Bersepatu (Bergantung Sepenuhnya Pada Tuhan)

Berita Lainnya - 08 November 2023

 

Zaman dulu orang tidak mengenal sepatu. Mereka berjalan dengan kaki telanjang. Pada awal ditemukannya, sepatu sebagai alas kaki dibagi menjadi 2 kategori yaitu jenis mokasin yang tertutup, dipergunakan di daerah sub tropis dan sandal di daerah tropis. Alas kaki awalnya sederhana dan terus mengalami perubahan, misalnya dengan penambahan asesoris dan juga berbagai bentuk yang variasinya semakin hari semakin banyak.

 

Ketika kita bersepatu, kaki kita akan aman dan tidak mudah terluka kalau menginjak duri atau benda-benda tajam yang ada di sekeliling kita. Dengan memakai sepatu, kaki kita juga terlindungi dari debu dan kotoran.

 

Dalam kehidupan rohani, tidak banyak orang mau bersepatu (Bergantung Sepenuhnya Pada Tuhan). Kita lebih memilih untuk beralas kaki saja, mau bebas menentukan keputusan sendiri. Karena itu hidupnya sering terkena “benda-benda tajam, kerikil tajam bahkan sampai ranjau kehidupan” Kita lebih memilih memutuskan masalah dengan memakai logika sendiri, bergantung pada pikiran kita sendiri, bergantung pada apa kata orang. Kita sering mengambil jalan pintas, kita sering meragukan Tuhan dalam hidup kita, kita tidak percaya pada pertolonganNya, padahal sebenarnya kita mendapat pertolongan Tuhan namun tidak menyadari. Tuhan tidak kelihatan, jika kita meminta sesuatu padaNya, apakah Ia akan mendengar dan menjawab doa kita ? Itulah konsep orang-orang yang tidak bersepatu.

 

George Muller, pendiri rumah piatu Ashley Down, di Bristol, Inggris, dilahirkan di Prusia, pada 17 September 1805. Pada masa mudanya, ia hidup dengan tidak mengenal Tuhan dan baru setelah berusia 21 tahun, ia bertobat dalam suatu persekutuan doa, yang diadakan di rumah seorang saudagar yang beriman. Tidak lama kemudian, ia pergi ke Inggris tanpa membawa surat-surat ataupun uang.

 

 

Tidak ada orang yang mengenalnya di Inggris, dan ia hanya bisa sedikit bahasa Inggris. Apa sajakah yang dibawanya? Ia membawa Tuhan besertanya. Tidak lama sesudah ia tiba di Inggris, ia menulis dalam buku hariannya demikian: "Segenap hidup saya akan dipakai untuk melayani Tuhan yang hidup." Pendiriannya didasarkan semata-mata pada Alkitab. Dan sepanjang hidupnya, ia berpegang teguh kepada Firman Tuhan.

 

Tidak pernah ia meminta pertolongan kepada siapa pun dan tidak pernah ia menyatakan kepada seorang pun bahwa ia memerlukan pertolongan. Ia berharap semata-mata pada jawaban doanya yang disertai iman. Saat itu, lebih dari 500.000 sudah dikirim kepadanya untuk mendirikan panti asuhan itu (God`s Orphanage) serta keperluannya dan untuk usahanya mengabarkan Injil dan penyebaran Alkitab.

 

Di panti asuhannya, ada 10.000 anak piatu terlantar yang menerima pertolongan dan pendidikan. Anak-anak itu setelah menerima cukup pendidikan, mereka dikirim ke berbagai tempat.

 

Ada salah satu kisah hidupnya yang menyentuh hidup banyak orang. Pada saat malam Natal, ia tidak mempunyai roti untuk diberikan kepada anak-anak panti asuhannya. Ia tidak menjadi panik, ia memakai “sepatunya” dan mengatakan “Mari kita rayakan saja Natal” Selesai berdoa, ternyata roti itu datang di depan pintu. Itulah hasil dari bersepatu (Bergantung Sepenuhnya Pada Tuhan).

 

Pada hari-hari tuanya, ia sudah berjalan hampir 200.000 mil di 42 negeri dan memberitakan Injil kepada 3.000.000 pendengar.

 

Memang di dalam kita menjalani hidup, tidak selalu terjadi hal-hal spektakuler seperti yang dialami oleh George Muller.  Terkadang kita berdoa tapi belum terjadi seperti yang kita harapkan. Saat itu terjadi, kita sering meragukan Tuhan dalam hidup kita.

 

Jika kita renungkan, bukankah setiap hari kita bisa hidup, masih sehat, bisa makan walaupun mungkin sederhana, bisa bekerja, bisa bersekolah dan lain-lain, sebenarnya kita sedang mengalami pemeliharaan Tuhan tapi kita tidak menyadarinya.

 

Ingatlah, dalam menjalani hidup, kesulitan itu selalu ada baik besar maupun kecil. Kita tidak perlu menghindarinya tapi harus menghadapi dan mengatasi. Kadang-kadang bukan karena persoalan sulit sehingga kita tidak berani namun karena kita tidak berani menghadapinya maka persoalan itu menjadi sulit. Pada saat persolan datang, hadapilah dengan bersepatu (Bergantung Sepenuhnya Pada Tuhan).

 

Bergantung itu merupakan pergumulan antara iman dan logika. Bergantung itu berarti kekuatan tidak ada di pihak kita melainkan pada pihak lain. Biarlah kita terus belajar untuk selalu bergantung pada Tuhan. Bergantung bukan berarti kita diam saja, no action, tapi kita melakukan action kita berdasarkan dengan iman kita. Kita melakukan bagian kita dengan setia.

 

Bergantung sepenuhnya juga berarti tidak setengah-setengah. Setengah-setengah itu itu tidak pernah baik. Nasi setengah matang tidak enak, bekerja, belajar setengah-setengah, maka hasilnya juga akan setengah-setengah, usaha yang setengah-setengah, tidak ada gunanya.

 

Banyak orang mempercayai Tuhan setengah-setengah, dan ketika kita terjatuh, bukankah Tuhan yang Maha Baik itu yang kita sebut sebagai Bapa akan menerima kita kembali. Dalam masa senang atau sulit, mari kita menjalani hidup ini dengan bersepatu (Bergantung Sepenuhnya Pada Tuhan), karena selama kita bersepatu selalu ada harapan dan jalan keluar. Apapun masalah yang kita hadapi saat ini, bersepatulah dalam menghadapinya. (Lie Fong Fong, M.Pd - Kepala SMAK 5 PENABUR Jakarta)

Berita BPK PENABUR Jakarta - 22 January 2024
SMAK 5 Melantik Pengurus OSIS 2024
Berita BPK PENABUR Jakarta - 17 January 2024
Pilih jadi Berkat atau Berat
Pilih jadi Berkat atau Berat
Berita BPK PENABUR Jakarta - 16 January 2024
Ini Pengalamanku Ikut Journey5 x Trip5 di Jakarta
Ini Pengalamanku Ikut Journey5 x Trip5 di Jakarta
Berita BPK PENABUR Jakarta - 31 January 2024
SSVS (Sunday School Voluntary Service) dari OSIS ...
SSVS (Sunday School Voluntary Service) dari OSIS ...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 08 January 2024
Diutus Menjadi Gembala yang Sederhana
Diutus Menjadi Gembala yang Sederhana
Berita BPK PENABUR Jakarta - 03 November 2021
Closing Escalades: Ini Pesan Sheryl untuk Siswa S...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 22 January 2022
Ibadah Natal Bersama Orang Tua Siswa SMAK 5
Ibadah Natal Bersama Orang Tua Siswa SMAK 5
Berita BPK PENABUR Jakarta - 11 January 2022
Kebaktian Awal 2022: Bertumbuh dan Semakin Dikasi...
Kebaktian Awal 2022: Bertumbuh dan Semakin Dikasi...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 22 December 2021
Pembinaan Karakter: Belajar Menguasai Diri
Pembinaan Karakter: Belajar Menguasai Diri
Berita BPK PENABUR Jakarta - 26 November 2021
Teacher’s Day 2021: Level Up
Teacher’s Day 2021: Level Up
Berita Lainnya - 03 October 2024
Anugerah Allah Memampukan Kita Berkata 'Ya' pada ...
Berita Lainnya - 02 October 2024
Rasa Ketidaklayakan Kita dalam Menerima Anugerah ...
Rasa Ketidaklayakan Kita dalam Menerima Anugerah ...
Berita Lainnya - 01 October 2024
Saat Banyak Orang Memandang Rendah Kita, Tuhan Ye...
Saat Banyak Orang Memandang Rendah Kita, Tuhan Ye...
Berita Lainnya - 03 October 2024
Mengelola Emosi
Mengelola Emosi
Berita Lainnya - 30 September 2024
SMAK 5 PENABUR Jakarta Tidak Hanya Unggul Akademi...
SMAK 5 PENABUR Jakarta Tidak Hanya Unggul Akademi...
Berita Lainnya - 07 January 2024
Resensi Buku: Toba Mengubah Dunia
Berita Lainnya - 24 January 2024
Bijaklah dalam Perkataan dan dengan Berani Memebe...
Bijaklah dalam Perkataan dan dengan Berani Memebe...
Berita Lainnya - 01 January 2024
2023 Year In Review: What Have You Learned This Y...
2023 Year In Review: What Have You Learned This Y...
Berita Lainnya - 04 January 2024
Resensi Buku: Awan (Harmoni dalam Perbedaan)
Resensi Buku: Awan (Harmoni dalam Perbedaan)
Berita Lainnya - 02 January 2024
Bangga Menggunakan Batik
Bangga Menggunakan Batik
Berita Lainnya - 02 December 2022
Pemakaman Tebing Batu Tana Toraja
Berita Lainnya - 28 December 2022
Nama Yusuf dalam Natal
Nama Yusuf dalam Natal
Berita Lainnya - 21 December 2022
Belajar dari Persembahan Janda Miskin
Belajar dari Persembahan Janda Miskin
Berita Lainnya - 22 January 2023
Selamat Tahun Baru Imlek 2023
Selamat Tahun Baru Imlek 2023
Berita Lainnya - 10 November 2022
Selamat Hari Pahlawan 2022
Selamat Hari Pahlawan 2022

Choose Your School

GO