Artikel

Menjadi Guru yang Out of The Box


 

Oleh: Camelia Wati Kurnialie, S.Psi

 

Tidak terasa sudah hampir satu tahun sekolah dilakukan dalam jaringan (daring), tidak ada lagi pertemuan tatap muka secara langsung antara guru dan siswa. Sekolah yang semula ramai dengan anak-anak, kini sunyi. Lari-lari kecil dan cerianya anak-anak belum dapat dinikmati lagi. Pandemi Covid-19 membuat dunia pendidikan seolah memasuki era baru. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru..

Pembelajaran daring akan terasa membosankan jika metode dan media yang digunakan guru monoton. Jika ini terjadi, kemungkinan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, sebab bisa jadi materi yang disampaikan membingungkan anak. Tentunya, hal ini tidak diinginkan oleh siapa pun, sehingga mau tidak mau, guru harus kembali beradapatasi  terhadap perubahan yang ada.

Adaptasi yang harus dilakukan seringkali memaksa guru untuk berani out of the box, keluar dari zona nyaman. Jika selama ini seorang guru merasa bahwa tanpa melakukan kreativitas dan inovasi apapun pembelajaran sudah dapat berjalan, maka pola pikir seperti ini harus diubah karena tidak akan membuat seseorang berpikiran maju. Jika terus dipelihara, maka proses pembelajaran akan membosankan dan siswa tidak tertarik untuk mengikutinya

Tidak mudah bagi seorang guru untuk berani menjadi out of the box, keluar dari zona nyaman yang dimiliki. Lebih banyak guru yang berpikir di dalam kotak atau in of the box. Guru seperti ini lebih suka menjadi pengikut, sesuai standar, dan biasa-biasa saja. Tidak pernah mencoba menghasilkan suatu gagasan yang baru, yang penting semua sesuai dengan apa yang ada dan sudah disepakati.

Memang setiap orang cenderung menikmati dan terbuai akan zona nyaman yang sudah dimilikinya pada saat ini, bagi guru, ini merupakan ‘penyakit kronis’ yang harus dibasmi karena akan menjadi penghalang dari sebuah inovasi. Pada saat seseorang menikmati posisinya di dalam kotak yang ia anggap sudah sangat nyaman, maka ‘hatinya’ tertutup untuk menemukan peluang dan terobosan yang akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

Sedangkan guru yang berpikir out of the box berarti guru tersebut mau berpikir diluar kebiasaan yang selama ini dilakukan. Selalu mencari jalan keluar paling efektif, mencari jalan lain yang mungkin tak terpikirkan oleh kebanyakan orang tanpa melanggar aturan resmi yang sudah ditetapkan. Yang terpenting adalah tujuan yang sudah direncanakan bisa tercapai.

Salah satu tanda yang paling bisa diamati dari guru yang out of the box adalah guru tersebut memiliki banyak sudut pandang ketika menentukan sebuah pilihan. Kemampuannya melihat dari banyak sudut pandang ini tak lepas dari pengalaman dan kebiasaan yang sering melihat suatu hal secara “berbeda”. Mencerna sesuatu dari banyak sisi yang kemudian disaring menjadi sebuah ide baru yang cemerlang, inilah keahlian guru yang berpikir out of the box.

Menjadi guru yang out of the box artinya guru harus selalu siap belajar, berani meningkatkan keilmuan dalam dirinya, kreatif, inovatif, mampu melihat dari berbagai sudut pandang, dan bisa melakukan komunikasi serta kolaborasi dengan berbagai pihak. Semua ini dilakukan untuk memperkaya proses pembelajaran yang pada akhirnya bisa mengilhami siswa untuk lebih semangat belajar.

Albert Einstein pernah mengatakan bahwa suatu permasalahan itu tidak akan pernah dipecahkan jika kita menggunakan pola pikir yang sama ketika masalah itu diciptakan. Berinovasilah dan teruslah berubah karena sesungguhnya zaman itu terus berkembang dengan segala masalah-masalah yang tidak selalu bisa diselesaikan dengan cara lama. Memang tidak mudah, namun ingatlah “Great teachers aren’t born, great teachers are made” (Cara Stillings Candal).

 

Daftar Rujukan:

1. https://suyanto.id/menjadi-guru-kreatif-inovatif-di-era-pandemi-covid-19/

2. https://www.jernih.id/guru-anti-mainstream-selama-pandemi