Aku Peduli

BERITA LAINNYA - 19 October 2022

Aku Peduli

Nikolas Bryan Wijaya / XIA2

            Ini merupakan hari yang biasa, aku melihat keluar jendela kelasku untuk melihat langit biru yang cerah. Hanya diriku yang berada dalam kelas karena menunggu Ayah untuk menjemputku. Meskipun begitu, kesunyian ini adalah sesuatu yang kucintai. Namun, tidak berlangsung selamanya saat seseorang membuka pintu kelas.

            Aku melirik dan melihat salah satu teman sekelasku bernama Aliyah. Dia merupakan siswi yang lumayan terpencil dan biasanya sudah pulang. Saat Aliyah berkeliling untuk mencari sesuatu, aku melihat sebuah buku tulis dalam suatu kolong meja dan mengambil serta menyodorkannya pada Aliyah.

“Apakah buku ini milikmu?”

“Iya, terima kasih banyak!”

            Meskipun hanya melihat sekilas, aku tertarik dengan buku catatan itu. Dengan judul Apa yang Ku Pikirkan, tapi aku merasa deringan handphone-ku dan bergegas untuk menemui Ayah di gerbang sekolah.

“Tunggu!” Aliyah menangkap perhatianku saat aku berada di depan pintu kelas.

“Bolehkah, aku mengenal namamu?”

“Edd, itulah namaku,” jawabku. Setelah aku menjawab, aku meninggalkan sekolah dan pulang ke rumah.

            Hari esoknya aku berjalan menuju kantin dengan temanku Tom. Kami berdua mengambil makanan kami dan duduk di meja dekat. Di ujung pengelihatanku ada Aliyah yang sedang duduk sendirian.

            Rasa ingin tahu membuatku bertanya pada Tom,

“Tom, itu kenapa Aliyah duduk sendirian?”

“Kamu belum pernah dengar? Katanya Aliyah punya suatu buku berisi hal-hal buruk tentang beberapa siswa-siswi lain!”jawab Tom.

            Aku merasa itu hanya berita bohong, tetapi aku belum sepenuhnya yakin. Maka ketika hampir tidak ada yang melihat, aku mendekati Ailyah dan duduk disebelahnya.

“Apakah aku bisa duduk disini?”

Aliyah menjawab hanya dengan mengganguk. Sebuah kesunyian tidak enak melandai antara kami atas alasan bahwa kami tidak pernah berinteraksi sebelumnya. Namun, kesunyian itu rusak ketika aku memulai percakapan. Dan itu berlangsung lumayan lama, meskipun sebentar lagi akan berakhir.

“Apa yang kau sedang tulis Aliyah?”

“Hanya hobi, bukan apa-apa…”

            Sebelum aku bisa bertanya lebih lanjut, bel berbunyi dan aku bersiap untuk pergi kembali ke kelas. Namun, aku memandang Aliyah sekali lagi.

“Bisakah, kita bercakap-cakap lain kali?”tanyaku.

            Aliyah terlihat terkejut sementara sebelum menjawab dengan mengangguk. Sejak hari itu aku dan Aliyah mulai melakukan hal yang sama setiap kali yaitu bertemu di kantin. Sekarang merupakan pertemuan kesekian kami.

“Kau menyukai kupu-kupu?”

“Ya, mereka bisa melayang di udara tanpa beban.”

            Aku menjadi dapat mengenal Aliyah lebih baik. Ternyata dia sangat mirip dengan diriku dulu, pemalu, khawatir, dan takut untuk berteman.

“Aliyah, mengapa kau tidak berteman dengan siswi yang lain?”

            Meskipun aku sudah mengajukan pertanyaan ini terus-menerus, tetapi Aliyah selalu berhasil untuk tidak menjawab dengan mengalihkan tema percakapan. Maka kali ini aku ingin mendapat jawabannya ketika Aliyah ingin mengubah tema konversasi ini.Aku menekan keinginanku.

“Aliyah, aku temanmu, mungkin hal terdekat terhadap suatu teman di sini. Kau bisa mempercayaiku.”

“Kamu tidak akan mengejekku?”

“Bakalan tidak pernah dalam seumur hidupku! Aku adalah teman kelasmu dan itulah tanggung jawabku untuk peduli kepada semua teman kelasku.”

            Aliyah terdiam, untuk satu menit, dua menit, hingga tiga menit sebelum ia menjawab. Aku mendengar dengan penuh perhatian, Aliyah merupakan korban dari cyber-bullying­­ di masa lalu, tepatnya di sekolah lamanya. Dulu dia merupakan siswi teladan dan terhormat, sebelum satu siswi mem-posting sebuah foto dari saat Aliyah gagal dalam suatu perlombaan setempat.

            Posting temannya banyak dikomen berbagai hal buruk dan orang tuanya hanya memberi tahu Aliyah bahwa ia harus melupakannya. Padahal, Aliyah dulu berpikir bahwa semua peduli pada sesama, sekarang Aliyah takut bahwa orang hanya peduli kepadanya karena statusnya.

“Aliyah, itu sangat buruk…”

            Aku lihat Aliyah di ujung ingin menangis, tetapi karena kami tetap berada di kantin membuatku mengambil serbet dari kantong bajuku dan menghapus tetes air tangisan di tepi mata Aliyah.

“Aku berjanji, tidak akan pernah bersikap begitu padamu, dan juga pasti banyak orang lain! Mereka yang mengomong hal-hal buruk padamu abaikan! Karena di dunia ini pasti ada yang kau bisa pangil sebagai teman sejati yang akan peduli padamu hingga akhir waktu.”

            Setelah Aliyah menenangkan dirinya, bel penanda istirahat berdering lagi. Ketika aku mengantarkan Aliyah ke kelas, dia bertanya ketika kami di depan pintu kelas.

“Edd…”

“Iya?”

“Bisa, bisakah kau menjadi temanku?”

“Tentu saja! Aku juga pasti akan membantumu mendapat teman sejati lain!”

            Aku dan Aliyah masuk ke kelas. Ketika beberapa hari berlalu, aku melihat Aliyah sudah menemui satu teman baru. Dalam diriku aku merasa berhasil karena dulu aku tidak pernah mempunyai teman dan merasakan kesendirian, melihat orang lain keluar dari cangkang mereka dan berkembang adalah sesuatu yang membahagiakanku. Karena biasanya yang diperlukan berbagai orang adalah kepedulian dari seseorang lain.

 

*****

BERITA LAINNYA - 13 August 2023
Opini tentang Indonesia Merdeka...
BERITA LAINNYA - 15 August 2023
PR, 78 tahun merdeka, By Rachel Davina..
PR, 78 tahun merdeka, By Rachel Davina..
BERITA LAINNYA - 14 August 2023
Dari BPUPKI ke INdonesia Merdeka..
Dari BPUPKI ke INdonesia Merdeka..
BERITA LAINNYA - 14 August 2023
Recovery Indonesia, Merdeka dari Covid-19
Recovery Indonesia, Merdeka dari Covid-19
BERITA LAINNYA - 14 August 2023
Ekonomi Indonesia Merdeka..
Ekonomi Indonesia Merdeka..
BERITA LAINNYA - 22 November 2023
Tragedi Sampit : Konflik Dayak dan Madura
BERITA LAINNYA - 23 November 2023
Pergerakan Demokratisasi Gwangju
Pergerakan Demokratisasi Gwangju
BERITA LAINNYA - 24 November 2023
KONFLIK TAK BERUJUNG, ISRAEL-PALESTINA
KONFLIK TAK BERUJUNG, ISRAEL-PALESTINA
BERITA LAINNYA - 25 November 2023
JAKMANIA VS BOBOTOH
JAKMANIA VS BOBOTOH
BERITA LAINNYA - 26 November 2023
Perang Rusia-Ukraina Melalui Perspektif Sosiologi
Perang Rusia-Ukraina Melalui Perspektif Sosiologi 
BERITA LAINNYA - 28 February 2024
Belajar bersyukur dan tidak mengeluh lewat Proyek...
BERITA LAINNYA - 21 February 2024
Dalam keterbatasan mereka, kami belajar seluas-lu...
Dalam keterbatasan mereka, kami belajar seluas-lu...
BERITA LAINNYA - 22 February 2024
Membuat proyek sosial lewat Character Growth
Membuat proyek sosial lewat Character Growth
BERITA LAINNYA - 08 February 2024
Belajar dari Komik....
Belajar dari Komik....
BERITA LAINNYA - 22 February 2024
Pengalaman Selama CG, Proyek, dan Komitmen
Pengalaman Selama CG, Proyek, dan Komitmen
BERITA LAINNYA - 04 September 2024
Percaya KepadaNYA
BERITA LAINNYA - 05 September 2024
Dari Mangkuk Ham ke Pengharapan: Refleksi tentang...
Dari Mangkuk Ham ke Pengharapan: Refleksi tentang...
BERITA LAINNYA - 06 September 2024
Percaya Rencana Allah ..
Percaya Rencana Allah ..
BERITA LAINNYA - 02 October 2024
Hubungan dengan Tuhan ..
Hubungan dengan Tuhan ..
BERITA LAINNYA - 11 July 2024
JANGANLAH BERPUTUS ASA
DAILY REMINDER
BERITA LAINNYA - 26 July 2024
“The spirit is willing but the flesh is weak”
BERITA LAINNYA - 27 July 2024
Mengasihi Tuhan Tanpa Neko-neko
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 28 July 2024
Bersyukur akan adanya Tantangan
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 01 October 2024
Tuhan adalah Jalan Keluar
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 03 October 2024
Transparansi dan Kejujuran
Daily Reminder

Choose Your School

GO