Kolera Pencabut Nyawa
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
Cholera atau kolera adalah penyakit infeksi yang mengganggu sistem pencernaan manusia. Gejala utama yang dialami oleh para penderita kolera adalah diare parah dan dehidrasi. Penularan kolera berasal dari air yang terinfeksi bakteri Vibrio cholerae. Kolera adalah penyakit yang sudah ada sejak lama, hal ini terjadi karena sanitasi manusia masih belum sebaik jaman sekarang. Penyakit ini menyebar hampir ke seluruh dunia pada tahun 1883.
Wabah penyakit kolera pernah terjadi tepatnya di Indonesia pada sekitar tahun 1992. Jauh sebelumnya, penyakit ini menyebabkan sekitar 140 penderita kolera di tiga kecamatan di Kabupaten Serang meninggal dunia. Pada saat yang bersamaan, 40 orang dikabarkan meninggal di Bangladesh, India dan 36 orang dirawat di rumah sakit di Australia, semua ini disebabkan oleh penyakit kolera. Penyakit ini mulai dikenal banyak orang pada awal abad ke-19 di India, penyakit ini dengan cepat menyebar ke sejumlah negara termasuk Indonesia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun ada 1,3 juta hingga 4 juta kasus kolera di seluruh dunia dan 21.000-143.000 kasus berakhir dengan kematian.
Penyakit ini awalnya ditemukan oleh seorang bernama Fillipo Pacini (25 Mei 1812 - 9 Juli 1883). Fillipo Pacini merupakan seorang ahli anatomi yang berasal dari Italia yang terkenal akan mengisolasi bakteri cholera atau kolera pada tahun 1854. Filliipo yang menyatakan penyakit ini sebagai penyakit yang berinfeksi terhadap kondisi tubuh fisik manusia. Dia juga menyatakan bahwa penyakit ini dapat menyebabkan dehidrasi yang luar biasa.[1]
[1] https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/kolera/epidemiologi
1 Apa Itu Kolera
Kolera adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri bernama Vibrio Cholerea yang biasanya menyebar di dalam air dan dapat mengganggu sistem pencernaan. Kolera mulai dikenal pada awal abad ke-19 di India. Setiap tahunnya ada 1,3 juta sampai 4 juta orang yang terkena wabah kolera ini, dan juga ada sekitar 21.000 hingga 143.000 jiwa yang meninggal karna terkena dampak wabah kolera ini. Bakteri V. Cholerea ini hidup di alam bebas di daerah yang berair, namun itu bukan penyebab utamanya melainkan biasanya dari makanan dan minuman yang terkotaminasi dengan bakteri V. Cholera . Umumnya penyakit ini sering terjadi dan dijumpai di daerah yang kurangnya sanitasi ataupun daerah yang sangat terbatas terhadap air bersih. Kolera menyebabkan diare yang berat serta dehidrasi yang cukup parah jika tidak segera ditangani. Gejala utamanya termasuk muntah, kram perut, hingga diare encer yang mendadak. Akibat dari gejala gejala ini, tubuh kehilangan cairan dengan cepat.[1]
2.2 Penyebaran Kolera Di Indonesia
Penyakit kolera pertama kali muncul di beberapa sungai yang ada di kawasan benua India, seperti Sungai Brahmaputra dan bahkan muncul di Sungai Gangga. Dari sungai-sungai ini, kolera terus menyebar luas ke berbagai wilayah di dunia sehingga menjadi epidemi. Batavia, yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan pelayaran, merupakan pintu masuk utama bagi kapal-kapal dari berbagai penjuru dunia yang menuju ke Hindia Belanda, termasuk hubungan dagang dengan negeri India yang menjadi penyebab kolera ikut menyebar ke Indonesia. Selain melalui manusia, kolera dapat disebarkan oleh hewan. Hewan menjadi perantara antara bakteri Vibrio Cholerae dengan manusia. Hewan tersebut merupakan lalat dan kecoa. Penyebaran epidemi kolera melalui hewan tersebut diawali oleh hewan-hewan tersebut yang hinggap di sampah sampah dan feses, kemudian terkontaminasi bakteri dan dibuang sembarangan oleh manusia, umumnya dibuang ke sungai. Mereka juga hinggap pada makanan yang dikonsumsi manusia, sehingga menyebabkan manusia dapat terinfeksi epidemi kolera secara tidak langsung/sadar.
Kejadian wabah kolera terbesar di Indonesia terjadi tepatnya di tahun 1961, dimana dunia menghadapi pandemi kolera yang berasal dari Asia Selatan. Wabah ini berlangsung dan menyebabkan banyaknya orang yang terinfeksi bahkan kematian yang terjadi dalam jumlah yang cukup banyak. Terutama di tempat dengan akses air bersih yang kurang memadai. Awal kasus wabah kolera ketujuh ini terjadi di daerah Jawa, sebuah komunitas dekat dengan kendal yang menjadi salah satu tempat yang sering menjadi kunjungan favorit bagi wisatawan dari Makassar pada Mei 1961. Kemudian laporan kasus mengenai wabah ini terus menerus menyebar sampai Semarang dan Jakarta yang terinfeksi pada bulan Juni tahun 1961.
Kasus kolera yang dilaporkan ke WHO berdasarkan tahun dan benua, CFR global, pada tahun 1989-2021
Berdasarkan gambar diatas, kasus dunia terbanyak pada tahun 2017 yaitu lebih dari 1 juta kasus orang yang ditemukan terdampak penyakit kolera dan sebagian besar terjadi di wilayah Asia. Oleh karena kasus kolera yang tiap tahun terus – menerus ada, maka penyakit menular ini tidak bisa diremehkan dan diabaikan. [4]
Pada tahun 1993 sampai 1999 dilakukan penelitian baru yang dilakukan di tujuh provinsi di indonesia dan hasil dari penelitian tersebut yakni dari 6882 sampel yang diperkirakan diare, dan didapatnya sekitar 589 sampel yang positif terkena kolera. Kolera berdasarkan kasusnya diperkirakan telah memakan korban jiwa setidaknya total 172 warga di Lembah Kamuu, kabupaten Dogiyai sepanjang bulan April-Juli 2008. Kolera telah menyebabkan 140 korban jiwa di 3 kecamatan, kabupaten Serang. Kasus kolera ini juga telah dilaporkan pada periode sebelumnya seperti tahun 2009 dan 2011, di NTT, Jawa Timur, Jawa Barat, serta Banten dalam kurun waktu tersebut. Menurut data yang disediakan oleh kompas serta WHO, pada tahun 2017-2018, WHO juga telah menyebutkan bahwa Indonesia tidak mendapatkan laporan mengenai laporan kasus penyakit kolera ini, tetapi kasus kolera ini memang masih ditemukan di negara Asia, Afrika, dan Amerika Serikat.
2.3 Penanganan Wabah Kolera
Kolera adalah penyakit yang berbahaya jika tidak segera ditangani. Sehingga jika terkena penyakit kolera harus langsung ditangani dengan baik dan benar. Terdapat tiga cara penanganan penyakit kolera yaitu rehidrasi, menyuntikan cairan infus, dan pemberian antibiotik. Rehidrasi merupakan upaya mengembalikan kandungan air pada bahan yang telah dikeringkan, umumnya dilakukan melalui proses perendaman dalam air. Lamanya waktu perendaman tergantung dari produk yang direhidrasi. Salah satu metode umum untuk mempersingkat waktu perendaman adalah dengan merendam dalam air hangat. Kemudian kolera dapat juga ditangani dengan menyuntikan cairan infus jika rehidrasi belum memberikan dampak yang baik terhadap penderita kolera, maka dokter dapat memberikan cairan tambahan melalui infus, dan dapat memberikan antibiotik beberapa jenis antibiotik dapat meredakan gejala diare akibat kolera ini.
2.4 Pencegahan Penyakit Kolera
- Minum air yang bersih dengan cara mencari sumber air yang bersih
- Mencuci tangan dengan air bersih
- Tidak mengkonsumsi makanan mentah
- Mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi
2.5 Gejala Penyakit Kolera
Gejala kolera biasanya muncul beberapa jam hingga beberapa hari setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang terdapat bakteri Vibrio Cholerae. Gejala utama kolera adalah diare, diare akibat kolera datang tiba-tiba. Diare akibat dari kolera biasanya berwarna pucat seperti susu yang menyerupai air bekas cucian beras. Gejala kolera muncul tergantung dengan kondisi tubuh. Selain diare penyakit kolera juga memiliki gejala lain seperti mual dan muntah-muntah. Muntah menjadi gejala pada tahap awal kolera dan dapat berlangsung selama beberapa jam.. Kemudian dehidrasi, gula darah rendah, dan jantung berdetak dengan cepat juga menjadi gejala yang timbul dari penyakit ini.
3.1 Kesimpulan
Kolera adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, yang biasanya menyebar melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini pertama kali dikenal di India pada awal abad ke-19 dan terus menyebar ke berbagai dunia, termasuk Indonesia, di mana wabah terbesar terjadi pada tahun 1961. Kolera seringkali muncul di daerah dengan sanitasi yang buruk dan akses air bersih yang terbatas, menyebabkan gejala serius seperti diare berat dan dehidrasi. Penanganan kolera yang efektif meliputi rehidrasi, pemberian cairan infus, dan antibiotik. Pencegahan kolera dapat dilakukan dengan mengonsumsi air bersih, menjaga kebersihan tangan, dan menghindari makanan mentah. Meskipun terdapat penurunan laporan kasus di beberapa negara, kolera tetap menjadi masalah kesehatan yang perlu di waspadai, terutama di daerah dengan infrastruktur sanitasi yang tidak memadai. Tetapi, Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut tak ada kasus kolera lagi di Indonesia dalam periode tahun 2010-2014. Kabarnya, sampai tahun 2018 pun tidak ada kasus kolera di Indonesia, tetapi kasus penyakit menular ini masih terjadi di negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.
3.2 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, melakukan hidup bersih, menjaga kebersihan air dan pembuangan kotoran serta meminum air yang bersih dengan cara dimasak terlebih dahulu, mencuci sayuran dengan bersih, mencuci tangan sebelum mengkonsumsi makanan serta menghindari makan makanan mentah. Oleh karena itu penulisan makalah ini membahas tentang penyakit kolera diharapkan dapat bermanfaat. Penulis mengharapkan saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
3.3 Daftar Pustaka
Siloam Hospital. Kolera - Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi, dan Pencegahan. Diakses pada 29 Agustus 2024 , dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-kolera
Alomedika. Epidemiologi Kolera- Alomedika. Diakses pada 12 Maret 2019 ,dari https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/kolera/epidemiologi
The Conversation. Benarkah tak ada kasus kolera di indonesia atau tersamarkan dengan sebutan diare?. Diakses pada 30 Januari 2019 , dari https://theconversation.com/benarkah-tak-ada-kasus-kolera-di-indonesia-atau-tersamarkan-dengan-sebutan-diare-110576
Kompas. Kolera di Indonesia. Diakses pada 20 November 2019 , dari https://www.kompas.id/baca/arsip/2019/11/20/kolera-di-indonesia
Khazanah Pendidikan. Penyebaran wabah penyakit kolera di Jawa dan Sumatra pada abad 18-19. Diakses pada 2021 , dari https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/kp/article/view/10027
World Health Organization. Kolera-Situasi Global. Diakses pada 16 Desember 2022 , dari https://www-who-int.translate.goog/emergencies/disease-outbreak-news/item/2022-DON426?_x_tr_sl=auto&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
[1] https://www.kompas.id/baca/arsip/2019/11/20/kolera-di-indonesia
[2] https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-kolera
[3] https://www-who-int.translate.goog/emergencies/disease-outbreak-news/item/2022-DON426?_x_tr_sl=auto&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
[4] https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/kp/article/view/10027
[5] https://theconversation.com/benarkah-tak-ada-kasus-kolera-di-indonesia-atau-tersamarkan-dengan-sebutan-diare-110576
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur