Caring Moment: Berbagi Kebaikan
Berita Lainnya - 20 March 2023
Image source: freepik.com
Penulis: Jeremy, 10 MIPA 1
Pada saat bulan puasa kemarin, saya memesan makanan melalui aplikasi Grab Food. Awalnya saya berpikir untuk memesan 2 menu, satu untuk saya dan satu untuk kakak saya. Tetapi, saya menyadari bahwa saya memesan makanan saat sedang bulan puasa dan kebetulan saya memesannya saat hampir waktu berbuka. Saya pun memutuskan untuk membelikan satu menu lagi untuk pengantar makanan saya. Saat makanan saya sudah sampai, saya pun meminta pengantarnya untuk menunggu sebentar sementara saya menyiapkan tas untuk memasukkan makanan ke dalam tasnya. Saat saya berikan tasnya kepada si pengantar, dia terlihat sangat senang. Ia pun berterima kasih kepada saya dan pergi. Saya juga ikut merasa senang, karena saya bisa merasakan bagaimana perasaan si pengantar yang mungkin belum ada makanan untuk berbuka puasa, namun sekarang bisa berbuka tanpa harus membeli makanan lagi.
Keluarga saya memiliki seorang tukang ojek langganan. Ojek ini terbilang masih konvensional. Tidak seperti kebanyakan ojek yang mulai berpindah ke platform aplikasi ojek online, beliau masih berpegang dengan sistem pangkalan. Akibat dari pandemi ini penghasilan beliau berkurang dan akhirnya harus bekerja paruh waktu di luar mengojek. Pada lebaran tahun kemarin keluarga saya berencana untuk membelikannya sarung sebagai hadiah lebaran. Saya mengusulkan agar kami juga memberi kue lebaran. Ibu saya memesan kue nastar dan kastanyel dari penjual kue dekat rumah dan akhirnya keluarga kami memberikan sarung, kue nastar, kue kastanyel, dan kurma untuk ojek langganan kami. Saya merasa cukup senang saat melihat ekspresi ojeknya, walaupun tertutup helm yang hampir menutupi seluruh muka kecuali mata, saya masih bisa raut muka beliau yang tersenyum kecil menandakan bahagia. Walaupun hanya ditemani motor sederhana yang dipenuhi stiker nomor pembalap favoritnya, sebuah ponsel jadul yang hanya bisa menerima telpon dan SMS, dan sebuah helm yang juga dipenuhi oleh stiker bendera Indonesia. beliau masih bisa bekerja tanpa lelah untuk terus menyambung hidup dari hari ke hari.
Pada waktu itu, kakak saya yang baru berada di semester 1 kuliah, sedang mempersiapkan presentasinya. Saya sedang berjalan ke dapur untuk mengambil makanan dan pada waktu itu saya bertanya kepada kakak saya apakah dia sudah makan atau belum, dan dia menjawab bahwa dia belum makan. Kakak saya adalah seorang yang tidak mau makan daging hewani, tetapi pada waktu itu, makanan satu-satunya yang bisa dimakan oleh kakak saya adalah tahu dan tempe. Akhirnya akibat didukung oleh keinginan memasak dan rasa empati, saya membuatkan telur bumbu kecap untuk kakak saya dan untung saja bahan yang tersedia di rumah cukup lengkap untuk membuat masakan itu, akhirnya saya mulai mempersiapkan bahan-bahan yang kira-kira saya butuhkan dan saya memasak untuk kakak saya. Kebetulan saya sedang ingin mencoba-coba resep baru. Saya memasak makanan tersebut tanpa melihat resep. Semata-mata hanya insting memasak saya dan sedikit ingatan dari sebuah video memasak dari media sosial yang sudah menghilang entah kemana. Saat kira-kira bumbu sudah tercampur rata, saya mencicipi kuahnya agar bisa mengetahui apa yang harus ditambahkan. Saya pun memasukkan bahan-bahan yang menurut saya perlu dimasukkan agar rasanya lebih netral. Ketika sudah selesai, saya meletakkannya di sebuah mangkuk dan meletakkannya di atas meja. Saya pun melanjutkan aktivitas saya. Ketika saya kembali ke dapur saya melihat masakan saya sudah termakan sebagian. Walaupun saya tahu kakak saya tidak tahu bahwa sayalah yang memasaknya, saya tetap merasa puas. Pertama karena saya bisa menolong kakak saya dan kedua karena saya sudah mengetahui bagaimana cara memasak telur kecap yang enak.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur