Marturia Eps. 8: Pertemanan di Sekolah

Berita BPK PENABUR Jakarta - 22 August 2022

Podcast Marturia kembali tayang di Youtube SMAK 5 PENABUR JAKARTA – OFFICIAL pada 18 Agustus 2022. Episode tersebut berisi wawancara Gaby dan Inori kepada siswa-siswi SMAK 5 PENABUR Jakarta mengenai pergaulan di SMAK 5. Lebih dari 160 warganet telah menyaksikan tayangan tersebut.

Gaby dan Inori berpendapat bahwa pergaulan tidak lepas dari kelompok dan memiliki circle atau kelompok pertemanannya sendiri. Circle ini sangat diperlukan agar siswa memiliki rasa aman dan nyaman selama berada di sekolah. "Meski hampir semua siswa SMAK 5 memiliki circlenya sendiri, mereka tetap berbaur dengan siswa lain di luar kelompoknya," ungkap Eca dari kelas XI MIPA 1.

Salah satu kelas yang memiliki circle pertemanan sendiri adalah kelas X IPS 1. Hal tersebut diakui oleh Brian, salah satu siswa kelas tersebut. "Mereka selalu ada dalam kelompoknya masing-masing, tapi mereka tidak merasa canggung untuk berbincang dengan yang lain," jelasnya.

Cara yang dapat dilakukan agar seluruh siswa dapat berbaur adalah melalui kerja kelompok. Hal ini membuat siswa harus menjalin komunikasi dengan siswa lain yang mungkin sebelumnya belum pernah berhubungan. "Dengan demikian, memungkinkan siswa untuk menemukan circle pertemanan yang baru," ungkap Gaby.

Selain itu, kerja kelompok juga memberikan keuntungan tersendiri bagi siswa. Terutama, jika mendapat teman dapat diajak bekerja sama. "Terlebih apabila mendapat teman yang lebih berbakat dan mumpuni pasti sangat menguntungkan," ungkap Jason dari kelas XI MIPA 3.

Siswa-siswi yang diwawancarai juga berbagi tips untuk berteman di sekolah. Salah satunya adalah dengan mau berteman dengan siapa saja dan mengesampingkan kesan pertama yang buruk kepada teman kita.

Meski demikian, siswa juga tetap perlu menyaring pengaruh baik atau buruk yang berasal dari teman di dalam ataupun di luar circle. Lebih penting lagi, siswa harus selalu melibatkan Tuhan dalam setiap pergaulan yang dilakukan. “Karena pergaulan yang buruk dapat merusak perilaku yang baik,” tambah Inori. (Elisyeva Margaretha – X IPS 1)