WANTED : PAHLAWAN YANG GAGAH BERANI!
BERITA LAINNYA - 11 November 2021
WANTED : PAHLAWAN YANG GAGAH BERANI!
Refleksi Hari Pahlawan 2021
Oleh: Ray James Sahertian
Sejarah selalu melahirkan pahlawan-pahlawan yang gagah berani. Mereka mengorbankan apa yang mereka miliki untuk sebuah tujuan yang ingin diraih atau dicapai. Bicara soal pahlawan pada saat ini bukan soal angkat senjata mengusir penjajah, melainkan bagaimana menjaga nama baik bangsa dan harkat-martabat kemanusiaan, serta berjuang untuk berprestasi di banyak bidang.
Sebagai contoh, tahun ini saja kita mendengar atau menyaksikan para pahlawan bulutangkis berjuang demi mengharumkan nama Indonesia di tingkat dunia. Sebut saja Greysia Polii dan Apriyani dalam meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 (yang diselenggarakan di tahun 2021 karena pandemi Covid-19),serta tim bulutangkis putra meraih piala Thomas yang sebelumnya tidak pernaih diraih selama 19 tahun.
Greysia Polii dalam usia yang tidak muda lagi berhasil mencapai puncak karirnya dengan menjadi nomor satu di ajang olimpiade. Ia pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan ketika harus didiskualifikasi pada olimpiade 2012. Kejadian itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berprestasi di dunia bulutangkis. Tidak pernah ada kata menyerah untuk terus mencetak prestasi demi prestasi. Sebagai atlet senior ia pun menjadi teladan sekaligus panutan bagi generasi muda di pelatnas bulutangkis. Tidak berbeda dengan pengalaman Apriyani, perjuangan Panjang pun terekam jelas dalam proses pembentukan menjadi atlit bulu tangkis nasional. Gadis dari Sulawesi ini sejak kecil harus berjalan puluhan kilometer untuk bisa mengikuti latihan bulutangkis. Ia jalani dengan semangat dan pantang menyerah. Itu dibuktikan sampai ia masuk pelatnas bulutangkis di Cipayung.
Lalu ada peneliti muda Indonesia, Indra Rusdiansyah dan Carina Citra Dewi Joe, yang berada dalam tim peneliti di balik pembuatan Vaksin AstraZeneca. Bahkan tim peneliti dari Oxford ini mendapat penghargaan Pride Of Britain. Carina akan mewakili tim untuk menerima penghargaan tersebut dikarenakan ia cukup berkontribusi besar dalam menemukan formula untuk vaksin tersebut. Sebelumnya ada pula peneliti Indonesia yang mendapatkan Newton Fund Award di tahun 2019. Harkunti Rahayu dan temannya melakukan penelitian mempersiapkan masyarakat pesisir menghadapi dampak perubahan iklim sejak dini. Penelitian mereka dinilai berhasil mengurangi dampak bencana bagi masyarakat pesisir.
Setiap kita bisa jadi Pahlawan. Tetapi apa yang bisa kita lakukan? Predikat sebagai pahlawan seperti apa yang bisa kita perjuangkan? Berikut adalah salah satu kisah di dalam Alkitab. Sekiranyo bisa membantu dan mengilhami kita.
GIDEON (HAKIM-HAKIM 6-8)
Di dalam Alkitab Ada satu kisah yang menceritakan tentang seorang pahlawan yang gagah berani. “Pahlawan yang gagah berani” demikian sapaan Malaikat Tuhan terhadap Gideon, anak Yoas orang Abiezer, yang sedang mengirik gandum di tempat persembunyian. Dalam Bahasa asli, Ibrani, kata yang dipakai adalah Khayil: gagah perkasa. Namun agak janggal bila Gideon disebut sebagai pahlawan yang gagah perkasa tetapi diam di tempat persembunyian. Bukankah seharusnya ia ada di medan pertempuran? Apakah sesungguhnya ia seorang yang pengecut? Apa yang menyebabkan ia memilih bersembunyi dan tidak mau maju berperang melawan bangsa Midian?
Latar belakang situasi dan kondisi umat Allah saat itu memang sedang berada di bawah kekuasaan orang Midian dan beberapa bangsa lainnya (Hakkim-hakim 6:1-2). Bahkan setiap hasil panen akan dijarah oleh orang Midin, Amalek, dan beberapa bangsa dari sebelah timur. Bisa saja ungkapan pahlawan yang gagah berani adalah sindiran keras dari Tuhan atas keberadaan Gideon di tengah-tengah bangsanya.
Maksud kedatangan Malaikat Tuhan adalah mengajak Gideon untuk memimpin umatNya mengalahkan bangsa Midian.
Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya
dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN
menyertai engkau, ya pahlawan c yang gagah
berani." (Hakim-hakim 6 :12)
Walaupun tidak diperjelas bagaimana respons Gideon ketika didatangi oleh Malaikat Tuhan, tetapi Gideon menjawb :Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan c yang gagah berani." (Hakim-hakim 6 :12)
Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika
TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini
menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-
perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan
oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika
mereka berkata: Bukankah TUHAN telah
menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang
TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami
ke dalam cengkeraman orang Midian." (6:13)
TUHAN pun memanggil Gideon menjalani tugas sebagai pemimpin bagi bangsanya. Ternyata tanggapan Gideon semakin mempertegas penolakannya.Jawaban Gideon mempertegas ada hubungan yang tidak baik antara dirinya dengan TUHAN. Sikap dan pandangan Gideon tentang Tuhan bisa saja mewakili keseluruhan sikap orang Israel kepada TUHAN. Ketika berada di bawah kekuasaan bangsa Midian selama tujuh tahun maka relasi umat dengan TUHAN tidak baik. Secara sosial politik bangsa Israel tidak bebas dan merdeka, lalu secara spiritual ada komunikasi yang tidak baik. Gideon sebagai pahlawan yang gagah berani telah memandang sinis kepada TUHAN.
Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan
berfirman: "Pergilah dengan kekuatanmu ini dan
selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman
orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!"
Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku,
dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel?
Ketahuilah, kaumku i adalah yang paling kecil
di antara suku Manasye dan akupun seorang yang
paling muda di antara kaum keluargaku. (6:14-15)
Memandang sinis Tuhan dan memandang sinis diri sendiri melahirkan pribadi yang iri, dengki, tidak memiliki rasa percaya diri, bahkan benar-benar berani menghadapi tantangan. Ditambah dengan menjadi pribadi yang berpikiran sempit, bahkan dirinya tidak mungkin menjadi inspirasi bagi orang lain. Tuhan sebagai sumber kasih dan keadilan saja tidak pernah didekati atau diajak untuk berkuasa atas dirinya. Relasi cinta kasih dengan Tuhan tidak menjadi kekuatan yang mengubah diri. Gideon telah terperosok ke dalam jurang kegagalan. Jawaban Gideon semakin menjelaskan mengapa ia memang tidak turun ke medan perang untuk berhadapan dengan bangsa Midian. Gideon ternyata pahlawan gagah berani yang tidak menghargai dirinya sendiri sebagai seorang pemuda. Ia rendah diri! Ia menjadikan dirinya sebagai pribadi yang buruk. Respons Gideon terhadap panggilan Allah membuktikan bahwa ia telah memandang sinis dirinya sendiri.
Lalu apa yang terjadi? Allah tidak tinggal diam. Allah mencoba memugar kembali kehidupan Gideon. Motivasi dan mujizat diberikan TUHAN, sehingga menyentuh sisi perasaan dan logika. Allah hendak menyiapkan Gideon sebagai Pahlawan yang gagah berani!
Berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis." (6:16)
Sekaligus Tuhan memberikan mujizat kepada Gideon dan membuatnya menjadi percaya serta merasa berdosa kepada TUHAN. Gideon tidak lagi sinis terhadap TUHAN dan dirinya sendiri. Tidak sampai di situ saja, Gideon dalam pembaruan hidupnya justru berdampak positif bagi orang lain, yaitu bangsa Israel. Gideon harus membawa 300 orang Israel ke medan pertempuran (7: 1-7) dan siap berhadapan dengan 135.000 orang Midian (8:10). Tuhan menepati janjinya bahwa menghantar Gideon dan orang Israel menghancurkan bangsa Midian yang telah menjajah mereka selama tujuh tahun. Hanya dengan 300 orang kemenangan pun diraih oleh bangsa Israel sekaligus menjadi bangsa yang bebas dan merdeka. Gideon pun menjadi hakim atas bangsa Israel.
Dari kisah ini kita belajar bahwa Sinis terhadap Tuhan Sang Empunya kehidupan dan sinis terhadap diri sendiri hanya menciptakan pribadi yang gagal dan mudah menyerah. Jauh dari “pahlawan yang gagah berani”. Tetapi ketika kita membuka relasi yang harmonis dan manis dengan Tuhan, maka memiliki sumber positif bagi kehidupan, yaitu menyadari bahwa Allah lah yang membuat diri kita begitu berharga dan justru memandang diri sebagai pribadi spesial yang siap dipakai Tuhan untuk pekerjaan besar dan penuh berkat. Benar saja, seperti Gideon yang sudah mengalami pembaruan hidup, ternyata berdampak positif bagi orang lain. 300 orang Israel itu mau berangkat bersama Gideon menghancurkan orang Midian meskipun jumlah mereka jauh di bawah jumlah orang Midian. Mereka telah memandang Gideon sebagai inspirator atau influencer. Dalam pribadi Gideon mereka melihat Allah yang turut berjuang bersama mereka. Ini baru “pahlawan yang gagah berani”.
Bagaimana dengan kita?
Setiap kita adalah pahlawan yang gagah berani tatkala menempatkan Tuhan sebagai kekuatan dalam hidup. Karena hal itu sebagai modal utama untuk bisa melihat bahwa sesungguhnya kita begitu berharga dan special di mata Allah. Sudah barang tentu jika bagian ini kita jalani, maka niscaya kita akan berdampak positif bagi orang lain!
Dalam hal konkrit, pahlawan yang gagah berani akan bertempur dengan keinginan mematikan kamera saat PJJ, merusak relasi yang harmonis dengan orang tua dan sesama anggota keluarga saat PJJ berlangsung di rumah, melawan kemalasan yang melanda diri saat PJJ, kebiasaan diri menunda-nunda pekerjaan, begitu mudahnya cepat dalam menjustifikasi orang lain, melawan keinginan untuk berkomentar tidak pantas atau mem-posting sesuatu yang tidak layak di media sosial yang kita punya, serta membiarkan diri semakin jauh dalam berelasi dengan Tuhan Yesus.
Seharusnya kita bisa mengalahkan semuanya, karena kita “Pahlawan- yang gagah berani”!
Sumber:
https://alkitab.sabda.org/bible.php?book=Hak&chapter=6#n5
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20211028171222-199-713750/peneliti-ri-ikut-bikin-vaksin-astrazeneca-dapat-penghargaan-inggris
https://litbang.kemendagri.go.id/website/peneliti-indonesia-raih-newton-prize-2019/
Robby Chandra. 2018. Bahan Bakar Sang Pemimpi. Jakarta: Gloria Graffa.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur