Jars of Clay : Menyerahkan Kerapuhan Diri Untuk Dibentuk Seturut Kehendak Tuhan
Berita Lainnya - 10 November 2021
Tema Bina Iman Guru dan Karyawan SMAK PENABUR Jakarta pada tahun ini adalah Jars of Clay, yang memiliki makna bahwa kita, manusia yang rapuh ini dipakai oleh Tuhan untuk menjadi sesuatu yang indah dan dapat memberikan air sejuk kepada orang lain. Sebuah bejana yang terbuat dari tanah liat mengalami proses yang begitu panjang dalam pembentukannya. Tanah liat yang rapuh dan mudah hancur dibentuk berulang kali hingga menjadi sebuah bejana yang indah. Hal ini jugalah yang menjadi tema besar dalam Bina Iman Guru dan Karyawan BPK PENABUR pada tahun ini.
Kegiatan Bina Iman dibuka dengan kebaktian yang dipimpin oleh Penatua Andi Agus dari GKI Bandung. Dalam renungannya, beliau menyampaikan bahwa hidup kita telah diselamatkan oleh anugerah dan kasih Allah. Penting bagi kita untuk memahami bahwa anugerah itu hadir dan diberikan kepada kita bukan karena kita yang layak, tetapi karena memang Tuhan yang sudah memberikan anugerah tersebut bahkan dari saat kita masih berdosa. Maka yang dapat kita lakukan untuk merespon anugerah tersebut adalah dengan memberi diri kita untuk dipakai Tuhan dalam melakukan berbagai pekerjaan baik yang memuliakan nama-Nya.
Dalam renungan tersebut juga dijelaskan bahwa iman kepada Kristus adalah harta dalam bejana tanah liat yang menurut Paulus harus dimiliki dan disebarkan kepada semua orang. Melalui pelayanannya, Paulus terus berharap bahwa setiap orang akan melihat terang dan kemuliaan Kristus itu sendiri. Begitu juga dengan keberadaan guru selaku pendidik sekaligus pelayan. Hendaknya melalui pengajaran yang diberikan, siswa dapat melihat terang dan kemuliaan Kristus, terlebih lagi dapat mengalami perjumpaan dengan Kristus dalam hidupnya.
Sayangnya sebagai manusia, kita memang rapuh dan kerap mengalami kerusakan. Layaknya bejana tanah liat yang mengalami kerusakan, sang pembuat pasti akan memperbaiki dan menyusun kembali bejana tersebut hingga kembali menjadi sebuah bejana yang indah. Sang pembuat bejana tidak akan membuang bejana yang gagal, tetapi ia membentuknya kembali hingga menjadi sesuatu yang berguna. Kita sebagai manusia pun seperti itu. Saat kita merasa bahwa hidup kita sulit, bahkan mengalami kerapuhan atau kerusakan, percayalah bahwa Tuhan selalu sedia memperbaiki dan mengarahkan kembali hidup kita untuk menjadi sesuatu yang baik dan indah. Tuhan tidak akan membuang kita, tetapi Ia akan terus membentuk kita hingga kita kembali menjadi pribadi yang lebih baik. Kasih Kristus akan terus mengalir dalam kehidupan kita meskipun kita sedang berada dalam kondisi rapuh karena Ia selalu mencintai kita. Ketika kita sebagai manusia menyadari kerapuhan kita, di saat itulah justru kita mendapat kekuatan untuk terus menjalani kehidupan. Di balik bejana tanah liat yang rapuh terdapat kekuatan dari Allah yang terus membuat kita bertahan dalam menghadapi berbagai pergumulan kehidupan.
Kegiatan Bina Iman ditutup dengan Dedication Service yang mengambil tema “Become a Vessel of Refreshing Water”. Dalam dedication service kita diingatkan untuk kembali memberikan hidup dan diri kita yang rapuh ini untuk hadir bagi orang-orang di sekitar kita. Di saat kita menyadari bahwa diri kita rapuh, di situlah juga kita sadar bahwa kita memerlukan pertolongan Allah untuk terus menjalani kehidupan kita. Layaknya bejana yang menjadi wadah bagi air segar bagi orang-orang yang kehausan, marilah kita menjadi pribadi-pribadi yang meskipun rapuh, namun mampu menghadirkan ‘air segar’ bagi siapapun yang membutuhkan.
(Eka Padma Sari)
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur