Kunjungan Pengurus Harian Ke Cimahi
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Kepala Badan Standar, Kuriku...
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Direktur Kepala Sekolah, Pen...
Read More
Sumber foto: hellosehat
Kemampuan sosial dan emosional si kecil tidak terbentuk begitu saja saat ia lahir. Karena itu, bayi tidak mudah berinteraksi dengan orang yang baru dikenalnya. Sikap alami ini pun bisa berlangsung hingga dewasa apabila tidak mendapat stimulasi kemampuan sosial yang tepat.
Anak-anak bisa diberikan stimulasi sosial lewat contoh sikap orang tuanya. Mereka akan terbiasa mencontoh sikap yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Tetapi, saat usianya semakin bertambah, stimulasi yang lebih intens harus dilakukan supaya kemampuan sosial anak lebih berkembang.
Saat sudah memasuki usia sekolah, kemampuan sosial anak bisa berkembang lebih aktif. Nah, berikut ini tips untuk menerapkan sikap sosialisasi anak di masa sekolah yang bisa ditiru.
Sejak awal, orangtua merupakan contoh utama bagi anak, termasuk dalam bersosialisasi. Sebab itu, jadilah contoh yang baik untuk sang buah hati. Contohnya, selalu komunikasikan apapun dengan anak.
Bicarakan dengan baik apa yang tidak orangtua suka dan bahaya dari sesuatu. Nantinya anak akan mencontohnya saat berinteraksi dengan orang lain. Dengan mengatakan tujuan atau maksudnya, anak juga akan belajar menyampaikan keinginannya dengan kata-kata, bukan dengan tangisan.
Tidak semua anak senang berada di tengah keramaian. Tapi tidak ada salahnya mengajak anak-anak bermain di luar ruangan untuk menstimulasi sikap sosialisasinya.
Saat di luar ruangan, ia akan bertemu dengan lebih banyak orang. Anak juga bisa melihat dan meniru apa yang dilakukan oleh orang lain. Karena itu, selalu dampingi dan awasi anak saat berada di luar ruangan, ya. Mengajaknya bermain di luar ruangan juga dapat menambah kesempatan bagi anak untuk bertemu dan mendapatkan teman baru.
Salah satu cara untuk menerapkan sosialisasi pada anak yaitu dengan mengajarkan berbagi. Perkembangan sosialnya pun bisa dilihat dari kemampuannya dalam menahan sifat egois dirinya.
Jika ia bisa tidak menangis saat temannya memainkan mainnya, maka jiwa soalnya bisa dibilang sudah terbentuk dengan baik. Untuk itu, sebaiknya mulai ajarkan anak untuk berbagi sejak dini.
Jika si kecil memegang makanan, coba untuk memintanya sedikit. Setelah anak terbiasa membagi barang miliknya kepada orangtua, ajari dia untuk berbagi dengan teman-temannya. Contohnya saat membawa dua pensil di sekolah, cobalah minta ia untuk meminjamkan salah satunya jika ada teman yang tidak membawa.
Sumber foto: hellosehat
Emosi dan jiwa sosial anak akan lebih berkembang jika berada di situasi yang nyaman. Jika anak tidak terlalu suka bermain di luar ruangan, cobalah
Situasi yang nyaman akan membuat emosi dan jiwa sosial buah hati lebih berkembang. Apabila anak Bunda tidak terlalu suka berada di luar ruangan, Bunda bisa memilih menstimulasi jiwa sosialnya dengan membaca dan bernyanyi.
Bernyanyi juga dapat membuat kondisi emosi dan sosial anak lebih stabil. Apalagi, musik dipercaya dapat membantu perkembangan otak. Tentu akan sangat membanggakan jika si kecil mempunyai kecerdasan sosial, emosi, hingga kognitif yang tinggi.
Menerapkan kemampuan sosialisasi anak bisa dilakukan lewat berbagai pengalaman baru. Dengan melihat dan merasakan suasana, situasi, hingga pemandangan yang baru, kemampuan anak untuk beradaptasi dapat lebih terasah.
Baca juga: Bantu Si Kecil Perbaiki Kebiasaan Belajar Menjelang UAS Tiba
Tidak sulit memberikan pengalaman baru pada anak. Rencanakan piknik bersama teman sekelas ke sebuah tempat. Itu sudah menjadi pengalaman baru untuknya yang dapat mengasah kemampuan sosial anak. Bukan hanya ke tempat baru, tentunya saat kegiatan piknik ini berlangsung mereka juga dapat berinteraksi dan berjumpa dengan hal-hal asing yang ditemuinya.
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR
Develope by FMG