Resensi Buku: Tiga Bianglala

Berita Lainnya - 01 December 2023

 

Identitas Buku

Judul           : Tiga Bianglala

Penulis         : Misna Mika

Editor          : Donna Widjajanto

Penerbit       : Gramedia Pustaka Utama

Kota Terbit   : Jakarta

Tahun Terbit : 2013

Tebal           : 304 hlm

Harga          : Rp 57.000

 

Resensi Buku

Buku Tiga Bianglala karya Misna Mika ini bercerita tentang seorang anak bernama Itut yang tinggal di Kampung Bala, pinggiran kota Palembang. Ia tinggal bersama kedua orangtua dan lima orang saudaranya. Mereka adalah keluarga yang sangat sederhana, bahkan dapat dikatakan keluarga yang hidup kekurangan. Ayah Itut tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan mapan ia hanya bekerja serabutan, sedangkan ibunya hanya seorang penjahit yang bekerja jika hanya ada pesanan. Kondisi itu semakin ditambah rumit dengan kandungan ibu Itut yang sudah menginjak usia delapan bulan. Namun, keadaan yang serba sulit bagi keluarganya itu tidak membuat keharmonisan mereka berkurang. Keluarga itu tetap hidup bahagia dan memberikan kehangatan tersendiri di dalam rumah reyot mereka. Ayahnya sangat menyayangi Itut, Ibunya meskipun cerewet tapi sangat memperhatikannya. Ditambah canda tawa saudara-saudaranya yang semakin membuat rumah reyot itu menjadi tempat ternyaman di dunia.

 

Itut memiliki kulit yang hitam dan kumal. Ia adalah anak yang cerdik, jail, dan iseng, tetapi sesungguhnya Itut adalah anak yang baik. Itut memiliki sahabat yang bernama Manna. Itut sering bermain dan menikmati masa kecilnya bersama Manna. Itut dan Manna banyak menghabiskan hari-hari mereka yang penuh dengan keterbatasan untuk bermain cak engkleng, menyewa sepeda, mencuri buah dari pohon tetangga, hingga berjualan es bungkus.

 

Manna adalah seorang anak yang cantik dan manis. Manna tinggal bersama nenek tirinya dan saudara-saudara ibu tirinya. Ayah kandung Manna tinggal bersama ibu tirinya yang baru saja melahirkan anak hasil penikahan mereka. Ibu kandung Manna pergi meninggalkannya saat Manna berusia enam tahun. Tinggal bersama dengan Nenek dan saudara-saudara ibu tirinya memang bukanlah hal bagus, karena Manna selalu berjuang untuk mendapatkan makanan di rumah itu. Telat sedikit saja, makanannya akan dihabiskan oleh paman atau bibi tirinya. Akan tetapi, keadaan itu jauh lebih baik dibandingkan jika Manna harus tinggal bersama ibu dan adik tirinya, karena pasti akan ada omelan dari ibu tirinya setiap hari.

 

Di sekolah, Itut dan Manna sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari Vivi dan teman-temannya. Vivi tergolong sebagai anak yang berkecukupan, berbeda dengan Itut yang terkadang tidak dapat mengisi lambungnya dengan makanan setiap hari. Ayah Vivi bekerja di sebuah kantor pajak, pada saat itu orang yang bekerja di kantor pajak banyak yang menjadi orang kaya. Dengan keadaan Itut dan Manna yang penuh dengan keterbatasan, membuat Vivi selalu berusaha mengejek mereka.

 

Di sekolah, Itut dan Manna juga memiliki teman bernama Meimei. Meimei adalah anak keturunan Tionghoa yang cukup pendiam di kelas, tetapi memiliki kepandaian yang menakjubkan. Meskipun Meimei berasal dari keluarga yang tidak berkekurangan, tetapi ia tetap bersikap baik pada Itut dan Manna, bahkan Meimei tidak segan berbagi roti bekalnya dengan mereka berdua yang selalu terlihat kelaparan di sekolah. Suatu ketika Meimei juga pernah mengajak Itut dan Manna untuk makan bersama di rumahnya. Meimei sebenarnya adalah anak yang baik, tetapi ia dikucilkan oleh orang sekampung dan dianggap aneh hanya karena etnisnya. Akan tetapi, hal itu tidak membuat Meimei menjadi orang yang anti-sosial, ia justru bersikap baik terhadap Manna dan Itut.

 

Itut, Manna, dan Meimei merupakan tiga orang sahabat baik. Meskipun mereka memiliki latar belakang dan masalah yang berbeda-beda, tetapi mereka mau berbagi saat senang dan susah. Mereka saling menghibur dan juga tertawa bersama jika mendapatkan keberuntungan hidup. Mereka sangat menikmati persahabatan itu. Tetapi masalah bertubi-tubi muncul. Manna yang di ajak ayahnya ke tempat kakeknya dan sebentar mampir ke rumah ibu tirinya, malah harus menerima perlakuan yang sangat tidak menyenangkan. Ia dimarahi dan diusir oleh ibu tirinya karena merasa ayahnya sangat perhatian dan menyayangi Manna.

 

Kisah tidak menyenangkan pun menghampiri Itut, ayah Itut tiba-tiba dikabarkan meninggal dunia karena mengalami kecelakaan saat mengecat gedung yang tinggi. Seketika, keadaan keluarga Itut berubah. Tentu saja kepergian ayah Itut membuat keluarganya sangat sedih. Rekan kerja ayah Itut datang untuk bersimpati atas kejadian yang dialami rekannya itu.  Ia juga membawa santunan dari bos mereka dan tas serta dua bungkusan milik ayah Itut yang tertinggal. Tas itu ialah tas yang sering dibawa ayah Itut saat bekerja, sedangkan dua bungkusan itu yang satu berisi beberapa pakaian seragam sekolah dan yang satu berisi tiga pasang sepatu. Menurut rekannya itu, ayah Itut pernah bercerita bahwa ia ingin membelikan sepatu untuk anak-anaknya yang telah bersekolah, tetapi ia baru dapat membeli tiga pasang sepatu, sehingga ayah Itut memperpanjang kontrak kerja agar dapat membelikan sepasang sepatu lagi yang belum dapat terbeli, yakni sepatu untuk Itut.

 

Kepergian ayah Itut juga membuka fakta, bahwa sebenarnya ayah Itut berasal dari keluarga yang cukup berada di Samarinda. Sebelum ayah Itut meninggal, ia pernah bertengkar dengan orang di toko. Ayah Itut melawan dengan tangan kosong. Sementara orang yang dilawannya membawa benda tajam. Ayah Itut berusaha membela diri, dan hampir melukai orang itu. Perasaan takut menghinggapi ayah Itut, sehingga ia pergi dari kota Samarinda.

 

Beberapa hari setelah ayah Itut meninggal, datang mobil mewah ke rumahnya. Mobil mewah itu adalah mobil milik keluarga ayah Itut. Ibu dari ayah Itut dan keluarganya datang menyampaikan hal yang sangat mengejutkan. Nenek Itut menginginkan Itut dan seluruh keluarganya pindah ke Samarinda untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di sana. Hal itu membuat mereka semua terkejut, terlebih lagi Itut, yang belum rela untuk berpisah dengan dua orang sahabatnya, Manna dan Meimei.

 

Pada hari keberangkatannya ke Samarinda, semua teman-teman Itut mengantarkan itut dan melepas kepergiannya, termasuk kedua orang sahabatnya. Terlihat mereka sangat sedih dan tidak ingin berpisah dengan Itut. Meski terpisah jarak, mereka tetaplah sahabat. Kisah persahabatan mereka yang penuh dengan warna tidak akan terlupakan sampai kapanpun.

 

Buku bergenre teenlit ini salah satu buku yang cukup menarik, karena tidak seperti buku bergenre teenlit yang lain, yang biasanya menceritakan tentang kisah cinta remaja. Buku ini berhasil menghadirkan kisah persahabatan tiga orang anak yang memiliki latar belakang serta masalah yang berbeda. Isi buku ini sarat dengan makna indahnya persahabatan, kasih sayang keluarga, dan masalah-masalah kehidupan yang biasa terjadi di dunia nyata.

 

Ceritanya ringan, tetapi memiliki nilai-nilai yang baik dan bermanfaat bagi pembaca. Ini salah satu hal yang membuat buku berjudul Tiga Bianglala menarik untuk dibaca. Kisah persahabatan Itut, Manna, dan Meimei dihadirkan sangat mirip dengan kejadian-kejadian sehari-hari yang dialami oleh seorang anak. Hal ini membuat cerita tidak terlihat “dibuat-buat” dan “dilebih-lebihkan”.

 

Tokoh-tokoh yang dihadirkan oleh Misna Mika dalam buku ini mempresentasikan karakter-karakter manusia pada jaman sekarang yang ada disekitar tempat tinggal kita. Ada orang yang hidupnya penuh dengan penderitaan dan kekurangan dari segi ekonomi, tetapi memiliki keluarga yang sangat penuh perhatian dan kasih sayang. Ada juga orang kaya yang hidup dengan sangat berkecukupan tetapi memiliki sifat yang sombong dan kikir. Juga ada orang yang dipandang sebagai “orang aneh” karena memiliki perbedaan dengan orang lain, baik itu agama, etnis, dan semacamnya. Ada juga seorang guru yang memperlakukan siswanya tidak dengan objektif, tetapi dengan melihat kedekatannya dengan orangtua siswa ataupun latar belakang siswanya tersebut.

 

Karakter tokoh-tokoh dalam buku ini mungkin dapat kita jadikan refleksi diri dalam kehidupan sosial kita dengan orang lain. Pada saat membacanya, kita dapat merasa kesal terhadap seorang tokoh karena sikapnya dalam cerita tersebut. Akan tetapi, kita perlu menyadari, apakah kita pernah melakukan hal yang serupa dengan tokoh itu dalam kehidupan sosial kita masing-masing. 

 

Kekurangan dari buku ini hanya terletak pada ejaan-ejaan yang digunakan yang masih memiliki beberapa kesalahan. Ada beberapa bagian cerita yang mengalami kesalahan pengetikan. Namun hal itu tidak mengurangi isi cerita yang menarik.

 

Dibuat oleh: Leonardus S.A. (Pustakawan SMAK 5 PENABUR Jakarta)

 

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita BPK PENABUR Jakarta - 24 July 2024
Undangan Pertemuan Orang Tua Siswa Kelas XII SMAK...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 24 July 2024
Undangan Pertemuan Orang Tua Siswa Kelas X dan XI...
Undangan Pertemuan Orang Tua Siswa Kelas X dan XI
Berita BPK PENABUR Jakarta - 22 July 2024
Open Recruitment MPK Batch 31 SMAK 5 PENABUR Jaka...
Open Recruitment MPK Batch 31 SMAK 5 PENABUR Jaka...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 20 July 2024
Pendaftaran Panitia Escalades SMAK 5 PENABUR Jaka...
Pendaftaran Panitia Escalades SMAK 5 PENABUR Jaka...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 27 July 2024
Perayaan dan Pelayanan HUT ke 74 BPK PENABUR Jaka...
Perayaan dan Pelayanan HUT ke 74 BPK PENABUR Jaka...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 03 November 2023
Jadwal Pertandingan Mobile Legend Sabtu, 4 Novemb...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 03 November 2023
Jadwal Pertandingan Futsal Sabtu, 4 November 2023
Jadwal Pertandingan Futsal Sabtu, 4 November 2023
Berita BPK PENABUR Jakarta - 03 November 2023
Jadwal Pertandingan Basket Sabtu, 4 November 2023
Jadwal Pertandingan Basket Sabtu, 4 November 2023
Berita BPK PENABUR Jakarta - 03 November 2023
Opening Escalades Pinishi SMAK 5 PENABUR Jakarta ...
Opening Escalades Pinishi SMAK 5 PENABUR Jakarta ...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 01 November 2023
Lomba Vocal Solo Kamis, 2 November 2023
Lomba Vocal Solo Kamis, 2 November 2023
Berita BPK PENABUR Jakarta - 07 August 2020
Jadwal Pelajaran Kelas XII Pekan Penilaian Harian...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 07 August 2020
Jadwal Pelajaran Kelas XI Pekan Penilaian Harian ...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 07 August 2020
Jadwal Pelajaran Kelas X Pekan Penilaian Harian 1...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 04 June 2020
Alumnus SMAK 5 PENABUR Natalie Francis Raih Beasi...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 30 May 2020
Jadwal Home Learning 5
Berita Lainnya - 23 February 2024
Resensi Buku: Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Berita Lainnya - 16 February 2024
Resensi Buku: Chicken Soup for the Soul Think Pos...
Resensi Buku: Chicken Soup for the Soul Think Pos...
Berita Lainnya - 14 February 2024
Resensi Buku: 33 Senja Di Halmahera
Resensi Buku: 33 Senja Di Halmahera
Berita Lainnya - 12 February 2024
Resensi Buku: Ayah
Resensi Buku: Ayah
Berita Lainnya - 11 February 2024
Resensi Buku: Hujan
Resensi Buku: Hujan
Berita Lainnya - 18 July 2023
Don't Be Jealous
Berita Lainnya - 14 July 2023
Tuhanlah pengatur jalan hidup kami
Tuhanlah pengatur jalan hidup kami
Berita Lainnya - 13 July 2023
Thank You Lord
Thank You Lord
Berita Lainnya - 12 July 2023
Beriman dengan Penuh Kebijaksanaan
Beriman dengan Penuh Kebijaksanaan
Berita Lainnya - 10 July 2023
Permulaan Pengetahuan
Permulaan Pengetahuan

Choose Your School

GO