Perbandingan Antara Pandemi “Spanish Flu” dengan Pandemi “Covid-19” dan bagaimana cara untuk mencegah pandemi lain

BERITA LAINNYA - 27 January 2025

Perbandingan Antara Pandemi “Spanish Flu” dengan Pandemi “Covid-19” dan bagaimana cara untuk mencegah pandemi lain

Darren Christantius Fauzi & Andrew Nathaniel

 

Covid-19 merupakan kenangan yang tidak bisa terlupakan bagi kita semua. Saat masa Covid-19, dunia seakan-akan beristirahat sejenak. Kita merasakan dampak dari Covid-19 seperti harus terisolasi di dalam rumah dan harus memakai masker jika ingin keluar. Tetapi, tahukah anda bahwa kejadian ini, merupakan pengulangan dari kejadian yang pernah terjadi sebelumnya. Sekitar 100 tahun yang lalu, ada sebuah Pandemi lain yang menyebabkan  malapetaka di seluruh dunia. Nama penyakit tersebut adalah “Spanish flu” atau dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai flu Spanyol. 

 

Flu Spanyol

Pandemi flu Spanyol disebabkan oleh virus H1N1 yang diduga berasal dari unggas. Pandemi ini berlangsung dari tahun 1918 hingga 1920 dan terdiri dari empat gelombang. Wabah ini telah menginfeksi sekitar 500 juta orang, kira-kira sepertiga dari populasi dunia saat itu. Diperkirakan jumlah kematian akibat flu Spanyol mencapai sekitar 50 juta jiwa. 

 

 

Gelombang pertama (4 Maret 1918 sampai ± 15 agustus 1918)

Pandemi ini secara umum dimulai pada tanggal 4 Maret 1918 dengan tercatatnya kasus Albert Gitchell, seorang juru masak tentara di Camp Funston di Kansas, Amerika Serikat, meskipun ada kasus sebelumnya. Dalam beberapa hari setelah kasus pertama di Camp Funston, 522 pria di kamp tersebut melaporkan sakit.  Saat AS memasuki Perang Dunia I, penyakit ini dengan cepat menyebar dari Kamp Funston, sebuah tempat pelatihan utama bagi pasukan Ekspedisi Amerika, ke kamp-kamp Angkatan Darat AS lainnya, hingga ke Eropa. Wabah ini menjadi epidemi di Bagian Amerika , Pantai Timur, dan pelabuhan Prancis pada bulan April 1918, dan mencapai garis depan pada pertengahan bulan tersebut. 

Setelah penandatanganan Perjanjian Brest-Litovsk (Maret 1918), Jerman mulai membebaskan tawanan perang Rusia, yang kemudian membawa penyakit tersebut ke negara mereka. Penyakit ini mencapai Afrika Utara, India, dan Jepang pada bulan Mei, dan setelah itu menyebar ke seluruh dunia. 

Gelombang pertama flu berlangsung sejak kuartal pertama tahun 1918 dan relatif ringan. Angka kematian tidak jauh di atas normal, Namun, gelombang pertama menyebabkan gangguan yang signifikan dalam operasi militer Perang Dunia I, dengan tiga perempat pasukan Prancis, setengah dari pasukan Inggris, dan lebih dari 900.000 tentara Jerman jatuh sakit. 

 

Gelombang kedua (± 15 agustus 1918 sampai 1919)

Gelombang kedua dimulai pada pertengahan Agustus 1918. Dalam gelombang ini, penyakit influenza semakin menyebar akibat pasukan yang telah pulang  dari perang dunia 1. Selain itu, di ada banyak parade yang dilakukan karena selesainya perang dengan adanya “Armistice of 11 November 1918”. Gelombang pertama influenza tergolong ringan. Namun, selama musim panas, jenis penyakit yang lebih mematikan mulai muncul. jenis ini muncul sepenuhnya pada bulan Agustus 1918. Pneumonia berkembang dengan cepat pada orang yang sakit dan kematian biasanya terjadi dua hari setelah gejala pertama  muncul. 

 

Gelombang ketiga (1919-1920)

Aktivitas pandemik terus berlanjut, secara umum, hingga tahun 1919 di banyak tempat, terlepas dari wilayah dan iklim. Aktivitas yang terus berlanjut ini mungkin disebabkan oleh iklim, khususnya di Belahan Bumi Utara, yang saat itu sedang musim dingin dan merupakan waktu yang biasa untuk aktivitas influenza. Dalam gelombang ini pandemi mengalami kebangkitan kembali di seluruh dunia. Gelombang ketiga khususnya memengaruhi  Spanyol, Serbia, Meksiko, dan Inggris Raya, yang mengakibatkan ratusan ribu kematian. Secara umum, gelombang ini tidak separah gelombang kedua, tetapi masih jauh lebih mematikan daripada gelombang pertama. Flu Spanyol menyebabkan 12,5 juta kematian di India dan 550.000 kematian di Amerika Serikat, terutama selama gelombang kedua dan ketiga.

 

COVID-19

Penyakit ini menjadi sorotan karena kemunculannya di akhir tahun 2019 pertama kali di Wuhan, China. Lokasi kemunculannya pertama kali ini, membuat coronavirus juga dikenal dengan sebutan Wuhan virus. Selain China, coronavirus juga menyebar secara cepat ke berbagai negara lain, termasuk Jepang, Thailand, Jepang, Korea Selatan, bahkan hingga ke Amerika Serikat. Penyebab Corona virus merupakan virus single stranded RNA yang berasal dari kelompok Coronaviridae. Dinamakan coronavirus karena permukaannya yang berbentuk seperti mahkota (crown/corona). Virus lain yang termasuk dalam kelompok yang serupa adalah virus yang menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV) beberapa tahun silam. Namun, virus corona dari Wuhan ini merupakan virus baru yang belum pernah teridentifikasi pada manusia sebelumnya. Karena itu, virus ini juga disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCoV. Virus corona umumnya ditemukan pada hewan –seperti unta, ular, hewan ternak, kucing, dan kelelawar. Manusia dapat tertular virus apabila terdapat riwayat kontak dengan hewan tersebut, misalnya pada peternak atau pedagang di pasar hewan. Namun, adanya ledakan jumlah kasus di Wuhan, China menunjukkan bahwa corona virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia meski semua orang dapat terinfeksi virus corona, mereka yang lanjut usia, memiliki penyakit kronis, dan memiliki daya tahan tubuh rendah lebih rentan mengalami infeksi 

 

Gelombang pertama

Sekitar maret 2020 hingga pertengahan 2020 terjadinya awal pandemi. Awalnya ditandai dengan penyebaran awal virus SARS-CoV-2 dari Wuhan, Tiongkok dan ke seluruh dunia. Banyak negara mengalami lonjakan kasus karena belum adanya langkah mitigasi yang efektif dan kurangnya pemahaman tentang virus ini. Gelombang pertama ini melibatkan jutaan kasus di seluruh dunia. Pada akhir Juni 2020, tercatat lebih dari 10 juta kasus global.

Sekitar 500.000 kematian dilaporkan pada akhir Juni 2020. kasus yang tercatat, sebagian besar pasien sembuh, terutama yang muda dan sehat. Tingkat kesembuhan bervariasi di setiap negara, namun banyak yang mengalami pemulihan penuh.

 

Gelombang kedua

Terjadi sekitar akhir 2020 hingga awal 2021. Penyebabnya adalah peningkatan mobilitas masyarakat, perayaan liburan, dan pelonggaran protokol kesehatan di beberapa negara.Varian baru seperti Alpha (B.1.1.7) mulai muncul dan menyebar dengan lebih cepat. Pada gelombang kedua, kasus meningkat pesat karena varian baru dan liburan akhir tahun. Globalnya, ada lebih dari 100 juta kasus terdaftar pada Januari 2021.  Pada awal 2021, jumlah kematian global mencapai lebih dari 2 juta. Sebagian besar kasus sembuh, namun gelombang ini menunjukkan angka kematian yang lebih tinggi di negara-negara dengan sistem kesehatan yang kewalahan.

 

Gelombang ketiga (Terjadi sekitar pertengahan 2021)

Didominasi oleh varian Delta (B.1.617.2), yang lebih menular dan menyebabkan peningkatan kasus dan kematian yang signifikan. Banyak negara mengalami tekanan pada sistem kesehatan karena tingginya jumlah pasien.Dipicu oleh varian Delta, kasus meningkat tajam, mencapai lebih dari 200 juta kasus global pada Agustus 2021.Angka kematian meningkat menjadi lebih dari 4 juta pada pertengahan 2021.Meski varian Delta sangat menular, vaksinasi membantu mengurangi angka kematian, sehingga sebagian besar kasus berakhir dengan pemulihan.

 

Gelombang keempat (Terjadi sekitar akhir 2021 hingga awal 2022)

Dipicu oleh varian Omicron (B.1.1.529) yang sangat menular namun dengan gejala yang umumnya lebih ringan dibandingkan Delta. Vaksinasi yang lebih luas dan booster membantu mengurangi keparahan kasus. Varian Omicron menyebabkan lonjakan besar dengan lebih dari 300 juta kasus global pada Januari 2022. Meskipun Omicron lebih menular, angka kematian meningkat lebih lambat, mencapai sekitar 5,5 juta pada awal 2022. Banyak kasus yang mengalami gejala ringan atau asimptomatik, terutama di kalangan yang telah divaksinasi. Tingkat kesembuhan tinggi karena vaksinasi yang luas dan varian yang kurang mematikan.

 

Gelombang kelima

 Munculnya subvarian Omicron yang terus bermutasi dan menyebabkan kenaikan kasus meskipun tidak setinggi gelombang sebelumnya. Varian-varian seperti BA.2, BA.4, dan BA.5 menyebabkan fluktuasi kasus di beberapa negara. Hingga pertengahan 2022, kasus terus bertambah dengan lebih dari 600 juta kasus terlapor secara global akibat subvarian Omicron. Kematian global sekitar 6,5 juta pada akhir 2022. Tingkat kesembuhan tetap tinggi, dengan sebagian besar populasi global telah memiliki kekebalan melalui vaksinasi atau infeksi alami.

 

Cara untuk mencegah terjadinya pandemi lain

Untuk mencegah terjadinya pandemi lain, sangat penting untuk memperkuat pemantauan dan deteksi dini penyakit, meningkatkan penelitian dan pengembangan vaksin serta terapi, serta memperkuat kerja sama global dalam pengawasan kesehatan. Pencegahan juga melibatkan pengendalian kontak antara manusia dan hewan liar yang dapat membawa patogen, serta kesiapsiagaan dan respons yang efektif terhadap wabah. Selain itu, pendidikan publik tentang pencegahan infeksi dan perilaku sehat dapat membantu mengurangi resiko penyebaran penyakit menular.

Selain itu, memperbaiki sistem kesehatan global dan infrastruktur medis untuk memastikan respons yang cepat dan terkoordinasi sangat penting. Ini mencakup penyediaan pelatihan yang memadai untuk tenaga kesehatan, memastikan akses yang adil ke peralatan dan vaksin, serta mengembangkan kebijakan kesehatan masyarakat yang fleksibel dan berbasis bukti. Upaya untuk memitigasi risiko penyebaran penyakit juga harus melibatkan kolaborasi antara pemerintah, organisasi kesehatan, dan sektor swasta untuk memastikan kesiapan dan koordinasi yang efektif dalam menghadapi potensi wabah.

Kedua pandemi tersebut memiliki banyak perbedaan yaitu, Flu spanyol dimulai pada tahun 1918 dan berakhir sekitar pertengahan hingga akhir 1919, menyebar secara luas ke hampir setiap bagian dunia melalui rute transportasi utama dan mencapai bahkan pulau-pulau terpencil di Pasifik Selatan. Sebaliknya, pandemi COVID-19 dimulai pada akhir 2019, dengan virus pertama kali teridentifikasi di Wuhan, China, sebelum menyebar cepat ke berbagai negara termasuk Jepang, Thailand, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Flu Spanyol menyebabkan kematian yang sangat besar, dengan sekitar 12,5 juta kematian di India dan 550.000 kematian di Amerika Serikat, terutama selama gelombang kedua dan ketiga. COVID-19, disebabkan oleh virus single-stranded RNA dari kelompok Coronaviridae, menular antar manusia dan dari hewan ke manusia, dengan kelompok rentan termasuk lansia dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis. Sementara Flu Spanyol tidak diketahui secara rinci tentang virologinya, COVID-19 dikenal dengan permukaannya yang berbentuk seperti mahkota (crown) dan diperkirakan berakhir pada bulan Mei 2023.

 

Dari 2 pandemi tersebut Flu Spanyol dan COVID-19 juga memiliki persamaan, yaitu keduanya merupakan pandemi global yang menyebar melalui droplet pernapasan dan menyebabkan gangguan besar pada kesehatan, sosial, dan ekonomi. Kedua pandemi ini menunjukkan tingginya angka kematian, meskipun kelompok yang paling terdampak berbeda, dan keduanya mengalami beberapa gelombang infeksi. Respons terhadap kedua pandemi melibatkan langkah-langkah kesehatan masyarakat seperti karantina, isolasi, pemakaian masker, dan pembatasan sosial untuk mengendalikan penyebaran virus.

 

Bisa kita simpulkan bahwa Untuk mencegah pandemi di masa depan, perlu dilakukan beberapa langkah penting. Pertama, memperkuat pemantauan dan deteksi dini penyakit serta meningkatkan penelitian dan pengembangan vaksin dan terapi. Kedua, memperkuat kerja sama global dalam pengawasan kesehatan dan pengendalian kontak antara manusia dan hewan liar yang dapat membawa patogen. Ketiga, meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap wabah, serta edukasi publik tentang pencegahan infeksi dan perilaku sehat. Selain itu, memperbaiki sistem kesehatan global dan infrastruktur medis sangat penting untuk memastikan respons yang cepat dan terkoordinasi. Ini termasuk pelatihan tenaga kesehatan, akses yang adil ke peralatan dan vaksin, serta pengembangan kebijakan kesehatan masyarakat yang berbasis bukti. Kolaborasi antara pemerintah, organisasi kesehatan, dan sektor swasta juga diperlukan untuk kesiapan dan koordinasi yang efektif dalam menghadapi potensi wabah.

 

Disarankan kepada masyarakat untuk mencegah pandemi dengan meningkatkan kesadaran tentang praktik pencegahan infeksi seperti mencuci tangan, vaksinasi, dan menjaga jarak. Jaga kebersihan lingkungan melalui desinfeksi dan ventilasi yang baik. Dukungan terhadap sistem kesehatan, pelaporan gejala, serta kepatuhan pada pedoman kesehatan dan kebijakan juga penting untuk melindungi kesehatan global dan mengurangi resiko penyebaran penyakit.

 

DAFTAR PUSTAKA

https://en.wikipedia.org/wiki/Spanish_flu

https://id.wikipedia.org/wiki/Covid-19

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39052739/#:~:text=During%20the%20periods%20of%20exposure,per%20100%20000%20inhabitants%2C%20respectively.

https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-for-public

 

 

 



Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita BPK PENABUR Jakarta - 04 October 2020
Lomba Desain Logo
Berita BPK PENABUR Jakarta - 04 October 2020
PENABUR Talents Day
Berita BPK PENABUR Jakarta - 12 October 2020
Pelantikan Pengurus Majelis Perwakilan Kelas (MPK...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 02 November 2020
Kelompok Tumbuh Bersama - Senin, 2 November 2020
Berita BPK PENABUR Jakarta - 31 October 2020
BINA IMAN
BERITA LAINNYA - 25 February 2022
GAGARIN dan SOEKARNO
BERITA LAINNYA - 26 February 2022
BELAJAR KEJUJURAN & KESEDERHANAAN DARI BUNG HATTA
BELAJAR KEJUJURAN & KESEDERHANAAN DARI BUNG HATTA
BERITA LAINNYA - 28 February 2022
Agenda Mingguan, Senin - Jumat 1-4 Maret 2022
Agenda Mingguan, Senin - Jumat 1-4 Maret 2022
BERITA LAINNYA - 02 March 2022
PERNAH MERDEKA, NAMUN KEMUDIAN SIRNA
PERNAH MERDEKA, NAMUN KEMUDIAN SIRNA
BERITA LAINNYA - 03 March 2022
ADA ASAP ADA API
ADA ASAP ADA API
BERITA LAINNYA - 30 September 2023
Opening Excelsior : The Return of Great Adventure...
BERITA LAINNYA - 23 September 2023
Tecnical Meeting, Excelsior 2023
Tecnical Meeting, Excelsior 2023
BERITA LAINNYA - 05 October 2023
Daily Inspiration, 05 Oktober 2023
Daily Inspiration, 05 Oktober 2023
BERITA LAINNYA - 11 October 2023
Daily Inspiration, 11 Oktober 2023
Daily Inspiration, 11 Oktober 2023
BERITA LAINNYA - 07 October 2023
Closing Excelsior 2023: Akhir dari perjalanan The...
Closing Excelsior 2023: Akhir dari perjalanan The...
BERITA LAINNYA - 30 April 2024
Timun Mas
BERITA LAINNYA - 30 April 2024
Lolos Olimpiade Sains Nasional (OSN) -Kota Bekasi...
Lolos Olimpiade Sains Nasional (OSN) -Kota Bekasi...
BERITA LAINNYA - 11 May 2024
Sambutan Ketua OSIS 2023, dalam Purnawiyata Angka...
Sambutan Ketua OSIS 2023, dalam Purnawiyata Angka...
BERITA LAINNYA - 10 June 2024
Nikmatnya Soto Lamongan "Nanti Kita Cerita Tentan...
Nikmatnya Soto Lamongan "Nanti Kita Cerita Tentan...
BERITA LAINNYA - 10 June 2024
Ketupat
Ketupat
BERITA LAINNYA - 24 October 2024
Menjadi Orang Yang Rajin Dan Bijak
BERITA LAINNYA - 25 October 2024
Tuhan Yang Luar Biasa
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 26 October 2024
Tuhan Adalah Juru Selamat
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 27 October 2024
Kesabaran Dan Penguasaan Diri
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 28 October 2024
Cobaan: Kesempatan Untuk Tumbuh Dan Belajar
Daily Reminder

Choose Your School

GO