Mengasihi Alam dengan Sapu Tangan

Berita Lainnya - 25 October 2024

 

”Alam senang dengan kesederhanaan.

Dan, alam bukanlah boneka”

Sir Isaac Newton

 

Lestari Alamku?

Kita sadar betul bahwa lingkungan alam yang kita tinggali hari ini berada dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Tak perlu melihat angka dan data dari hasil penelitian tentang tingkat kesehatan lingkungan, kita dapat jumpai secara langsung di hadapan kita. Ketika kita melihat keluar dari jendela mobil yang kita naiki, polusi udara terlihat kasat mata. Selain itu, kita juga menjumpai naiknya permukaan air laut yang berdampak pada keadaan tempat kita berada, setidaknya di Jakarta. Erosi tanah, pencemaran air, perubahan iklim, sampah dapat kita jumpai secara kasat mata di sekitar kita. Mungkin kita akan masih bisa menambahkan lagi bentuk rusaknya lingkungan alam. Bukankah kita benar benar menyadari bahwa Bumi merupakan rumah bagi manusia (juga makluk hidup lainnya), darinya manusia mendapatkan tempat perteduhan dan penghidupan. Jika kita tidak melakukan sesuatu untuk pemulihan bumi, bagaimana manusia akan menjalani kehidupannya?

 

Satu hal yang perlu kita ingat kembali bahwa Tuhan melihat segala yang diciptakan-Nya itu sungguh amat baik (Kejadian 1: 31). Suatu ungkapan Tuhan akan perasaan kagum akan keindahan dan kabaikan ciptaan-Nya. Mungkin, perasaan itu seperti yang kita alami saat kita berjumpa dengan keindahan: kagum dan takjub. Yang sungguh amat baik itu disediakan oleh Tuhan kepada manusia. Benar bahwa manusia memeroleh mandat dari Tuhan untuk “menguasai” dan “menaklukkan” bumi yang sungguh amat baik itu (Kejadian 1: 28). Namun, di zaman modern manusia benar-benar menaklukkan tanpa rasa sungkan kepada Tuhan, seakan-akan bumi milik manusia sendiri. Manusia telah mengambil dari alam sebanyak-banyaknya dan membuang ke alam apa saja sesukanya seolah tidak peduli bahwa bumi bisa rusak dan akan berdampak bagi kehidupan manusia sendiri. Ada sebuah pola yang membiasa dalam kehidupan orang masa kini: Ambil - Pakai - Buang.

 

Bukankah  pola Ambil-Pakai-Buang ini telah menjadi seperti gaya hidup manusia masa kini? Satu kebiasaan yang mudah kita jumpai adalah pada penggunaan tisu. Entah sejak kapan manusia memiliki budaya menggunakan tisu, hanya dari penggunaan tisu kita dapat berjumpa dengan orang – orang yang begitu mudah mengambil menggunakan dan kemudian membuang tisu tanpa terganggu dengan kerusakan alam yang diakibatkan oleh produksinya. Bukan berarti menolak pengunaan tisu, hanya saja ketika menggunakan tisu kita, sebagai bagian dari alam karena manusia diciptakan dari debu tanah, sadar akan dampak, baik meningkatnya sampah maupun meningkatnya penebangan pohon untuk produksi tisu. Sama-sama kita tahu bahwa Tisu dibuat dari serat atau bubur kayu, bukan? Kita juga tahu bahwa satu box tisu berisi 20 sheet diproduksi dari 1 batang pohon. Dan, pohon dalam kehidupan manusia memiliki peran sangat penting: mempengaruhi suhu, kesehatan udara, sumber air tanah, dll. 

 

Isu penggunaan tisu sudah mejadi isu serius yang perlu kita sikapi sejak dini. Penggunaan tisu yang terlihat biasa dan wajar rupanya memberi dampak dan kerusakan alam yang cukup besar. Untuk ambil bagian dalam menjadi ciptaan kembali sungguh amat baik, nampaknya bisa kita mulai dari sini, dari penggunaan tisu.

 

Sapu Tangan untuk Alam

“Buanglah sampah pada tempatnya” telah menjadi slogan yang sering kita jumpai di banyak tempat umum. Membuang sampah pada tempatnya merupakan nasihat sederhana yang harus kita latih dalam kehidupan sehari hari terkait menjaga lingkungan alam. Namun, membuang sampah tidak secara langsung mengandung pesan untuk mengurangi sampah, tetapi meletakkan sampah pada tempatnya dengan jumlah sama. Terkait penggunaan tisu, membuang sampah tisu pada tempatnya akan tidak mengurangi jumlah penggunaan tisu.

 

Sapu tangan bisa menjadi alternatif untuk melakukan gerakan melestarikan alam melalui pengurangan penggunaan tisu. Mungkin, orang masa kini tidak cukup familiar dengan sapu tangan, selembar kain berukuran 30cm x 30cm yang berfungsi untuk kebersihan pribadi seperti mengelap tangan, membersihkan mulut sehabis makan, menyeka keringat. Untuk melakukan itu semua akan lebih praktis dengan tisu, namun terlalu mahal harga yang harus dibayar untuk menikmati sisi praktis dan efisien dari penggunaan tisu. Sapu tangan bisa dipakai oleh siapa saja, mulai dari anak hingga orang tua. Melalui penggunaan sapu tangan, kita dapat refleksikan nilai-nilai spiritual yang dapt kita hidupi: kesetiaan, kepedulian (kelestarian alam, hidup sederhana.

 

Sapu tangan akan kita jaga supaya tetap bersih dan rapi saat kita gunakan. Ia akan ktia rawat dengan setia karena itu hanya untuk kita sendiri. Menggunakan sapu tangan untuk kebersihan diri akan mengurangi sampah tisu, terlebih lagi akan menjadi cara untuk mengurangi deforestasi (penebangan pohon untuk produksinya. Sapu tangan akan membantu kita untuk menjaga kerapian dan kesederhanaan. Satu sapu tangan akan dapat digunakan dalam jangka waktu cukup lama, bisa dalam satu tahun baru akan membeli atau mengganti sapu tangan. Ini tidak kita temukan dalam penggunaan tisu, bukan?

 

Tanpa mengabaikan dampak pengurangan produksi tisu terhadap karyawan dan pertumbuhan ekonomi, penggunaan sapu tangan setidaknya menjadi alternatif untuk melestarikan alam (dan melatih gaya hidup sederhana juga setia). Mungkinkah kita akan menggunakan sapu tangan demi alam (bumi) kembali “sungguh amat baik”?

 

Dibuat oleh:

Kristian - Guru Pendidikan Agama Kristen SMAK 5 PENABUR Jakarta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berita Lainnya - 05 October 2024
Kepemimpinan yang Salah Patut Dikoreksi dengan Ke...
Berita Lainnya - 04 October 2024
Orang Lain dapat Merendahkan Kita Tapi Tidak Memb...
Orang Lain dapat Merendahkan Kita Tapi Tidak Memb...
Berita Lainnya - 03 October 2024
Anugerah Allah Memampukan Kita Berkata 'Ya' pada ...
Anugerah Allah Memampukan Kita Berkata 'Ya' pada ...
Berita Lainnya - 02 October 2024
Rasa Ketidaklayakan Kita dalam Menerima Anugerah ...
Rasa Ketidaklayakan Kita dalam Menerima Anugerah ...
Berita Lainnya - 01 October 2024
Saat Banyak Orang Memandang Rendah Kita, Tuhan Ye...
Saat Banyak Orang Memandang Rendah Kita, Tuhan Ye...
Berita Lainnya - 08 April 2024
Emmanuel, God with Us
Berita Lainnya - 16 April 2024
God is Like Oxygen
God is Like Oxygen
Berita Lainnya - 10 April 2024
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Berita Lainnya - 06 April 2024
Menjunjung Toleransi Lewat War Takjil
Menjunjung Toleransi Lewat War Takjil
Berita Lainnya - 05 April 2024
KuasaNya Terbuka bagi Kita
KuasaNya Terbuka bagi Kita
Berita Lainnya - 03 December 2023
Puisi Tentang Janji
Berita Lainnya - 02 December 2023
Puisi Kegaduhan Hati
Puisi Kegaduhan Hati
Berita Lainnya - 15 December 2023
Sindrom Hikikomori Adalah ...
Sindrom Hikikomori Adalah ...
Berita Lainnya - 14 December 2023
Anugerah Tuhan Menguatkan
Anugerah Tuhan Menguatkan
Berita Lainnya - 07 December 2023
Resensi Buku: Tambora Mengguncang Dunia
Resensi Buku: Tambora Mengguncang Dunia
Berita Lainnya - 04 August 2023
Tuhan Kekuatanku
Berita Lainnya - 07 August 2023
Tuhan Memberikan Upah pada Mereka yang Memiliki I...
Tuhan Memberikan Upah pada Mereka yang Memiliki I...
Berita Lainnya - 03 August 2023
God's "No" is Not a Rejection, It's a Redirection
God's "No" is Not a Rejection, It's a Redirection
Berita Lainnya - 02 August 2023
Bait Allah adalah Hidup Setiap Orang Percaya yang...
Bait Allah adalah Hidup Setiap Orang Percaya yang...
Berita Lainnya - 01 August 2023
Lord, I need to You
Lord, I need to You
Berita Lainnya - 27 May 2021
Bekerja dengan Rajin
Berita Lainnya - 11 May 2021
Allah Turut Bekerja
Berita Lainnya - 21 April 2021
Selidikilah Aku ya Alllah
Berita Lainnya - 05 April 2021
Jadikan Aku Rendah Hati
Berita Lainnya - 16 March 2021
Disiplin dalam Berdoa

Choose Your School

GO