Dua Refleksi mengenai hari kemerdekaan bagi Kekristenan di Indonesia
BERITA LAINNYA - 19 August 2021
BELAJAR MERDEKA
Oleh
Ray Sahertian, S. Si. Teol
Perayaan kemerdekaan RI ke-76 dalam situasi pandemi saat ini, tentu saja tidak penuh keceriaan dan kemeriahan seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebut saja lomba makan kerupuk, tarik tambang, panjat pinang, sampai kepada karnaval kemerdekaan yang selalu menjadi agenda untuk meramaikan 17 Agustus tak bisa dilakukan pada tahun pandemi ini. Itu semua tidak akan menjadi gambaran secara umum mengenai kemeriahan memperingati hari kemerdekaan. Bahkan upacara kenegaraan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan pun diselenggarakan secara virtual dari istana negara
Sesungguhnya Hari Kemerdekaan di dalam sejarah merupakan sebuah kesempatan menyatakan kebulatan tekad mengenai kesanggupan berdiri sendiri sebagai sebuah bangsa dan mengambil posisi politik yang tegas untuk berhadapan dengan bangsa lain. Seluruh energi, pemikiran, bahkan nyawa sekalipun, diberikan para tokoh-tokoh bangsa untuk mewujudnyatakannya.
Mari sejenak kita merenungkan makna terdalam mengenai kemerdekaan atau kebebasan dari sudut pandang kekristenan. Bila kita bicara mengenai kemerdekaan, maka akan merujuk pada bebasnya manusia dari kungkungan dosa. Bagi ajaran kekristenan dosa dianggap sebagai kekuatan yang mengukung manusia. Kekuatan dosa membuat manusia tidak berdaya untuk melawannya. Paulus dalam Roma 7: 14-25 menegaskan bahwa manusia, karena kedagingannya, terjual di bawah kuasa dosa. Justru perbuatan tidak baik, yaitu yang tidak dikehendaki, dilakukan oleh manusia, sekalpun ia memiliki pengetahuan tentang kehendak baik. Paulus menambahkan bahwa ia adalah manusia celaka, tidak ada kekuatan yang mampu membebaskannya. Tetapi syukur kepada Allah, ternyata Yesus, Anak Allah, satu-satunya yang mampu melepaskan manusia dari kekuatan dosa. Manusia pun bebas dan merdeka.
Selain ajaran dasar tersebut, yaitu Dogmatis-Teologis, ternyata kalangan kekristenan pun menawarkan jalan lain. Pendekatan dalam pengaruh kekristenan dalam kehidupan sosial. Mengenai kebebasan dan kemerdekaan itu sangat berkaitan erat dengan memperjuangkan keadilan. Yesus berjuang menghantarkan keadilan kepada banyak orang. Sebut saja bagi orang yang sakit kusta (Matius 8), peduli bagi perempuan yang kedapatan berzinah (Yohanes 8), dan mecelikkan mata orang yang buta (Yohanes 9). Menghadirkan atau memperjuangkan keadilan harus dengan kekuatan besar bahwa orang yang kita perjuangkan dilihat sebagaimana Allah melihatnya secara utuh, sekaligus meposisikan kita sebagai sesama gambar dan rupa Allah. Jika kita sudah diberikan kebebasan, mengapa kita tidak memberikannya juga kepada yang lainnya?
Dua Refleksi mengenai hari kemerdekaan bagi Kekristenan di Indonesia.
- Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia adalah Anugerah
17 Agustus 1945 bagi masyarakat Indonesia adalah sebuah anugerah terbesar dari Tuhan Yang Maha Esa bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kemerdekaan itu dicapai dengan berjibaku, bukan saja pemikiran-pemikiran politik, tetapi juga soal nyawa yang telah dikorbankan oleh para pahlawan. Pengorbanan ini sangat berharga bagi generasi masa datang.
Dalam kehidupan kemanusiaan, tentu saja setiap pribadi pada hakikatnya adalah manusia bebas. Jika kebebasannya direnggut oleh yang lain, maka secara naluriah ia akan memberontak dengan sekuat tenaga dan akan berupaya membebaskan dirinya dari kekuatan yang membelenggu. Karena sepenanggungan dan memiliki kegelisahan yang sama, maka dengan bahu membahu mencari jalan keluar. Semua dibuktikan dalam pengorbanan para pahlawan di medan perang. Bagi generasi penerus, itulah anugerah terindah yang tidak bisa dibayar oleh apapun juga. Para pahlawan memberikan hidup dan matinya demi kebebasan dan kemerdekaan.
Pengorbanan bagi kalangan Kristen selalu merujuk pada kematian Kristus di kayu salib dan kebangkitanNya pada hari ketiga. Allah yang datang mendekat dengan meninggalkan tahta Ilahi untuk masuk ke dalam dunia, bahkan menjadi budak demi menghapus dosa manusia. Hal ini sama seperti yang dicatat dalam Filipi 2: 5-11. Pengorbanan Kristus tersebut diberikan bagi seluruh manusia Umat yang percaya kepada kristus akan mengakuinya sebagai Anugerah terbesar bagi seluruh umat manusia.
Roma 8:35-39 menjelaskan lebih rinci bahwa kita adalah manusia yagn sudah dibebaskan oleh Kristus dan menjadi umat pemenang. Tak satu kuasa pun yang sanggup menentangnya. Dengan begitu anugerah dalam Kristus Yesus menghantar kita secara utuh sebagai makhluk bebas dan tidak terkungkung lagi dalam kuasa dosa.
- Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia adalah Wujud Persatuan dan Kesatuan
Bagi masyarakat Indonesia hari kemerdekaan adalah anugerah terbesar di tengah-tengah perjuangan bebas dari penjajahan. Pergumulan menjadi sebuah bangsa yang merdeka bersatu dan berdaulat di mulai tatkala munculnya kaum terdidik di Indonesia pada dasawarsa pertama abad ke-20. Kaum terdidik ini yang mulai mengkonsepsikan cikal bakal sebuah nation di nusantara ini. Bahkan 28 Oktober 1928 adalah sebuah lompatan besar menuju semangat kemerdekaan, dengan mengawalinya dengan pengakuan kesatuan bangsa.
Pada tanggal empat belas sampai dengan tujuh belas bulan Agustus 1945 adalah hari-hari yang cukup menegangkan karena terjadi banyak drama di dalamnya. Diwarnai dengan semangat kaum muda yang berkobar-kobar karena Jepang terguncang karena bom Hiroshima dan Nagasaki, lalu kisah Bung Karno dan Bung Hatta yang “diculik” oleh kaum muda, sampai dengan penulisan naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda di bilangan Menteng.
Hal paling menarik adalah sebuah nation state akhirnya berdiri di nusantara ini. Mengenai kesatuan dan persatuan, frasa yang dipakai adalah “Kami bangsa Indonesia”. Frasa ini sebagai pembukaan sebuah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang menggambarkan sebuah kekuatan besar yang sudah dirancang sejak dulu, kemudian dihidupi bersama-sama, dan pada akhirnya dinyatakan kepada dunia.
Bagi kalangan Kristen Indonesia, semangat hari kemerdekaan 1945 menjadi spirit dan digumuli bersama-sama untuk juga diperjuangkan oleh gereja-gereja yang ada di Indonesia. Maka pada akhirnya, gereja-gereja yang sejak semula locus theologi-nya adalah kedaerahan, sebut saja Gereja Protestan Maluku, Gereja Protestan di Bali, Gereja Kristen Jawa, Huria Kristen Batak Protestan, Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat, Gereja Masehi Injili Minahasa, Gereja Kristen Pasundan, dan yang lainya, diliputi dengan semangat kesatuan sebagai bangsa Indonesia, akhirnya menyatukan visi bersama bersama untuk “hadir” bagi Indonesia dengan ditandai berdirinya Dewan Gereja-gereja Indonesia (DGI) pada tahun 1950. Harus digarisbawahi bahwa semangat kesatuan sebagai sebuah bangsa telah berandil besar bagi kehadiran gereja-gereja di Indonesia untuk memperluas jangkauan pelayanannya, di mana dari semangat kedaerahan kini bertambah menjadi turut ambil bagian dalam mengisi kemerdekaan di negeri Indonesia.
Di dalam Alkitab terdapat kisah mengenai persatuan dan kesatuan. Di dalam dunia Perjanjian Baru (PB), lebih tepatnya dalam surat Korintus, Pauluslah yang dengan jelas menggambarkan bahwa umat Tuhan yang berasal dari tradisi dan budaya yang berbeda, diumpamakan seperti tubuh seorang manusia dengan bagian-bagiannya. Setiap bagian memiliki keunikannya masing-masing tetapi terhubung menjadi satu gerakan dengan tujuan dan visi yang sama. Bukan saja di dalam Korintus, tetapi pada surat Galatia. Paulus menegaskan lebih detail bahwa kepelbagaian konteks social-ekonomi ataupun latar belakang daerah, bahkan gender, dinyatakan bahwa semuanya itu tidak ada pembedaan karena semua menjadi satu di dalam Kristus.
Menghadirkan Kemerdekaan dalam konteks kekinian
Dalam situasi pandemi saat ini tentu saja jauh dari kemeriahan. Tetapi sesungguhnya kemeriahan hari kemerdekaan meliputi juga kekuatan di dalam hati dan pikiran manusianya. Jika kita mengakui dan merayakan kemerdekaan yang hakiki, maka apa yang kita lakukan mencerminkan kemersekaan itu sendiri. Termasuk merdeka dari sekat-sekat yang membatasi diri untuk berkembang dan bertumbuh.
Situasi media sosial yang penuh dengan hoax adalah cermin dari sikap yang tidak memaknai kemerdekaan. Berita bohong dan fitnah itu membuat ketakutan-ketakutan dalam kehidupan bersama sebagai anak bangsa. Hoax yang cukup banyak mewarnai ruang-ruang media sosial menghadirkan kecurigaan bagi sesama anak bangsa, bahkan juga melahirkan sikap saling menyalahkan dan menganggap diri paling benar. Menjadi orang merdeka adalah berani berkata tidak pada penyebaran hoax atau berita bohong dan fitnah. Berani merangkul sesama dan saling menguatkan, serta memberi motivasi yang membangun.
Pandemi menghantar kita kepada proses belajar melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tentu saja tidak bisa dilewati begitu saja, bahwa siswa dan siswi yang menjalani PJJ, termasuk orang tua, bahkan guru, masuk dalam situasi yang tidak nyaman. Semua elemen dalam ranah Pendidikan harus memutar otak dan menguras energi agar bisa menghadirkan PJJ yang lebih layak dalam situasi pandemi saat ini. Awalnya terintimidasi dengan Pandemi, tetapi orang merdeka akan menampilkan sikap hidup yang sanggup mengontrol perubahan. Situasi yang sulit bukan hambatan, melainkan peluang baru yang bisa ditaklukan.
Penguasaan diri dan berani berubah menjadi nilai-nilai Kristiani yang kuat untuk dijadikan senjata ampuh dalam memasuki dan keluar dari pandemi saar ini. Mematuhi protokol keshatan adalah bukti dari pribadi yang mampu menguasai dirinya dan berani berubah untuk masuk dalam kenormalan yang baru. Merayakan kemerdekaan adalah mengurangi budaya nongkrong dan berkerumun demi menjaga munculnya kasus-kasus baru Covid-19.
Situasi saat ini juga menyangkut bagaiamana menempatkan Tuhan sebagai sumber penolong. Situasi pandemi ternyata juga menghantar orang untuk mengandalkan diri sendiri dan berjarak dengan Tuhan karena situasi yang menghimpit membutuhkan jawaban cepat atau instan. Orang yang sanggup menguasai diri berarti mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dan berkolaborasi dengan Tuhan dalam proses menjalani perubahan. Di sibilah kesabaran dan ketekunan diuji. Orang merdeka adalah orang yang berani melawan ketakutan-ketakutan dalam melihat situasi kekinian. Tidak menyurutkan langkah untuk menyongsong masa depan.
Anda siap merayakan kemerdekaan?
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur