Semoga Tuhan senantiasa menyertai pelayanan Bapak...
Read Moreakarta,bpkpenabur.or.id, Vanessa Shania lahir di ...
Read MoreSebagian orang banyak beranggapan bahwa pendidikan karakter anak pada zaman dahulu lebih baik dibandingkan zaman sekarang. Mungkin anggapan tersebut ada benarnya, jika kita melihat sikap sebagian besar anak zaman sekarang yang kian membuat orang dewasa mengelus dada. Bahkan tak sedikit kasus-kasus siswa yang tidak patut dicontoh tersorot oleh media. Ada yang menganggap hal ini diakibatkan oleh meningkatnya kecanggihan teknologi, ada pula yang menganggap ini sebuah perubahan zaman.
Meskipun buruk bagi aspek moral anak, namun perkembangan teknologi tetap saja tidak dapat dicegah. Kita tidak bisa menghentikan laju teknologi, karena kemajuan teknologi tidak serta merta menjadi hal yang disalahkan. Hal penting yang harus kita lakukan sebagai guru maupun orang tua adalah memperketat pengawasan dan pendidikan karakter kepada anak.
Peranan seorang guru sama halnya dengan menjadi orang tua si anak di sekolah. Bukan sekedar bertanggung jawab memberikan asupan pelajaran, tetapi juga harus mampu mendidik moral, etika, integritas dan karakter. Bagaimana langkah menerapkan pendidikan karakter pada siswa? Berikut ini hal-hal sederhana yang bisa guru dan orang tua lakukan.
1.Jadikan diri sebagai contoh terbaik untuk mereka
Guru adalah role model bagi siswa, yang berarti bahwa siswa akan menganggap guru sebagai contoh dalam berperilaku. Sikap baik maupun buruk yang dimiliki oleh guru, sedikit atau banyak pasti dapat mempengaruhi bagaimana cara siswa bersikap dengan sesama. Maka dari itu, guru harus terlebih dahulu mengokohkan karakter diri sendiri. Guru harus pandai dalam menjaga sikap untuk memberikan contoh yang terbaik.
2.Jangan hanya menilai siswa dari hasil akademis, tetapi juga mengapresiasi usaha siswa
Meskipun hasil akademis siswa sangat penting, namun ada banyak hal lain yang juga sama pentingnya dengan skor nilai akademis. Misalnya karakter tepat waktu, kerajinan, kegigihan, kerjasama yang baik dll. Siswa yang gagal mendapatkan skor nilai tinggi, belum tentu karena dia malas. Jika ia telah berusaha dengan gigih, maka guru juga harus mengapresiasi kegigihannya tanpa menghakimi nilainya yang rendah. Hal sederhana ini dapat membuat siswa ikut mengapresiasi diri atas usaha yang telah dilakukan, sehingga akan terbangun karakter yang terus mau belajar dan memperbaiki diri.
3.Ajarkan juga nilai moral yang terselip pada setiap pelajaran
Materi baku pelajaran sudah tertulis dalam buku, namun tidak dengan nilai-nilai moral yang terselip. Sebaiknya guru juga menanamkan nilai-nilai moral yang terkait pada setiap pelajaran. Misalnya saat pelajaran matematika, guru mengajarkan bahwa dengan mengerjakan soal matematika kita bisa belajar untuk bersabar, dan berusaha memecahkan masalah dengan mengasah logika berpikir. Hal ini dapat membangun karakter optimis dan analisis logis siswa saat menghadapi masalah yang lebih berat.
4.Jujur pada diri sendiri dan terbuka pada kesalahan
Guru juga manusia yang tidak bisa luput dari kesalahan yang tak disengaja. Misalnya, guru datang terlambat atau salah mengoreksi jawaban siswa. Untuk memberikan contoh yang baik, guru sebaiknya mau mengakui kesalahan, sekecil apapun itu. Hal ini akan menjadi pelajaran bagi siswa bahkan kejujuran dan sportifitas itu sangat penting. Namun, sportifitas juga harus disertai dengan usaha untuk memperbaiki kesalahan dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi atas kesalahannya.
5.Ajarkan sopan santun dan cara bersikap yang baik dalam hal terkecil sekalipun
Pengajaran cara bersikap di sekolah seringkali hanya pada permukaanya saja, tidak mendalam hingga ke sikap paling sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus dapat mengajarkan mana-mana saja sikap yang benar dan salah, termasuk hal kecil yang sering dilakukan bahkan dianggap lumrah oleh masyarakat. Saat ada siswa yang melakukan kesalahan, sebaiknya guru mengoreksi sekaligus memberikan solusi alternatif tindakan lain, dengan cara yang halus namun tegas.
Kita semua pasti tahu bahwa Ki Hajar Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan karakter melalui konsep trilogi pendidikan yang ia kemukakan. Trilogi pendidikan tersebut berisi atas 2 semboyan yaitu, Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Tut Wuri Handayani sendiri berarti dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan, ing madya mangun karsa artinya di tengah murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide dan ing ngarsa sung tulada berarti di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik.
Baca Juga: Pentingnya Anak Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga di Sekolah
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru-guru di sekolah terbaik dalam membangun pendidikan karakter pada siswanya. Daftar diatas bisa menjadi langkah dasar baik untuk guru maupun orang tua. Selain itu, peranan para siswa itu sendiri juga penting dalam membangun karakter yang lebih baik lagi di era milenial.
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR
Develope by FMG