Artikel

Takut? (Tips Menjadi Seorang Penolong)


Oleh: Ira yulianti, S.Psi., M.Psi.

 

Siapa yang tidak pernah merasa takut? Nampaknya tidak ada. Semua orang pasti pernah merasa takut, baik anak-anak maupun orang dewasa. Rasa takut adalah hal yang wajar, sebagai salah satu “alarm” alami dari tubuh tentang adanya sumber bahaya yang mengancam kita. Apa yang biasanya membuat kita takut? Biasanya adalah binatang buas, orang jahat, atau malapetaka. Namun ada kalanya kita merasa takut terhadap hal-hal yang tidak jelas wujudnya seperti takut ditinggalkan, takut kesepian, takut dinilai jelek oleh orang lain dan sebagainya. Perasaan tersebut lebih tepat dikatakan sebagai rasa cemas atau khawatir.

 

Perasaan takut, cemas, khawatir seringkali membuat kita ragu-ragu bahkan berhenti melangkah. Kita tidak tahu harus berbuat apa, seakan-akan perasaan tersebut menyelimuti kita. Di saat-saat demikian kita membutuhkan penolong yang hadir untuk menemani dan menerima perasaan kita. Ketika kita berada dalam posisi sebagai penolong apa yang dapat kita lakukan untuk membantu rekan atau keluarga kita mengatasi rasa takut atau khawatirnya?

 

1. Milikilah niat yang tulus untuk menemani atau mendampingi mereka. Niat yang tulus akan “terasa” oleh mereka.

 

2. Belajarlah untuk lebih banyak mendengarkan daripada berbicara atau memberikan nasihat. Ketika kita mendengarkan dengan baik, orang lain akan merasa dipahami dan dimengerti. Hal tersebut membuat perasaan menjadi lebih tenang dan dapat berpikir lebih jernih. Nasihat dan motivasi penting untuk disampaikan sebagai penguatan namun tahapnya setelah mendengarkan seluruh ungkapan perasaan orang tersebut.

 

3. Terima semua perasaan yang disampaikan, jangan memotong, menghakimi atau memberikan “cap” negatif. Kadar perasaan takut dan khawatir setiap orang berbeda-beda. Belajarlah untuk memahami dari sudut pandang mereka sehingga kita bisa memberikan penguatan yang tepat tanpa mereka merasa disalahkan atas perasaan-perasaan mereka.

 

4. Untuk anak-anak, gunakan sentuhan dan pelukan sebagai upaya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. Tepukan di bahu atau menggenggam tangan dapat kita lakukan sebagai bentuk dukungan pada rekan kerja atau orang tua kita.

 

5. Bentuk dukungan dapat juga diberikan dengan cara memperhatikan kebutuhan fisik mereka. Membuat masakan hangat kesukaan mereka, mengajak pergi ke alam untuk merasakan udara segar, mengoleskan minyak untuk membantu merilekskan otot-otot yang tegang, mengajak bicara (mengobrol) lebih sering, dan sebagainya.

 

Karakter keberanian yang ingin kita kembangkan dari diri anak kita, rekan kerja, maupun terhadap diri kita sendiri tentu perlu kita landasi dengan Firman Tuhan karena apapun yang kita upayakan semua itu bersumber dari kekuatan Tuhan. Latihlah diri kita memiliki karakter berani dengan tetap mengingat Firman Tuhan dari Ibrani 13:6a yang mengatakan “Tuhan adalah penolongku. Aku tidak akan takut”. Selamat menjadi penolong dan melatih diri menghadapi ketakutan atau kekhawatiran kita. Tuhan Yesus selalu menyertai.