Memahami ADHD pada Anak-Anak
Berita Lainnya - 05 August 2024
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah salah satu gangguan neurodevelopmental yang paling umum terjadi pada anak-anak. Gangguan ini biasanya terdeteksi pada masa kanak-kanak dan seringkali berlanjut hingga masa dewasa. Anak-anak dengan ADHD mungkin kesulitan memperhatikan, mengendalikan impuls, atau terlalu aktif, yang dapat mempengaruhi kinerja mereka di sekolah, hubungan sosial, dan kesejahteraan emosional.
Gejala ADHD pada anak-anak umumnya terbagi menjadi tiga kategori utama:
- Kurangnya Perhatian (Inattentiveness)
- Mudah teralihkan perhatian dan kesulitan mempertahankan fokus pada tugas-tugas atau permainan.
- Sering membuat kesalahan karena kurang memperhatikan detail.
- Sulit mengikuti instruksi atau menyelesaikan pekerjaan sekolah dan tugas lainnya.
- Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari, seperti buku atau mainan.
- Menghindari atau tidak menyukai tugas yang membutuhkan usaha mental berkelanjutan, seperti pekerjaan rumah atau tugas sekolah.
- Hiperaktif (Hyperactivity)
- Sering bergerak secara berlebihan, seperti berlari atau memanjat di situasi yang tidak pantas.
- Kesulitan duduk diam, misalnya di kelas atau saat makan.
- Sering berbicara secara berlebihan dan kesulitan bermain dengan tenang.
- Selalu merasa gelisah atau bergerak terus-menerus.
- Impulsif (Impulsivity)
- Sering menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan tersebut selesai diajukan.
- Kesulitan menunggu giliran dalam permainan atau kegiatan kelompok.
- Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya dengan menyela pembicaraan atau permainan.
Penyebab pasti ADHD belum sepenuhnya dipahami, namun ada beberapa faktor yang diyakini berkontribusi terhadap perkembangan gangguan ini, antara lain:
- Genetik: ADHD cenderung menurun dalam keluarga, menunjukkan bahwa faktor genetik berperan signifikan.
- Perkembangan Otak: Beberapa penelitian menunjukkan perbedaan dalam struktur otak dan aktivitas otak pada anak-anak dengan ADHD.
- Lingkungan: Faktor lingkungan seperti paparan zat beracun, misalnya timbal, selama kehamilan atau di usia dini juga dianggap berperan.
- Faktor Risiko Lain: Kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan penggunaan alkohol atau obat-obatan selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko ADHD.
Diagnosa ADHD biasanya dilakukan oleh profesional kesehatan mental melalui wawancara, pengamatan, dan evaluasi riwayat medis. Penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh, karena gejala ADHD dapat mirip dengan gangguan lain, seperti kecemasan, depresi, atau masalah belajar.
Penanganan ADHD pada anak-anak umumnya melibatkan kombinasi dari beberapa pendekatan:
- Terapi Perilaku: Terapi ini membantu anak-anak mempelajari cara mengelola gejala mereka dengan lebih efektif. Orang tua dan guru sering kali dilibatkan dalam terapi ini untuk mendukung anak-anak di rumah dan sekolah.
- Pengobatan: Stimulansia seperti metilfenidat adalah obat yang paling umum digunakan untuk mengobati ADHD. Obat ini membantu meningkatkan perhatian dan mengurangi hiperaktif dan impulsif. Namun, pengobatan harus diawasi oleh dokter karena adanya kemungkinan efek samping.
- Dukungan Pendidikan: Anak-anak dengan ADHD mungkin memerlukan dukungan tambahan di sekolah, seperti modifikasi dalam metode pengajaran atau penyesuaian tugas.
Tanpa penanganan yang tepat, ADHD dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan anak, termasuk prestasi akademik, hubungan dengan teman sebaya, dan kesejahteraan emosional. Anak-anak dengan ADHD sering kali merasa frustrasi karena kesulitan mereka dalam memenuhi harapan di sekolah atau di rumah. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya harga diri dan masalah perilaku.
Namun, dengan diagnosis yang tepat dan dukungan yang memadai, banyak anak dengan ADHD dapat mengembangkan strategi untuk mengelola gejala mereka dan mencapai potensi penuh mereka. **js
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur