Semangat yang Tak Pernah Padam

BERITA LAINNYA - 05 October 2022

Semangat yang Tak Pernah Padam

Deslyn Euginia

 

Abi, seorang yatim piatu kelahiran 1 Juli 2006, di Pontianak. Ia merupakan anak tunggal dari ayah dan ibunya. Suatu saat ketika Abi masih berusia 2 bulan, ia kehilangan ayah kandungnya karena penyakit tumor yang dideritanya. Sampai sekarang Abi tidak ingat sosok ayahnya. Dua tahun setelah ayahnya meninggal, ibu Abi menikah lagi. Dari pernikahan baru ini, Abi memiliki 3 saudara tiri yang sudah dewasa dan satu adik tiri yang kini berusia 5 tahun. Abi menjalani hidupnya sebagai anak yang ceria dan penuh semangat layaknya anak-anak pada biasanya. Pada tahun 2011 saat Abi berusia 5 tahun, Ibu Abi menyusul ayah kandungnya karena menderita tumor otak.

Sejak ibu kandungnya meninggal, Abi dibawa oleh kakak tirinya untuk pindah ke Jakarta. Ia menjalankan pendidikan SD dan SMP di daerah Jakarta Barat. Karena alasan tertentu, saat Abi berusia 13 tahun, ia ditempatkan di Panti Asuhan Karena Kasih cabang Ambawang, Pontianak yang khusus menampung anak-anak usia SMP-SMA.

Di panti asuhan yang Abi tempati terdapat kebun dan juga peternakan ayam. Keseharian Abi di panti asuhan yaitu mengangkut hasil panen sayur dan ayam seberat 25 kg sampai 50 kg. Konsumsi pun apa adanya, termasuk mi instan yang kadang rasa kuahnya sudah beda. Di situ Abi juga setiap hari harus piket pagi. Walaupun begitu Abi tidak pernah sekalipun mengeluh akan kondisinya.

Sejak Desember 2019, Abi sering merasakan perutnya sangat perih dan sakit. Abi mengira bahwa itu hanyalah sakit perut biasa yang tidak perlu dikhawatirkan. Akan tetapi sakit perut yang dialami Abi semakin lama semakin menderanya bertubi-tubi. Pengurus panti asuhan membawa Abi ke rumah sakit terdekat untuk dicek ke dokter. Tidak disangka, ternyata dokter mendiagnosa bahwa Abi mengidap kanker usus stadium 4. Dokter mengharuskan Abi untuk melakukan kemoterapi secara rutin dan menggunakan kantong kolostomi untuk menampung kotoran-kotoran dari perut.

Suatu saat, di kunjungan kesekian kalinya ke dokter, Abi divonis oleh dokter bahwa sisa hidupnya tinggal setahun lagi. Meski begitu, Abi tetap semangat menjalankan pengobatannya dan kemoterapi. Dengan kondisi perutnya membawa kantong kolostomi, mandi buka tutup perban sendiri, sungguh tidak mudah untuk Abi yang hidup di panti asuhan dengan 30 anak lainnya. Untungnya ada Jaya, yatim piatu asal Nias, usianya lebih muda 2 tahun dari Abi. Ia mau membantu Abi mencuci bajunya, membereskan kamarnya, mencuci piring, dan lain-lain. Abi sangat beruntung mempunyai teman seperti Jaya.

Suatu malam, pada bulan Juni bekas jahitan usus buntu di perut Abi pecah. Cairan dari perutnya pecah sehingga membasahi seprei tempat tidurnya. Karena tak mau merepotkan teman-teman sekamarnya, Abi membersihkan sendiri setelah menutupi perutnya dengan 2 gulung tisu. Keesokan harinya, pengurus panti akhirnya tahu dan langsung membawa Abi ke dokter.

Setelah diketahui penyakit Abi, banyak orang yang tergerak hatinya untuk memberikan donasi kepada Abi. Ada salah satu donatur yang mendatangi Abi dan menanyakan makanan kesukaannya. Abi langsung teringat kenangan bersama almarhumah ibunya.

“Abi mau makan apa?” kata seorang donatur.

“Aku mau makan sup ikan” jawab Abi.

“Kenapa??”

“Dulu Mama suka masakin sup ini buat aku,” kata Abi.

Ternyata Abi teringat kenangan bersama ibunya, ia ingat ibunya adalah seorang pegawai di toko arloji. Setiap pulang gereja, ibunya sering memasak sup ikan kesukaan Abi. Setelah mendengar cerita Abi, keesokan harinya donatur itu membawakan  sup ikan untuk Abi. Abi makan dengan lahap sekali.

Abi juga tidak lupa dengan sahabatnya, setiap ia mendapatkan donasi dari orang lain, ia selalu berbagi dengan temannya termasuk Jaya. Sampai suatu saat ada seorang donatur yang memberikan sebuah ponsel untuk Abi, tetapi Abi memberikannya kepada Jaya, karena ponsel yang dimiliki Jaya diberikan kepada adiknya untuk sekolah online. Walaupun kondisi Abi seperti ini, dia masih peduli dan berbagi dengan temannya.

Tak mudah bagi seorang anak berusia 14 tahun yang menderita kanker usus untuk hidup sendirian. Ia sangat rindu dengan orangtuanya walaupun ia tidak ingat sosok ayahnya.

“Rindukah Abi pada Mama?” tanya seorang donatur.

“Aku kadang ingin dipeluk mama, tapi aku sadar mama sudah nggak ada. Kalau papa, aku nggak pernah ingat,” cetus Abi.

Sebagai penderita kanker usus, ia harus menghadapi banyak tantangan mulai dari makanan yang harus dijaga dan juga aktivitas sehari-hari yang ia lakukan. Abi ingin sekali seperti anak-anak lainnya, bisa berlari-lari, dan bisa bersekolah bersama teman-temannya. Walaupun begitu, Abi selalu semangat dalam menjalani hidupnya. Ia tidak pernah mengeluh dan tidak pernah mau merepotkan orang lain. Abi menjalankan semua yang diperintahkan oleh dokter agar ia bisa sembuh. Abi percaya bahwa suatu saat dirinya pasti akan mengalahkan penyakit kanker ini.

“Aku Abi, aku tahu aku sakit kanker tapi aku yakin aku pasti sembuh” ujar Abi. 

BERITA LAINNYA - 22 February 2021
Gosen N A Siregar_Asistan Laboratorium_Universita...
BERITA LAINNYA - 19 February 2021
Belajar Bahagia dari Kapuhan
BERITA LAINNYA - 20 February 2021
Theodicy: Melihat lebih dalam makna dari Penderit...
BERITA LAINNYA - 22 February 2021
“ SUKA CITA BERSAMA ANUGERAH KID “
BERITA LAINNYA - 23 February 2021
Buah Totalitas melalui Tindakan Nyata
BERITA LAINNYA - 15 September 2022
Iki Palek, Tradisi Potong Jari dari Papua
BERITA LAINNYA - 16 September 2022
Debus Banten, Tradisi Ekstrim yang Mengerikan
Debus Banten, Tradisi Ekstrim yang Mengerikan
BERITA LAINNYA - 23 September 2022
Hadiah Terbaik
Hadiah Terbaik
BERITA LAINNYA - 29 September 2022
Hari Rabies Sedunia
Hari Rabies Sedunia
BERITA LAINNYA - 28 September 2022
Kucing Hitam dan Kucing Putih
Kucing Hitam dan Kucing Putih
BERITA LAINNYA - 05 October 2023
Daily Inspiration, 05 Oktober 2023
BERITA LAINNYA - 11 October 2023
Daily Inspiration, 11 Oktober 2023
Daily Inspiration, 11 Oktober 2023
BERITA LAINNYA - 07 October 2023
Closing Excelsior 2023: Akhir dari perjalanan The...
Closing Excelsior 2023: Akhir dari perjalanan The...
BERITA LAINNYA - 01 October 2023
Tumplak Wajik: Tradisi Pembuatan Gunungan di Kera...
Tumplak Wajik: Tradisi Pembuatan Gunungan di Kera...
BERITA LAINNYA - 02 October 2023
Menunjukkan Sportivitas dalam Berkompetisi di EXC...
Menunjukkan Sportivitas dalam Berkompetisi di EXC...
BERITA LAINNYA - 27 February 2024
Belajar untuk tidak FOMO lewat Character Growth
BERITA LAINNYA - 28 February 2024
Belajar bersyukur dan tidak mengeluh lewat Proyek...
Belajar bersyukur dan tidak mengeluh lewat Proyek...
BERITA LAINNYA - 21 February 2024
Dalam keterbatasan mereka, kami belajar seluas-lu...
Dalam keterbatasan mereka, kami belajar seluas-lu...
BERITA LAINNYA - 22 February 2024
Membuat proyek sosial lewat Character Growth
Membuat proyek sosial lewat Character Growth
BERITA LAINNYA - 08 February 2024
Belajar dari Komik....
Belajar dari Komik....
BERITA LAINNYA - 08 September 2024
Aman dalam Pelukan-Mu: Pengalaman Dilindungi Tuhan
BERITA LAINNYA - 16 July 2024
Hidup Seturut Firman Tuhan
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 08 September 2024
Iman Adalah Kunci untuk Menerima Kasih Karunia
Iman Adalah Kunci untuk Menerima Kasih Karunia
BERITA LAINNYA - 17 July 2024
Perbanyak Bersyukur
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 08 September 2024
Resep dari Bahagia adalah menjaga Kesehatan Tubuh...
Resep dari Bahagia adalah menjaga Kesehatan Tubuh...

Choose Your School

GO