Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok

BERITA LAINNYA - 04 March 2022

Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok

Perang Dunia II yang berakhir pada tahun 1945 membentuk dua blok yang saling berlawanan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat berideologi liberalis kapitalis, sedangkan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet berideologi sosialis komunis. Keduanya bekerja sama dalam mengalahkan blok poros (Jerman, Jepang, dan Italia) selama Perang Dunia II, tetapi perbedaan ideologi yang dipegang kedua negara tersebut memicu munculnya konflik yang dikenal sebagai Perang Dingin (Cold War). Setiap blok berusaha memaksimalkan kekuatannya dengan mengajak negara-negara yang baru merdeka untuk menjadi sekutu. Meski demikian, beberapa negara memilih untuk tidak memihak ke blok mana pun. Keputusan netral ini lah yang menjadi latar belakang lahirnya Gerakan Non-Blok dengan Indonesia sebagai salah satu negara pelopornya.

 

Gerakan Non-Blok atau yang disingkat GNB lahir setelah pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955. KAA yang berlangsung di Bandung, Indonesia itu dihadiri oleh 29 pemimpin negara berkembang di Asia dan Afrika. Dalam perkembangannya, terdapat lebih dari 120 negara yang bergabung dalam GNB. Jumlah ini setara dengan hampir 2/3 negara anggota PBB. Penggunaan istilah “Non-Blok” sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru ketika berpidato di Colombo, Sri Lanka pada tahun 1954.

Dalam pidatonya, Beliau mengungkapkan lima prinsip yang menjadi pondasi hubungan kerja sama Sino-India. Lima prinsip dengan nama lain Panchsheel ini lah yang berikutnya dipakai sebagai landasan berdirinya GNB. Adapun Panchsheel yang berarti lima pengendali terdiri atas:

  1. Saling menghormati integritas teritorial dan
  2. Perjanjian non
  3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara
  4. Kesetaraan dan keuntungan
  5. Berpartisipasi aktif dalam menjaga

 

GNB tentunya tidak akan berdiri apabila tidak ada tujuan dan hakikatnya. GNB memiliki tujuan agar negara anggotanya dapat memperjuangkan kedaulatan, integritas, nasib, dan kemerdekaannya tanpa campur tangan negara lain. Para anggota juga sepakat untuk menolak segala bentuk imperialisme, kolonisme, neokolonialisme, apartheid, zionisme, dan rasialisme serta tidak berpihak kepada pakta militer blok mana pun. Selain bidang militer, GNB juga berusaha untuk menjalin kerja sama dengan dasar persamaan hak. Tujuan GNB tertuang dalam Pesan Jakarta yang secara rinci dijelaskan di bawah. Sebagai sebuah organisasi yang tidak berwujud lembaga, GNB tidak memiliki pengurus tetap seperti PBB. Jabatan pengurus tepatnya pemimpin dalam GNB hanya dipegang oleh seorang kepala negara yang menjadi tuan rumah pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi GNB (KTT GNB) dimana KTT tersebut diadakan setiap tiga tahun sekali. Untuk menjadi anggota GNB, sebuah negara hanya perlu memenuhi beberapa syarat, yaitu:

  • Menganut politik bebas dan berdasarkan hidup berdampingan secara
  • Mendukung berbagai gerakan kemerdekaan
  • Bukan anggota salah satu pakta militer yang dibentuk oleh Blok Barat dan Blok

 

Lahirnya GNB tentu sangat selaras dengan tekad Indonesia untuk mewujudkan perdamaian dunia. Hal ini juga didukung oleh corak politik luar negeri Indonesia, yaitu bebas aktif. Berikut ini adalah peran Indonesia sejak pertama kali GNB berdiri:

1.    Salah satu negara pelopor berdirinya GNB

GNB secara resmi berdiri ketika lima pemimpin negara yang tidak mau bergabung dengan blok mana pun menandatangani Deklarasi Beograd. Deklarasi Beograd adalah hasil Konferensi Tingkat Tinggi GNB (KTT GNB) ke-1 yang berlangsung pada tanggal 1-6 September 1961. Tokoh-tokoh kunci tersebut antara lain:

  • Presiden Indonesia → Ir. Soekarno
  • Presiden Yugoslavia → Josip Brozz Tito (terpilih sebagai pemimpin pertama GNB)
  • Presiden Mesir → Gamal Abdel Nasser
  • Presiden Ghana → Kwame Nkrumah
  • Perdana Menteri India → Pandit Jawaharlal Nehru

 

2.     Memimpin GNB pada tahun 1992-1995

Presiden Soeharto sebagai presiden Indonesia saat itu terpilih menjadi pemimpin GNB.

 

3.     Tuan Rumah KTT ke-10 GNB

Sesuai dengan ketentuan, negara yang menjadi pemimpin GNB adalah negara tuan rumah pelaksanaan KTT. Oleh karena itu, KTT ke-10 GNB dilaksanakan di Jakarta, Indonesia pada 1-6 September 1992. KTT ke-10 GNB yang dihadiri oleh 106 negara berhasil membahas berbagai masalah dunia, antara lain:

  • GNB menyesalkan keputusan Amerika Serikat yang membantu Israel dalam melakukan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah milik
  • GNB mendukung perjuangan Palestina
  • GNB masih lemah dalam mengatasi perbedaan pendapat antara para anggota. Hal ini terlihat karena GNB gagal memasukkan masalah sanksi PBB kepada Irak dan

 

KTT ke-10 GNB ditutup dengan lahirnya Pesan Jakarta atau Jakarta Message dengan pokok penting sebagai berikut:

 

  • GNB telah sukses membantu memperbaiki iklim politik internasional pada akhir Perang Dingin dengan mempertahankan “validitas dan relevansi” Non-Blok. Anggota GNB akan menjadikan gerakan sebagai sebuah komponen yang saling bergantung, yang konstruktif, melahirkan semangat, dan sungguh-sungguh dari arus hubungan
  • GNB menyadari bahwa dunia masih menghadapi berbagai hambatan yang berbahaya untuk menyeleraskan banyak hal. Hambatan-hambatan tersebut seperti intoleransi antar agama, perselisihan antar etnis, bentuk baru rasisme, pencaplokan negara lain, chauvinisme (nasionalisme yang dihayati secara sempit), agresi, dan konflik
  • GNB akan membentuk kelompok khusus untuk memainkan peran penting dalam membangkitkan kembali reinstrukturisasi dan demokratisasi PBB. GNB mendesak kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB (DK PBB) agar membuang hak vekto Sebagai tambahan, keanggotan DK PBB harus didefinisikan kembali supaya mencerminkan perubahan setelah berakhirnya Perang Dingin (Cold War).
  • GNB menyerukan perang terhadap keadaan di bawah perkembangan, kemiskinan, dan Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghancurkan beban utang (luar negeri), rendahnya harga-harga komoditas, proteksionisme, serta meminimalisasi gangguan arus uang negara-negara berkategori miskin.
  • GNB mendesak kerja sama yang praktis dan konkrit dalam produksi makanan, investasi, perdagangan, dan penduduk dalam rangka meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan.
  • Pernyataan “Persekutuan-persekutuan global yang baru dalam menyeimbangkan sumber keuangan untuk negara dengan kategori miskin dan alih teknologi lingkungan lebih ”
  • GNB memberi dukungan yang pantang mundur bagi rakyat Palestina agar berupaya menentukan nasib sendiri dan mengakhiri diskriminasi rasial di Afrika
  • GNB tidak mengizinkan negara mana pun memakai kekuataannya untuk memaksakan konnsep-konsep demokrasi dan hak-hak asasi manusia yang mereka anut kepada negara lain atau menjadikannya syarat pemberian sebuah bantuan.
  • GNB berjanji untuk memegang teguh komitmen dalam rangka mewujudkan dunia yang bebas Anggota GNB menyatakan keprihatian yang mendalam atas pemakaian dana dalam jumlah yang besar untuk persenjataan. GNB berpendapat dana tersebut lebih baik digunakan untuk pembangunan.

Melalui rincian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pesan Jakarta membahas topik mengenai kerja sama antar negara, penuntutan agar diskriminasi rasial di Afrika Selatan diakhiri, pemberian dukungan kepada Palestina, serta penolakan penggunaan senjata nuklir.

 

4.     Berusaha memecahkan masalah dunia berlandaskan prinsip keadilan

Indonesia berupaya memperjuangkan hak asasi manusia dan tata kelola ekonomi dunia berlandaskan prinsip keadilan. Indonesia juga berusaha membantu memecahkan masalah dunia agar terlaksananya perdamaian dunia. Salah satu contoh nyata keikutsertaan Indonesia adalah dalam détente pada tahun 1991 di bekas wilayah Yugoslavia.

Pusat GNB terletak di Ibu Kota Indonesia, Jakarta, sedangkan kantor koordinasinya berada di New York. Dilansir dari beberapa situs web berita, KTT GNB terakhir kali dilaksanakan pada 4 Mei 2020 dengan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev sebagai pemimpin GNB. KTT GNB yang dilaksanakan secara virtual ini bertepatan dengan perayaan 59 tahun berdirinya GNB. Dalam keterangan yang disampaikan Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa musuh bersama anggota GNB sekarang adalah Covid- 19. Presiden Jokowi mengajak semua kepala negara dan kepala pemerintah yang hadir agar memperkuat solidaritas politik kemudian mewujudkannya menjadi kerja sama yang konkrit. Presiden Jokowi yakin bahwa semua negara dapat melawan pandemi Covid-19 yang sedang melanda apabila mau bersatu. Hadir pula Menteri Kesehatan dan Menteri Luar Negeri Indonesia bersama Presiden Jokowi.

Ivana Peirena N

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Non-Blok. Diakses pada 23 Februari 2022. https://news.detik.com/berita/d-5002420/ikut-ktt-gerakan-non-blok-jokowi-serukan-akses-

berkeadilan-obat-vaksin-corona. Diakses pada 2 Maret 2022.

https://pengajar.co.id/gerakan-non-blok/. Diakses pada 23 Februari 2022. https://sejarahlengkap.com/indonesia/peran-indonesia-dalam-gnb. Diakses pada 23 Februari 2022.

https://www.kompas.tv/article/79503/presiden-jokowi-ikuti-ktt-gerakan-non-blok-bahas- penanganan-covid-19-secara-virtual. Diakses pada 2 Maret 2022.

Tags:
BERITA LAINNYA - 12 April 2021
Dunia yang Lebih Adil dan Lebih Sehat
BERITA LAINNYA - 29 April 2021
ERGO SUM
ERGO SUM
BERITA LAINNYA - 29 April 2021
Keluargaku Tempat Belajarku
Keluargaku Tempat Belajarku
BERITA LAINNYA - 25 May 2021
MENGENALI KARAKTERISTIK GENERASI Z DALAM KONSELING
MENGENALI KARAKTERISTIK GENERASI Z DALAM KONSELING
BERITA LAINNYA - 25 May 2021
Tokopedia : Siapa Dalang Dibalik Kesuksesannya?
Tokopedia : Siapa Dalang Dibalik Kesuksesannya?
BERITA LAINNYA - 06 December 2022
Hari Menanam Pohon Indonesia
BERITA LAINNYA - 11 December 2022
Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMAKHI perio...
Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMAKHI perio...
BERITA LAINNYA - 13 December 2022
WEEKEND YANG PRODUKTIF
WEEKEND YANG PRODUKTIF
BERITA LAINNYA - 16 December 2022
PERKAJU ( Perkemahan Kamis - Jumat)
PERKAJU ( Perkemahan Kamis - Jumat)
BERITA LAINNYA - 17 December 2022
Gathering With Parents - Desember 2022
Gathering With Parents
BERITA LAINNYA - 19 October 2023
Daily REMINDER, 19 Oktober : Belajar untuk tidak ...
BERITA LAINNYA - 20 October 2023
Menjadi Kuat dan tegar : menjadi generasi yang ti...
Menjadi Kuat dan tegar : menjadi generasi yang ti...
BERITA LAINNYA - 21 October 2023
Menuju Dunia Kecerdasan Buatan : Pertanda Baik at...
Menuju Dunia Kecerdasan Buatan : Pertanda Baik at...
BERITA LAINNYA - 22 October 2023
Radiasi Nuklir: Teman atau Musuh?
Radiasi Nuklir: Teman atau Musuh?
BERITA LAINNYA - 23 October 2023
Jempolmu Dapat Membunuhku : belajar memahami Cybe...
Jempolmu Dapat Membunuhku : belajar memahami Cybe...
BERITA LAINNYA - 03 March 2024
“100 Tahun Setelah Aku Mati” sebuah resensi
BERITA LAINNYA - 04 March 2024
“Ajisaka: Sang Ksatria Maha Pemberani Pendobrak S...
“Ajisaka: Sang Ksatria Maha Pemberani Pendobrak S...
BERITA LAINNYA - 05 March 2024
“Bayangan Persahabatan” sebuah resensi
“Bayangan Persahabatan” sebuah resensi
BERITA LAINNYA - 06 March 2024
Resensi Buku: Being Unhappy is A Choice
Resensi Buku: Being Unhappy is A Choice
BERITA LAINNYA - 07 March 2024
“Buku Penuh Misteri dan Teka-teki”
“Buku Penuh Misteri dan Teka-teki”
BERITA LAINNYA - 09 September 2024
Berpegang pada Janji Tuhan Menciptakan Harapan Ta...
BERITA LAINNYA - 10 September 2024
Lebih dari Sekedar Pekerjaan: Menjadi Garam dan T...
Langkah demi Langkah dalam Menghadapi Hidup denga...
BERITA LAINNYA - 19 July 2024
Self Love
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 10 September 2024
Langkah demi Langkah dalam Menghadapi Hidup denga...
Langkah demi Langkah dalam Menghadapi Hidup denga...
BERITA LAINNYA - 20 July 2024
Tuhan adalah Tempat Perlindungan
Daily Reminder

Choose Your School

GO