonesia di masa lampau nyatanya belum banyak dihargai oleh masyarakat zaman sekarang terutama dalam bidang pendidikan, banyak masyarakat zaman sekarang yang berpikir bahwa “ngapain sih harus kuliah saya aja lulusan SMA bisa langsung dapat kerjaan daripada Dia lulusan sarjana malah nganggur” Mungkin saya perlu tekankan di awal bahwa kuliah itu memang tidak menjamin seseorang bisa langsung dapat

   Kerjaan atau sukses di masa depan tapi kuliah itu mengubah pola pandang kita menjadi lebih kritis. Dan ini banyak tidak disadari oleh masyarakat terutama bagi mereka yang berasal dari golongan menengah ke bawah, kejadian lain yang membuat saya cukup geram adalah mereka kebanyakan mendahulukan yg namanya pernikahan di banding pendidikan hal ini tentu tidak akan jadi masalah jika mereka sanggup untuk menghidupi buah hati dari pernikahan itu.

      Tapi pada kenyataanya banyak pasangan menengah kebawah yang mendahulukan pernikahan ini dan memilih tidak KB dan bahkan mereka sampai mempunyai lebih dari 8 anak. Dan cara mereka memenuhi kebutuhanya adalah dengan mengandalkan belas kasih dari orang lain. Atau mengandalkan anak mereka dengan memiliki mindset “Banyak anak sama dengan banyak rejeki” mau gak mau sih anak ketika sudah dewasa dan bekerja menjadi seorang “sandwich generation” yang harus memenuhi kebutuhan adik - adiknya sebagai upah karena orangtuanya telah membesarkan dan merawatnya dengan baik atau sebagai bentuk taat kepada orangtua yang sebenarnya juga bukan tanggungjawab si anak. Dan bagi saya ini sangatlah parah karena seorang

      Orang tua seharusnya bisa menjadi teladan yang baik bagi anak - anaknya. Mungkin kalian tidak asing dengan melihat fenomena orang mendorong gerobak dengan membawa anak - anak mereka di dalam gerobak tersebut. Dari dua fenomena ini saya ingin mengkritik bahwa jika mereka saja belum mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri kenapa mereka tega sampai mempunyai anak yang akhirnya akan ikut merasakan kesusahan yg mereka alami.

     Jika orangtua anak - anak ini yang saya barusan sebutkan dalam fenomena di atas memiliki pendidikan lebih tinggi seperti menempuh pendidikan sarjana, pastinya mereka akan punya pikiran yang lebih kritis dan memikirkan efek jangka panjang bukan hanya kesenangan sementara. Buat yang belum tahu salah satu penyebab mereka mempunyai banyak anak selain KB ini adalah seks sebagai hiburan gratis mereka.

     Mungkin saya akan ajak kamu untuk membuka pandangan kamu lebih luas, hiburan apa sih yang kamu harapkan kalau misalnya kamu tinggal di kolong jabatan. Boro - boro misalnya nonton TV tinggal di lingkungan yang kumuh dan bau tentu sudah tidak nyaman dan TV tentu saja tidak ada ya salah satu cara paling gampang adalah menikah dan menikmati sex sebagai hiburan gratis. Dan back to first topic kalau misal mereka menempuh pendidikan lebih tinggi mereka pasti bisa mendapatkan pekerjaan tetap dan menghidupi anak - anak mereka.

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

BERITA LAINNYA - 24 February 2022
Masa Mau Ribut Terus?
BERITA LAINNYA - 25 February 2022
GAGARIN dan SOEKARNO
GAGARIN dan SOEKARNO
BERITA LAINNYA - 26 February 2022
BELAJAR KEJUJURAN & KESEDERHANAAN DARI BUNG HATTA
BELAJAR KEJUJURAN & KESEDERHANAAN DARI BUNG HATTA
BERITA LAINNYA - 28 February 2022
Agenda Mingguan, Senin - Jumat 1-4 Maret 2022
Agenda Mingguan, Senin - Jumat 1-4 Maret 2022
BERITA LAINNYA - 02 March 2022
PERNAH MERDEKA, NAMUN KEMUDIAN SIRNA
PERNAH MERDEKA, NAMUN KEMUDIAN SIRNA
BERITA LAINNYA - 16 November 2022
Ma’nene, Tradisi Mendandani Jasad dari Sulawesi S...
BERITA LAINNYA - 17 November 2022
Mengenang Leluhur dengan Membakar Tongkang khas R...
Mengenang Leluhur dengan Membakar Tongkang khas R...
BERITA LAINNYA - 06 December 2022
Hari Menanam Pohon Indonesia
Hari Menanam Pohon Indonesia
BERITA LAINNYA - 11 December 2022
Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMAKHI perio...
Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMAKHI perio...
BERITA LAINNYA - 13 December 2022
WEEKEND YANG PRODUKTIF
WEEKEND YANG PRODUKTIF
BERITA LAINNYA - 17 August 2023
Keep Moving Forward for Advanced Indonesia, an Es...
BERITA LAINNYA - 28 August 2023
Tips untuk hidup Sehat Sebagai Pelajar,, yuk disi...
Tips untuk hidup Sehat Sebagai Pelajar,, yuk disi...
BERITA LAINNYA - 30 August 2023
Yang suka ngantuk, simak tips menghilangkan rasa ...
Yang suka ngantuk, simak tips menghilangkan rasa ...
BERITA LAINNYA - 27 August 2023
Kabar baik untuk sekolah, berikut cara meningkatk...
Kabar baik untuk sekolah, berikut cara meningkatk...
BERITA LAINNYA - 31 August 2023
Yang ingin tubuh idel, sini simak penjelasan beri...
Yang ingin tubuh idel, sini simak penjelasan beri...
BERITA LAINNYA - 18 November 2023
Kerusuhan Mei 1998 : Sejarah kelam Indonesia..
BERITA LAINNYA - 19 November 2023
Konflik Sampang dan rubuhnya toleransi di Indone...
Konflik Sampang dan toleransi Indonesia..
BERITA LAINNYA - 20 November 2023
Konflik Yahudi Dengan Nazi
Konflik Yahudi Dengan Nazi
BERITA LAINNYA - 21 November 2023
Konflik Natuna Indonesia–China
Konflik Natuna Indonesia–China
BERITA LAINNYA - 22 November 2023
Tragedi Sampit : Konflik Dayak dan Madura
Tragedi Sampit : Konflik Dayak dan Madura
BERITA LAINNYA - 15 February 2024
Amelia, Si Anak Bungsu, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 16 February 2024
Pelajaran Hidup, sebuah RESENSI
Pelajaran Hidup, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 17 February 2024
Cinta yang tidak disengaja, sebuah RESENSI
Cinta yang tidak disengaja, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 18 February 2024
UANG BUKAN SEGALANYA BRADER, sebuah RESENSI
UANG BUKAN SEGALANYA BRADER, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 19 February 2024
Tempat Berpulang, sebuah RESENSI
Tempat Berpulang, sebuah RESENSI

Choose Your School

GO