Semoga Tuhan senantiasa menyertai pelayanan Bapak...
Read Moreakarta,bpkpenabur.or.id, Vanessa Shania lahir di ...
Read MoreAda banyak hal yang kita harapkan dari dunia pendidikan dan sejak beberapa tahun terakhir, pendidikan karakter lebih diutamakan. Namun, yang terlihat dari sistem pendidikan kita adalah menambah ilmu pengetahuan anak sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ini bisa dilihat dari pentingnya nilai ujian dalam sistem pendidikan kita.
Seiring berkembangnya zaman, kita semakin paham bahwa nilai bukan lagi hal utama, apalagi semua ilmu bisa diakses dengan mudah dengan internet. Kemudian, pendidikan menjadi sarana bagi anak-anak untuk meningkatkan soft skill, seperti berpikir kreatif dan kritis.
Satu lagi hal penting lainnya yaitu pendidikan harus mampu mendorong perkembangan karakter anak yang bermoral. Sehingga, mereka akan menjadi orang yang dapat bekerja sama, membantu orang lain, dan menjadi generasi penerus yang lebih baik.
Dari tujuan pendidikan ini kita bisa memahami begitu banyaknya manfaat bermain. Karena dari bermain anak-anak bisa mengembangkan ketiga hal tersebut, dan sangat bagus untuk tumbuh kembang si kecil secara menyeluruh.
Asah Pendidikan Karakter Anak Lewat Bermain
Sumber foto: Sekolah Kita
Ternyata, kondisi psikologis sangat baik untuk membentuk ilmu baru, salah satu penelitian menunjukkan bahwa nilai ujian anak-anak dapat meningkat saat menggunakan games sebagai media belajar.
Saat ingin mengikuti alur permainan, pasti seluruh bentuk soft skill dibutuhkan dan terasah. Nah, kali ini kita sedikit mengulas tentang bagaimana anak-anak terdorong untuk mengembangkan karakter yang bermoral ketika bermain.
Tapi ingat, tidak semua jenis bermainan bisa ya. Main video game contohnya, permainan ini tidak berdampak pada pembentukan karakter yang baik.
Sebuah studi di Indonesia menyebutkan bahwa banyak nilai positif yang berkembang secara natural ketika anak bermain, khususnya permainan tradisional.
Lewat permainan-permainan ini anak belajar nilai-nilai budaya seperti kebersamaan, kepemimpinan, tanggung jawab, hingga demokrasi. Menurut penelitian ini, permainan tradisional merupakan salah satu sarana pendidikan karakter yang komplit.
Dengan bermain bersama teman-temannya, perkembangan moralitas anak bisa berkembang secara bertahap.
Tahap pertama, ketika bermain mereka pasti akan mengikuti peraturan yang telah ditentukan. Mereka juga akan belajar manfaat dari peraturan tersebut, seperti ketika bermain petak umpet yang mencari harus menutup matanya lebih dulu agar yang lainnya bisa bersembunyi.
Mereka pun akan menyadari konsekuensi dari tidak mengikuti peraturan, seperti jika ada yang curang mungkin mereka bisa menang tapi mendapatkan reaksi negatif dari teman-temannya.
Kalau ada yang terus menerus tidak mau mengikuti peraturan karena ingin menang, anak tersebut bisa saja mendapatkan social rejection dan tidak ada teman yang mau diajak bermain lagi.
Tahap ini disebut moral responsibility, saat mereka mulai sadar siapa yang layak dihukum, seperti yang membawa bola dengan tangan saat bermain sepak bola. Tahap ini terjadi di usia 6-9 tahun.
Belajar mengikuti peraturan memang tahap yang baik untuk pembentukan karakter. Tetapi itu saja tidak cukup, karena peraturan bisa berubah demi keamanan, kesejahteraan, maupun keadilan.
Banyak permainan yang mengajarkan anak untuk menegosiasi peraturan demi kepentingan bersama. Contohnya saat anak-anak dengan umur berbeda-beda bermain bersama, mereka sering meringankan peraturan untuk adik-adiknya, atau mereka yang disabilitas.
Seperti saat bermain benteng-bentengan yang membutuhkan kekuatan fisik dan kelincahan, mereka bisa memberikan dua “nyawa”. Atau ketika bermain monopoli mereka memberi uang lebih banyak pada adik-adik yang lebih kecil agar permainan tetap seru dan kompetitif.
Negosiasi dan fleksibilitas terhadap peraturan ini terjadi pada anak usia 9 tahun ke atas. Yaitu saat mereka mulai memikirkan apa yang benar dan salah, tanpa mengandalkan peraturan.
Baca juga: Ingin Mengajarkan Anak agar Mencintai Lingkungan, Yuk Terapkan Hal Ini
Pada saat ini mereka mulai berkembang dan belajar empati, memposisikan diri sebagai orang lain, contohnya anak kecil yang belum bisa berlari kencang atau berpikir secara kompleks, tapi ingin ikut dalam permainan.
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR
Develope by FMG