Nilai Kejujuran dalam Pendidikan
Berita Lainnya - 14 May 2025
Penulis : Eureka/OSIS Sekbid VIII
Editor : Tim Medsos AKJ
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei. Peringatan ini menjadi momentum tentang arti pentingnya pendidikan dan juga untuk mengenang jasa Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional) yang telah merintis jalan bagi terciptanya pendidikan yang merata dan bermartabat di Indonesia. Tahun ini, peringatan Hardiknas menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan kembali nilai-nilai dasar dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah kejujuran. Pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter. Dalam konteks inilah, kejujuran menjadi nilai inti yang harus ditanamkan sejak dini. Kejujuran membentuk pribadi yang bertanggung jawab, dapat dipercaya, dan berintegritas karakter yang sangat dibutuhkan dalam membangun bangsa.
Sayangnya, krisis kejujuran kerap menjadi sorotan dalam dunia pendidikan kita. Praktik menyontek, plagiat, hingga manipulasi data akademik bukan lagi hal asing. Salah satu contoh dari perilaku tersebut adalah kasus yang baru saja terjadi yaitu maraknya kecurangan yang dilakukan pada saat UTBK SNBT 2025. Pada pelaksanaan Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Sumatera Utara (USU), polisi mengamankan tujuh orang peserta dan menetapkan empat di antaranya sebagai tersangka dalam kasus perjokian. Jika dibiarkan, budaya ini akan melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi rapuh secara moral.
Guru dan orang tua memiliki peran penting dalam membentuk budaya jujur. Guru harus menjadi teladan dalam berkata dan bertindak. Guru sebagai pendidik berperan penting untuk menyampaikan ilmu pengetahuan sekaligus mendidik anak bangsa. Tugas guru harus dipahami agar tak sekadar mengajar, tetapi juga harus mendidik. Pendidikan turut mencakup pendidikan karakter dan pendidikan agama. Karakter anak-anak bangsa dapat dibentuk melalui usaha para pendidik dalam lingkungan pendidikan formal. Guru menanamkan bahwa nilai bukan segalanya, melainkan proses belajar dan sikap jujur lebih utama, siswa akan tumbuh dengan pemahaman yang benar. Di rumah, orang tua perlu membiasakan anak untuk berkata apa adanya, menghargai usaha dibanding hasil, dan memberikan konsekuensi yang mendidik ketika anak berbuat tidak jujur. Lingkungan yang mendukung dan tidak menekan juga berperan besar dalam menumbuhkan keberanian untuk bersikap jujur.
Hari pendidikan tidak hanya untuk pendidik dan siswa, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Persoalan tentang pendidikan yang masih luas wajib diurai oleh seluruh rakyat Indonesia. Hal ini demi mencapai pendidikan yang berkualitas dan bermoral untuk setiap warga negara. Kualitas pendidikan perlu untuk selalu diawasi bersama, karena pendidikan menjadi salah satu pilar masa depan bangsa. Setiap prosesnya harus dilaksanakan dengan kerja sama berbagai pihak karena mendidik menjadi pekerjaan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagaimana ajaran Ki Hajar Dewantara, pendidikan sejatinya harus memanusiakan manusia. Tanpa kejujuran, manusia kehilangan esensinya. Oleh karena itu, pendidikan kita harus kembali ke akar dengan menghidupkan nilai-nilai moral dan budi pekerti sebagai prioritas utama. Teknologi dan inovasi penting, tetapi karakter jauh lebih penting.
Selamat memperingati hari pendidikan nasional. Hari Pendidikan Nasional bukan hanya seremonial tahunan, tetapi momen untuk merenung dan bertindak. Mari kita jadikan momen ini sebagai awal gerakan membangun pendidikan yang jujur, bersih, dan berintegritas. Bangsa yang besar bukan hanya ditopang oleh kecerdasan, tetapi juga oleh kejujuran warganya.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur