JUGUN IANFU

BERITA LAINNYA - 20 February 2025

JUGUN IANFU

WANITA PENGHIBUR PADA MASA PERANG DUNIA II

GITA ZARA S, GRACE JOSEFINA C

 

Negara Indonesia merupakan negara yang berbentuk Republik. Peristiwa yang menandai terbentuknya negara Indonesia sebagai negara Republik adalah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, yang menjadi momentum Indonesia menjadi negara merdeka. Dengan demikian, Soekarno memberikan pidatonya, kemudian membacakan Teks Proklamasi menjadi puncak perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya dan merupakan awal untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.

 

Untuk mencapai kemerdekaan tersebut, Indonesia telah melewati berbagai macam tantangan seperti masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Peristiwa tersebut berlangsung selama 3,5 tahun, yang akhirnya berakhir setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Sehingga, dari peristiwa tersebut menciptakan berbagai dampak, baik positif serta dampak negatif bagi bangsa Indonesia. Selama periode masa pendudukan Jepang, banyak perempuan dari berbagai latar belakang dipaksa bekerja dalam kondisi yang sangat tidak manusiawi. Mereka seringkali dipekerjakan secara paksa dan mengalami kekerasan serta penyiksaan yang ekstrem. Banyak dari mereka direnggut kebebasannya dan dipaksa menjalani kehidupan dalam sistem prostitusi yang dikendalikan oleh Jepang.

 

Peristiwa ini masuk ke dalam isu sosial yang kompleks, dimana isu ini terjadi secara sistematis pada perang dunia ke II, dan mencerminkan objektifikasi serta kekerasan terhadap perempuan dalam struktur sosial yang patriarki. Isu ini tidak hanya menyentuh aspek sejarah, melainkan juga memunculkan tantangan besar dalam hal keadilan dan pengakuan.

 

Jugun Ianfu di Masa Perang Dunia II merupakan peristiwa kelam yang berdampak pada wanita pada zaman dahulu, khususnya para wanita muda berumur sekitar 9-20 tahun di negara-negara yang pernah dijajah Jepang. Jugun Ianfu merupakan sebutan bagi para wanita tersebut yang direkrut ataupun ditarik secara paksa untuk melayani para tentara Jepang setelah berperang. 

 

Menurut Hindari – Kimura, 2007 : 228 , Jugun Ianfu artinya adalah “perempuan penghibur yang ikut militer”. Makna Jugun Ianfu sebenarnya tidak hanya sebagai perempuan penghibur militer atau tentara, tetapi mengandung makna yang lebih keji, yaitu perempuan yang dijadikan pelacur secara paksa. 

 

Menurut C. Sarah Soh yang merupakan seorang antropolog Korea-Amerika yang telah melakukan penelitian mendalam tentang isu Jugun Ianfu. Dalam bukunya “The Comfort Women: Sexual Violence and Postcolonial Memory in Korea and Japan (2008) memberikan sudut pandang kontroversial yaitu tentang pemahamannya dan sudut pandangnya pada jugun ianfu yang tidak hanya sebagai korban, tetapi juga bagaimana perlakuan jugun ianfu dalam konteks sejarah dan sosial-politik pada masa itu. Dia berpendapat bahwa fenomena jugun ianfu ini juga harus dilihat dalam kerangka yang lebih luas dari kolonialisme, patriarki, dan ekonomi perang. 

 

Menurut  Yuki Tanaka yang merupakan sejarawan Jepang, dalam bukunya Japan’s Comfort Women: Sexual Slavery and Prostitution during World War II and the US Occupation (2002), menggambarkan jugun ianfu sebagai korban perbudakan seksual yang diorganisir secara sistematis oleh militer Jepang. Ia menekankan bahwa jugun ianfu juga tidak hanya berasal dari Korea, tetapi juga dari banyak negara lain di Asia, termasuk China, Filipina, dan Indonesia. Tanaka juga menyoroti peran prostitusi militer dalam pasca-perang, khususnya selama pendudukan Amerika Serikat di Jepang.



Historis Jugun Ianfu

Jugun Ianfu merupakan istilah dari bahasa Jepang yaitu perempuan lacur ataupun pelacur yang pada Perang Dunia II dipergunakan oleh para tentara Jepang sebagai budak seks. Jugun Ianfu ini di rekrut ataupun di tarik paksa oleh suatu ‘instansi' yang membantu para tentara Jepang. Jugun Ianfu sendiri merupakan perempuan ataupun wanita yang berusia sekitar 9-20 tahun, hal itu juga membuat peristiwa ini sangat kontroversial. Selain itu, Jugun Ianfu memang tidak hanya di Indonesia, namun juga berlaku di beberapa negara Asia Tenggara lainnya seperti Korea, China, Filipina, bahkan di Jepang sendiri. 

 

Latar belakang ataupun penyebab dari adanya Jugun Ianfu sendiri ialah permasalahan Jepang bagi moralitas dan stabilitas para tentaranya akibat dari perang yang berkepanjangan dan brutal. Dengan adanya invasi ini, kebutuhan logistik militer, termasuk layanan seksual bagi tentara, dianggap penting oleh pemerintah dan militer Jepang. Dengan itu, para perempuan banyak yang ditarik secara paksa untuk melayani para tentara Jepang, tetapi tidak hanya melayani mereka juga diperlakukan dengan tidak manusiawi bahkan dipaksa untuk bekerja di “rumah bordil militer” di dekat medan pertempuran. Maka dengan itu, banyak korban jugun ianfu yang akhirnya meninggal karena kondisi yang buruk, penyakit, bahkan bunuh diri karena tekanan. 

 

Individu yang Terlibat 

Peristiwa Jugun Ianfu ini tentunya melibatkan banyak individu, kelompok, hingga instansi yang mengumpulkan atau merekrut para jugun ianfu. Karena, jugun ianfu sendiri tidak ‘dikumpulkan' oleh tentaranya sendiri, namun pemerintah dari Jepang sendiri yang membuat sistem bahkan mengorganisir bagaimana perekrutan jugun ianfu ini. Pemerintah Jepang melakukan pengawasan pada masa Perang Dunia II dimulai dari perekrutan, pemaksaan, hingga pembangunan dan pengelolaan rumah bordil militer. Para perwira yang menduduki kawasan tersebut seringkali melakukan kekerasan secara langsung terhadap jugun ianfu.

 

Jugun ianfu sendiri memang terjadi ataupun berlangsung di beberapa kawasan Asia, salah satunya ialah negara Korea, korban terbanyak di ambil dari negara Korea. Salah satu korban yang terkenal adalah Kim Hak-sun, seorang perempuan Korea yang pada tahun 1991 merupakan salah satu penyintas pertama yang bersuara di depan publik tentang penderitaan yang dialaminya. Kesaksian ini memicu banyak korban lain untuk berbicara dan menuntut keadilan. Namun, tidak hanya di Korea, di China hingga Filipina, Indonesia, dan Malaysia juga banyak memakan korban dari peristiwa jugun ianfu ini. 

 

Jugun ianfu sendiri baru diterapkan pada tahun 1932 dan kemudian terus berlangsung hingga berakhir pada peristiwa besar yaitu Perang Dunia Ke-II pada tahun 1945. Sistem jugun ianfu diresmikan setelah terjadinya insiden Shanghai dimana terjadi konflik militer antara Jepang dengan Tiongkok (China). Hal tersebut menyebabkan timbulnya kekhawatiran akan meningkatnya kekerasan seksual yang dilakukan Jepang terhadap  warga sipil setempat. Untuk “mengendalikan “ hal tersebut, akhirnya Jepang mendirikan rumah bordil di dekat medan pertempuran agar para perempuan dapat ditipu dan dipaksa menjadi pelayan ataupum budak seks dalam rumah bordil tersebut. Pada awalnya, rumah bordil sengaja didirikan untuk menyediakan layanan wanita penghibur bagi tentara Jepang guna mengurangi insiden pemerkosaan.

 

Pada masa itu, Mengelola moral dan kesehatan tentara dianggap sebagai aspek penting dalam menjaga efektivitas tempur. Tentara yang merasa “terlindungi” dari gangguan seksual atau penyakit mungkin akan lebih fokus dan lebih efektif di medan perang. Kemudian di tengah kekacauan perang, beberapa tentara merasa bahwa kehadiran wanita sebagai "comfort women" membantu mereka mengatasi tekanan psikologis dan stres. Sehingga pada tahun 1942, Jepang mulai merencanakan sistem “comfort women” sebagai bagian dari strategi untuk menjaga moral tentara. Adapun faktor lain yang menyebabkan Jepang membentuk kebijakan ini, seperti didorong oleh pertimbangan ekonomi dengan beberapa individu dan pihak yang mendapatkan keuntungan dari pengelolaan dan pengawasan sistem tersebut, lalu mengatur dan mengawasi wanita-wanita yang disebut jugun ianfu dalam sistem yang terstruktur, dan pihak berwenang Jepang bisa mengendalikan dampak sosial dari keberadaan mereka di wilayah pendudukan.

 

Kemudian selain rumah Bordil ada pula Lanjo yang merupakan tempat atau rumah praktik perbudakan seksual tentara Jepang yang terjadi dalam kurun waktu 1931-1945. Jepang menjarah dan mengarahkan para perempuan calon Jugun Ianfu ke lanjo yang kebanyakan berada dari pulau Jawa sampai pulau Buru. Rumah yang biasanya dijadikan sebagai lanjo adalah bangunan peninggalan Belanda, markas militer Jepang, dan rumah-rumah penduduk yang sengaja dikosongkan. Dalam setiap bulan mereka diberi jatah libur selama satu hari itu pun haruslah ada satu pengawal atau pengurus Ianjo yang menemani agar tidak dapat kabur. Kondisi Ianjo nya terbuat dari tenda atau gubuk kayu kecil dengan kamar sempit dan umumnya berukuran tiga per lima hanya berisikan tempat tidur. Para wanita tersebut secara teratur mendapatkan perawatan medis, namun pemeriksaan kesehatan itu hanya semata untuk pencegahan tertularnya penyakit kelamin, bukan untuk kesehatan para wanita itu sendiri. Selain itu, jumlah pakaian dan makanan yang tersedia sangat sedikit, mereka menerima pakaian dua kali setahun. Pada 1943, kondisi mulai berubah, di mana pemerintah Jepang menerapkan penjatahan makanan yang cukup ketat untuk Jugun Ianfu di Indonesia dan hanya memakan kue beras dan air untuk minum.

 

Peristiwa Jugun Ianfu merupakan salah satu peristiwa bersejarah selama Perang Dunia II yang mencerminkan praktik kekejaman dan eksploitasi yang dilakukan oleh pemerintah Jepang terhadap perempuan di Asia Tenggara. Istilah Jugun Ianfu, yang berarti “perempuan lacur” dalam bahasa Jepang, merujuk pada perempuan yang dipaksa menjadi budak seks untuk melayani tentara Jepang. Mereka, yang berusia antara 9 hingga 20 tahun, direkrut secara paksa dan diperlakukan secara tidak manusiawi dalam “rumah bordil militer” di dekat medan pertempuran. Kasus Jugun Ianfu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga melibatkan negara-negara seperti Korea, China, Filipina, dan Jepang sendiri. Sistem ini dimulai pada tahun 1932 dan berlanjut hingga akhir Perang Dunia II, menciptakan penderitaan dan kekejaman yang mendalam bagi banyak perempuan.

 

Peristiwa ini bermulai dari kebijakan yang berkisar pada kebutuhan Jepang untuk menjaga moral dan kesehatan tentaranya selama perang. Pemerintah Jepang menganggap layanan seksual sebagai bagian penting dari logistik militer mereka, dan untuk itu, mereka mendirikan sistem rumah bordil dan lanjo untuk mengelola budak seks. Sistem ini juga dirancang untuk mengendalikan kekerasan seksual dan memitigasi dampak sosial dari perbuatan tersebut. Para perempuan yang ditahan di lanjo hidup dalam kondisi yang sangat buruk, dengan perawatan medis minimal dan jatah makanan yang terbatas. 

 

Dalam pembentukan sistem Jugun Ianfu oleh pemerintahan Jepang ini didasarkan atas pemikiran kaisar yang mengetahui bahwa personil militernya yang mengalami kelelahan secara mental akibat perang yang berkepanjangan. Sistem yang dibentuk oleh Jepang pada saat Perang Dunia ke-II ini telah melanggar Hak Asasi Manusia berat dimana terjadi eksploitasi besar- besaran terhadap perempuan dijadikan budak, dan juga pelacur bagi para tentara. Sebaiknya kaisar Jepang tidak hanya memikirkan kesejahteraan mental personil militernya, tetapi juga memikirkan pihak lain, yaitu perempuan yang menjadi korban dari sistem yang dibentuk kekaisaran Jepang. Serta dengan tujuannya yang ingin mensejahterakan psikologis personil militernya tentu saja membawa penderitaan bagi banyak perempuan Indonesia. Sehingga,  jika memerlukan pertolongan khusus untuk mental, mereka dapat membuat suatu fasilitas yang dapat menjadi tempat untuk rehabilitasi para personil yang memerlukan penangan lebih khusus.

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita BPK PENABUR Jakarta - 19 May 2020
PELEPASAN SISWA ANGKATAN X
Berita BPK PENABUR Jakarta - 19 August 2021
Countdown AMAZING BENEFIT- 2 Days to go
Countdown AMAZING BENEFIT- 2 Days to go
Berita BPK PENABUR Jakarta - 20 August 2021
Countdown AMAZING BENEFIT- 1 Days to go
Countdown AMAZING BENEFIT- 1 Days to go
Berita BPK PENABUR Jakarta - 21 May 2020
LIBUR Kenaikan Isa Almasih
Berita BPK PENABUR Jakarta - 30 May 2020
Juara I Jurusan MIPA - Tahun 2020 - Kezia Alverta...
BERITA LAINNYA - 08 March 2022
International Women's Day
BERITA LAINNYA - 08 March 2022
Sejarah Interntional Women's Day
Sejarah Interntional Women's Day
BERITA LAINNYA - 12 March 2022
MEMAKNAI SUPERSEMAR
MEMAKNAI SUPERSEMAR
BERITA LAINNYA - 13 March 2022
Selamat Mengikuti Ujian Sekolah untuk seluruh sis...
Selamat Mengikuti Ujian Sekolah untuk seluruh sis...
BERITA LAINNYA - 23 March 2022
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
BERITA LAINNYA - 23 October 2023
Jempolmu Dapat Membunuhku : belajar memahami Cybe...
BERITA LAINNYA - 24 October 2023
Tuhan empunya segala nya, jangan ragu untuk membe...
Tuhan empunya segala nya, jangan ragu untuk membe...
BERITA LAINNYA - 25 October 2023
Tuhan Allah sumber kekuatanku,....
Tuhan Allah sumber kekuatanku,....
BERITA LAINNYA - 26 October 2023
Polusi Udara, Tudung Abu Jakarta.....
Polusi Udara, Tudung Abu Jakarta.....
BERITA LAINNYA - 27 October 2023
POLUSI UDARA SUDAH ADA SEJAK PURBA?
POLUSI UDARA SUDAH ADA SEJAK PURBA?
BERITA LAINNYA - 05 September 2024
Dari Mangkuk Ham ke Pengharapan: Refleksi tentang...
BERITA LAINNYA - 06 September 2024
Percaya Rencana Allah ..
Percaya Rencana Allah ..
BERITA LAINNYA - 02 October 2024
Hubungan dengan Tuhan ..
Hubungan dengan Tuhan ..
BERITA LAINNYA - 11 July 2024
JANGANLAH BERPUTUS ASA
DAILY REMINDER
BERITA LAINNYA - 12 July 2024
Segala Perkara Dapat Kutanggung di dalam Dia
DAILY REMINDER
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
The Last Missing Piece of Modern Lighting
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
WABAH MEMATIKAN DI ABAD PERTENGAHAN
WABAH MEMATIKAN DI ABAD PERTENGAHAN
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
Candi Borobudur
Candi Borobudur
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
Habsburg Jaw
Habsburg Jaw
BERITA LAINNYA - 30 November 2024
IWAN FALS
IWAN FALS

Choose Your School

GO