KESUNYIAN YANG MEMULIHKAN

BERITA LAINNYA - 16 April 2022

KESUNYIAN YANG MEMULIHKAN

Refleksi Sabtu Sunyi

 

Manusia mengalami dua realitas ketiadaan: absolut - kematian dan relatif – kecemasan, ketakutan

(Paul Tillich)

 

Saudara-saudaraku, apakah arti sunyi? Bagaimanakah kesunyiaan yang dialami para pengikut Yesus yang harus menerima kenyataam bahwa Guru mereka ternyata sudah mati? Saya akan mengajak saudara-saudara untuk mendalaminya!

Pertama-tama saya berikan dua contoh mengenai kesunyian; ini yang pertama!

  1. Mungkin setiap kita punya pengalaman yang sama. Suatu hari semua anggota keluarga kita pergi, mungkin pergi rekreasi ke luar kota atau sekadar jalan-jalan ke mall. Anda tidak bisa ikut dan anda tinggal sendirian di rumah. Rumah yang awalnya ramai dengan anggota keluarga yang lain, tiba-tiba menjadi Sepi. Sendiri. Sunyi. 
  2. Atau contoh lain dari rekan-rekan Katolik. Mereka mengenal tradisi ziarah atau re-treat pribadi ke Goa Maria. Di sana mereka berdoa untuk menguatkan kembali relasi pribadi dengan Tuhan dan memohon melalui Sang Bunda Suci. Jika kita bisa lihat atau sekadar mencari tahu bahwa Gua Maria selalu berada pada satu lokasi yang hening dan sunyi sebagai sarana penopang untuk melakukan doa meditasi. Sekalipun banyak peziarah tetapi suasana di sana tetap hening dan sunyi. Setiap orang begitu khusuk menjalani retreat pribadinya.

Contoh di atas menggambarkan situasi yang sunyi. Ketika kita ditinggal sendirin di rumah seharusnya tidak ada masalah, karena rumah adalah tempat kita tinggal sehari-hari. Kita aman dan tentram. Rumah begitu melekat pada kehidupan kita. Kita tidak merasa risau walau sendirian  dan merasakan kesunyian.  Begitu pula dengan saudara kita yang Katolik, bahwa mereka secara sukarela masuk dalam keheningan dan kesunyian. Mereka tetap merasa aman dan nyaman walau menjalani kesunyian. Justru dalam Sunyi mereka dekat dengan Tuhan.

Nah di bawah ini adalah contoh yang kedua!

  1. Sering kita mendengar melalui pemberitaan bahwa ada saja pendaki gunung yang hilang dan entah dimana keberadaannya. Ada yang salah jalan atau yang terperosok jaruh ked lam jurang. Tak sedikit yang pulang tinggal nama saja. Ada yang selamat dan menceritakan pengalamannya selama terluka dan tak berdaya, serta hanya menunggu tim penyelamt menemukan dirinya. Bayangkan setiap waktu ia jalani dengan kesendirian dan tidak bisa berbuat apa-apa karena cedera. Belum dibayangi rasa was-was karena setiap saat binatang buas bisa saja menjumpainya. Suasana yang sunyi dan sepi diisi dengan situasi yang mencekam dan menakutkan.
  2. Atau kisah lain, yaitu peristiwa Mei 1998. Nah Bapak ibu pasti masih mengingatnya. Jakarta yang disebut kota metropolitan, kota yang tiadak tidur selama 24 jam, tiba-tiba masuk dalam suasana yang hening dan sunyi. Berawal dari demonstrasi besar yang dilakukan oleh mahasiswa lalu sampai pada peristiwa dimana beberapa dari mereka gugur di kampus Trisakti. Kemudia esok harinya kerusuhan dan penjarahan melanda Jakarta. Sedangkan Pada malam harinya suasana menjadi sepi dan mencekam. Keadaan Sunyi tetapi dibalut rasa takut! Situasi politik di kalangan elit politik memanas. Tentara yang turun ke jalan todal menghadirkan rasa aman, tetapi membawa situasi semakin menggetarkan,

Contoh di atas juga adalah suasana kesunyiaan, yaitu situasi yang datang tiba-tiba dan tidak terduga. Orang-orang yang ada di dalam situasi tersebut sungguh terkejut dan tidak mudah melakukan tindakan cepat untuk mendapatkan jalan keluar karena tak kuasa menahan rasa takut dan cemas yang berlebihan. Kesunyian terdalam adalah kenyataan bahwa diri ini larut dalam cemas dan takut!

Saudara=saudaraku, kesunyian yang mana yang kira-kira  dirasakan oleh para pengikut Yesus? Apakah Kesunyian dari contoh pertama, Kesunyian yang dilakukan secara sukarela, di mana dalam   kesunyian ada rasa aman dan nyaman? ATAU Kesunyian yang datang dengan tiba-tiba dan membuat orang yang merasakannya begitu takut dan cemas, bahkan  sulit untuk keluar dari situasi tersebut?

 

APA YANG MEMBUAT PARA MURID MERASA SUNYI DALAM KETAKUTAN DAN KECEMASAN?

Tentu saja kematian Yesus yang membuat mereka menjadi takut dan cemas. Bahkan digambarkan mereka mengunci rapat-rapat tempat tinggal mereka. Para Murid masuk ke dalam situasi yang tidak menentu yang jauh dari rasa aman dan nyaman. Semua kepercayaan diri yang mereka bangun Bersama Yesus tiba-riba runtuh. Mereka terguncang karena Mesias yang diutus Allah harus mati di kayu salib. Kemudian mereka tidak bisa lepas dari prasangka bahwa mereka juga dicari dan akan ditangkap  oleh para penguasa yang sudah menangkap dan menyalibkan Yesus, baik penguasa romawi maupun para pemuka agama. Anda rasakan kesunyian para murid?

Mengenai kematian Yesus, sesungguhnya sudah diberitakan oleh Yesus sendiri. Bahkan kitab Injil mencatat beberapa kali Yesus memberitahukan bahwa dirinNya akan masuk dalam pendertaan bahkan kematian. 

  1. Dalam Matius 16:21, Yesus menegaskan bahwa diriNya akan ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam kepala dan ahli taurat.
  2. Matius 17: 22-23, Yesus menceritakan bahwa Anak manusia akan diserahkan dan dibunuh, serta hari yang ketiga akan dibangkitkan.
  3. Matius 20:18,Yesus mengajak paea murid untuk ke Yerusalem dan memberitahukan bahwa Anak manusia akan diserahlan dan dihukum mati.
  4. Matius 26:2, Yesus menginformasikan kepada para murid bahwa pada hari raya paskah diriNya akan diserahkan.

Pemberitahuan ini sangat jelas bahwa Yesus akan diserahkan dan akan dihukum mati, tetapi pada hari yang ketiga akan bangkit. Namun sayang para murid tidak dapat menangkap jelas maksud Yesus, atau bisa juga mereka mengabaikannya. Sehingga ketika apa yang dikatakan Yesus itu benar terjadi, mereka terguncang. Mereka masuk ke dalam Kesunyian yang mencekam dan menakutkan dalam hidup mereka.   Larut dalam kesunyian membuat mereka tidak terpikirkan dengn jernih apa yang harus dilakukan atau keputusan-keputusan cepat apa yang harus ditempuh.

Dari sini kita belajar bahwa di dalam kesunyian, seperti para murid mengalaminya, sesungguhnya kita memperlebar jarak antara Iman Percaya dengan Pengharapan. Kita membangun jurang begitu dalam yang memisahkan kita dengan Tuhan.   Bahkan ironisnya, kita membuat Tuhan menjadi kecil di tengah masalah-masalah hidup kita.  Tuhan begitu dekat tetapi kita yang membuatNya menjadi Jauh. Di tahun 1980-an ada grup vocal “Bimbo” menyanyikan satu lagu yang berjudul TUHAN, salah satu bagian bersyairkan: “aku jauh Engkau jauh, aku dekat Engkau dekat”. Apakah syair tersebut mewakili gambaran relasi orang percaya dengan Tuhannya? Tidak! Hanya orang yang larut dalam kesunyian yang mencemaskan, menakurkan dan menggetarkan yang bisa setuju dengan syair tersebut.

Anda pernah mengalami kesunyian, momen dimana diri anda takut dan cemas karena ada beban dan masalah yang mengurung anda? Mari masing-masing kita mengingatnya…

Hal apa saja yang mungkin muncul di tengah kesunyian itu?

  1. Menyalahkan diri sendiri. Menyudutkan diri sehingga tidak bisa beranjak dan bangkit.rasa bersalah yang besar menyulitkan kita.
  2. Menyalahkan orang lain. Mencari kambing hitam dan tidak mau mengakui bahwa ada peran dari dirinya sehingga masalah itu muncul.
  3. Semua keputusan berangkat dri sisi emosional, penalaran tidak mendapat ruang.
  4. Melihat apa yang di belakang daripada melihat kemungkinan-kemungkinan di depan.

BAGAIMANA SEHARUSNYA KITA MEMAKNAI SABTU SUNYI SAAT INI?

Dalam berita Injil di sabtu sunyi ini, Matius 27:57-66 memperlihatkan sebuah sikap yang tidak larut dalam kesunyian, tidak terguncang sekalipun pandangannya tentang  Yesus sang Mesias harus runtuh atas kenyataan yang terjadi. Justru kesunyiaan itu secara sukarela ditempuh sehingga menghasilkan tindakan produktif.

Kita belajar pada Yusuf dari Arimatea yang mengurus jasad Yesus. Ia digambarkan sebagai orang yang Kaya sekaligus pengikut Yesus. Diduga dengan kekayaannya ia bisa meminta tubuh Yesus kepada Pilatus dan mengapaninya dengan kain putih, serta akan menguburkanNya. Untuk hal ini  barangkali ia pun harus membayar sejumlah uang. Yusuf dari Arimatea sadar dengan apa yang ia miliki dan melihat kemunhkinan-kemungkinan di depan sehingga ia memutuskan untuk mengambil beberapa langkah yang dipikirnya tepat untuk saat itu. Siapa murid yang tidak terguncang akan kematian Yesus? Semua! Termasuk Yusuf dari Arimatea. Tetapi dengan tidak larut dalam ketakutan dan kecemasan, ia sanggup nelakukan tindakan-trindakan produktif dan  menjadi berkat bagi banyak orang.

Yusuf Arimatea menyadari bahwa kematian Yesus adalah wujud tindakan nyata Allah bagi manusia. Kematian Yesus adalah bagian Allah merasakan apa yang manusia rasakan. Kerapuhan pun dialami oleh Yesus yang menandakan bahwa Allah berbela rasa dengan kerapuhan manusia. KematianNya bukti kasih Allah merangkul manusia di dunia ini. Kubur itu bukti Allah mendekari kesynuan terdalam manusia. Pengaharapan itu sangat dekat dengan iman dan rasa percaya, karena akan menggerakkan dan mendorong seseorang bisa melakukan hal besar. Ini menandakan Yesus selalu dekat dan tidak jauh dari hidupnya. Dalam merayakan sabtu sunyi ini, mari kita terpaku pada kubur Yesus, namun dengan penuh  pengharapan.      (RJ)

 

 

Tags:
BERITA LAINNYA - 28 August 2023
Ibadah Bersama , 28 Agustus 2023 : Bertumbuh dala...
BERITA LAINNYA - 25 August 2023
Edufair 2023 : Aspire, Achieve, Inspire. Menyiap...
Edufair 2023 : Aspire, Achieve, Inspire. Menyiap...
BERITA LAINNYA - 23 August 2023
Leadership Camp SLTAK BPK Penabur : Pemimpin yang...
Leadership Camp SLTAK BPK Penabur : Pemimpin yang...
BERITA LAINNYA - 30 August 2023
Daily Inspiration, 30 Agustus 2023
Daily Inspiration, 30 Agustus 2023
BERITA LAINNYA - 24 August 2023
Daily Inspiration, 24 Agustus 2023
Daily Inspiration, 24 Agustus 2023
BERITA LAINNYA - 10 November 2023
Gagalnya penanganan kerusuhan : Konflik Sumbawa
BERITA LAINNYA - 11 November 2023
Konflik Separatis Papua Merdeka
Konflik Separatis Papua Merdeka
BERITA LAINNYA - 12 November 2023
Tragedi Kanjuruhan, Hari Kelam Sepakbola Indonesia
Tragedi Kanjuruhan, Hari Kelam Sepakbola Indonesia
BERITA LAINNYA - 17 November 2023
Konflik  Keluarga: China dan Taiwan
Konflik  Keluarga: China dan Taiwan
BERITA LAINNYA - 18 November 2023
Kerusuhan Mei 1998 : Sejarah kelam Indonesia..
Kerusuhan Mei 1998 : Sejarah kelam Indonesia..
BERITA LAINNYA - 25 December 2023
The Joy of Giving: A Lesson from Christmas (1)
BERITA LAINNYA - 23 February 2024
Character Growth, sebuah Refleksi..
Character Growth, sebuah Refleksi..
BERITA LAINNYA - 24 February 2024
CHARACTER GROWTH 2024
CHARACTER GROWTH 2024
BERITA LAINNYA - 25 February 2024
Belajar membagi waktu dalam kegiatan Character Gr...
Belajar membagi waktu dalam kegiatan Character Gr...
BERITA LAINNYA - 26 February 2024
Refleksi Program Character Growth
Refleksi Program Character Growth
BERITA LAINNYA - 10 July 2024
Menjadi manusia Jujur dan berintegritas...
BERITA LAINNYA - 01 September 2024
Jangan Gelisah...
Jangan Gelisah...
BERITA LAINNYA - 02 September 2024
Kebahagiaan Dalam Bersyukur
Kebahagiaan Dalam Bersyukur
BERITA LAINNYA - 03 September 2024
Jangan Bimbang
Jangan Bimbang
BERITA LAINNYA - 04 September 2024
Percaya KepadaNYA
Percaya KepadaNYA
BERITA LAINNYA - 26 July 2024
RITUAL TIWAH
BERITA LAINNYA - 12 July 2024
BURUNG MALEO, FAUNA KHAS SULAWESI YANG TERANCAM P...
ARTIKEL
BERITA LAINNYA - 26 July 2024
“The spirit is willing but the flesh is weak”
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 27 July 2024
Mengasihi Tuhan Tanpa Neko-neko
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 28 July 2024
Bersyukur akan adanya Tantangan
Daily Reminder

Choose Your School

GO