MORAL & ETIKA DI JEPANG

BERITA LAINNYA - 24 December 2024

Jepang digambarkan sebagai salah satu masyarakat paling sopan di dunia. Dikutip dari media online livejapan.com dijelaskan bahwa negara Jepang dikenal sebagai negara yang sangat sopan dengan banyak kebiasaan dan tata krama khusus. Mereka sangat sopan, disiplin, dan tertib dalam hal mengantre kereta api, tidak merokok di jalan, dan kegiatan sapa menyapa. Tindakan tersebut mencerminkan sikap masyarakat Jepang yang sopan. Fakta lain yang mencerminkan bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang sangat sopan adalah terdapat orang berpenampilan paling menakutkan dan berambut mohawk di Jepang meminta maaf sebesar-besarnya jika mereka tidak sengaja menabrak Anda di jalan. Asal usul kesopanan Jepang berakar pada penghormatan Shinto terhadap alam, kode etik Konfusianisme, dan aturan Jepang untuk masyarakat yang stabil. Selama periode Edo, aturan mirip sistem kasta mengatur kehidupan masyarakat berdasarkan status sosial dan pekerjaan, menjadikan masyarakat patuh, pasif, dan terbiasa hidup di bawah aturan ketat.

Bentuk kesopanan di Jepang sangat beragam dan menjadi bagian penting dari budaya mereka. Salah satu contohnya adalah memberi salam secara langsung dalam pertemuan formal atau penting, tanpa diwakilkan. Hal ini dilakukan agar lawan bicara dapat lebih mengingat kesan yang ditinggalkan. Selain itu, ketika bertemu dengan orang lain, orang Jepang memperkenalkan diri dengan membungkuk, yang dikenal sebagai “ojigi”, suatu bentuk kesopanan yang umum. Pria dan wanita memiliki cara membungkuk yang berbeda: pria meletakkan tangan di samping paha, sedangkan wanita meletakkan tangan di atas paha saat membungkuk. Bentuk kesopanan lainnya yang sangat khas di Jepang adalah budaya malu, yang telah mendarah daging dalam masyarakat. Orang Jepang akan merasa malu jika melakukan kesalahan, dan mereka segera meminta maaf serta mengakui kesalahan tersebut. Budaya ini mencerminkan betapa pentingnya rasa tanggung jawab dan hormat dalam kehidupan sehari-hari di Jepang. Selain itu, orang Jepang juga diajarkan tata krama untuk menuangkan minuman bagi orang lain terlebih dahulu dalam suatu acara, karena menuangkan minuman untuk diri sendiri dianggap tidak sopan. Kesopanan Jepang juga mengajarkan untuk tidak berbicara atau berisik di transportasi umum, karena mereka menghargai ketenangan dan kenyamanan bersama.

Selain kesopanan, kebersihan juga sangat dijunjung tinggi di Jepang. Dikutip dari repositori.usu.ac.id, dijelaskan bahwa budaya kebersihan di Jepang telah diterapkan sejak masuknya ajaran Buddha dan Shintoisme. Ajaran Shintoisme dan Buddha beranggapan bahwa kebersihan adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga mereka yang menganut kepercayaan Shinto berlomba-lomba menjaga kebersihan  sebagai cara sederhana dan menjadikan hal itu sebagai budaya untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan meningkatkan kesehatan mental dengan menjaga lingkungan tetap bersih dan indah. 

Budaya kebersihan di Jepang sangat mendalam dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari, mencerminkan nilai tanggung jawab dan kesadaran lingkungan. Masyarakat Jepang melepas sepatu sebelum memasuki rumah dan menggantinya dengan sandal khusus untuk menjaga kebersihan interior. Di sekolah, siswa aktif terlibat dalam kegiatan bersih-bersih untuk mengajarkan tanggung jawab dan kerja sama. Fasilitas publik, seperti toilet dan stasiun kereta api, dijaga dengan standar kebersihan yang tinggi. Sistem pengelolaan sampah yang ketat memisahkan sampah ke dalam kategori organik, daur ulang, dan umum, sementara konsep “mottainai” mendorong pengurangan dan penggunaan kembali untuk mengurangi pemborosan. Kebersihan juga memiliki nilai spiritual, terlihat dalam ritual pembersihan di kuil-kuil, yang menunjukkan bahwa kebersihan di Jepang adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan budaya.

Kedisiplinan masyarakat Jepang dikenal di seluruh dunia karena mereka menerapkan kesopanan dan kebersihan dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan Jepang, di Indonesia kedisiplinan belum menjadi sebuah kebiasaan yang bisa disebut sebagai budaya. Masih banyak ditemukan masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Hal ini bisa disebut sebagai budaya negatif yang terus dilakukan sampai menjadi kebiasaan. Akibat dari kebiasaan membuang sampah sembarangan, masyarakat Indonesia tidak mengindahkan lingkungan yang bersih. Meski kita bukan berasal dari Jepang, kita seharusnya mencontoh moral dan etika masyarakat Jepang. Dengan meneladani kedisiplinan mereka, kita dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan teratur. Kedisiplinan terhadap lingkungan merupakan faktor penting dalam mewujudkan kemajuan bangsa, dan hal ini perlu diterapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita BPK PENABUR Jakarta - 04 October 2020
Lomba Desain Logo
Berita BPK PENABUR Jakarta - 04 October 2020
PENABUR Talents Day
Berita BPK PENABUR Jakarta - 12 October 2020
Pelantikan Pengurus Majelis Perwakilan Kelas (MPK...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 02 November 2020
Kelompok Tumbuh Bersama - Senin, 2 November 2020
Berita BPK PENABUR Jakarta - 31 October 2020
BINA IMAN
BERITA LAINNYA - 06 February 2022
Kehidupan melalui Termodinamika
BERITA LAINNYA - 09 February 2022
Menilik Sisi Lain Wisata Bali selain Kuta
Menilik Sisi Lain Wisata Bali selain Kuta
BERITA LAINNYA - 07 February 2022
Meneguhkan Hati dalam Mencapai Tujuan Hidup
Meneguhkan Hati dalam Mencapai Tujuan Hidup
BERITA LAINNYA - 08 February 2022
Bejana Berhubungan
Bejana Berhubungan
BERITA LAINNYA - 05 February 2022
DOPPLER INSIGHT
DOPPLER INSIGHT
BERITA LAINNYA - 04 September 2023
E-SPORT: The Next Generation of Sport
BERITA LAINNYA - 05 September 2023
Sejarah Kota Yogyakarta: Kota Hamengkubuwono...
Sejarah Kota Yogyakarta: Kota Hamengkubuwono...
BERITA LAINNYA - 06 September 2023
Hitam Putih hingga Warna: "Film-Film yang Menguba...
Hitam Putih hingga Warna: "Film-Film yang Menguba...
BERITA LAINNYA - 08 September 2023
WORLD INVASION OF INTERNET
WORLD INVASION OF INTERNET
BERITA LAINNYA - 09 September 2023
Abad Pertengahan dan Marie Antoinette: Bagaimana ...
Abad Pertengahan dan Marie Antoinette: Bagaimana ...
BERITA LAINNYA - 18 March 2024
Resensi Buku: "Koala Kumal" karya Raditya Dika
BERITA LAINNYA - 19 March 2024
Resensi buku “LELAKI DITENGAH HUJAN”
Resensi buku “LELAKI DITENGAH HUJAN”
BERITA LAINNYA - 20 March 2024
“Resensi Buku Lima Sekawan Rahasia Harta Karun”
“Resensi Buku Lima Sekawan Rahasia Harta Karun”
BERITA LAINNYA - 21 March 2024
Resensi Buku: Lima Sekawan: Ke Bukit Billycock
Resensi Buku: Lima Sekawan: Ke Bukit Billycock
BERITA LAINNYA - 22 March 2024
“Masa Lalu Mata-Mata Terlihai Klan Bulan”
“Masa Lalu Mata-Mata Terlihai Klan Bulan”
BERITA LAINNYA - 29 October 2024
Yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin Dalam Tuhan
BERITA LAINNYA - 30 October 2024
Berpasrah Dalam Tuhan
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 31 October 2024
Perlindungan Tuhan Itu Sempurna
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 14 July 2024
Ibadah Bersama Guru dan Karyawan Awal Tahun Pelaj...
Ibadah Bersama Guru dan Karyawan Awal Tahun Pelaj...
BERITA LAINNYA - 14 October 2024
Senantiasa Mengucapkan Doa Untuk Sesama
Daily Reminder

Choose Your School

GO