Kunjungan Pengurus Harian Ke Cimahi
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Kepala Badan Standar, Kuriku...
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Direktur Kepala Sekolah, Pen...
Read MoreSudah sepatutnya sekolah terbaik menjadi taman indah, tempat paling subur untuk menyemai benih kasih sayang dan rasa saling memiliki bagi penghuninya. Tak ada lagi rasa bosan, jenuh, bahkan kekerasan di dalamnya. Nasehat dan teladan mulia selalu tumbuh serta mengalir. Itulah harapan kita semua dalam dunia pendidikan.
Namun, nyatanya tindak kekerasan sering kali terjadi di sekolah. Akibatnya, sekolah tak lagi ramah dan tidak menjadi rumah bagi peserta didik. Oleh karena itu, dibutuhkan model resolusi konflik untuk menjembatani agar tidak terjadi kekerasan di sekolah. Baik yang dilakukan oleh guru ke murid, orang tua ke guru, maupun sesama murid bahkan juga dari murid ke guru.
Sudah pasti pendidikan perdamaian dan resolusi konflik menjadi penting untuk segera diimplementasikan di sekolah-sekolah mengingat pendidikan perdamaian dan resolusi konflik mempunyai banyak keutamaan bagi peserta didik, diantaranya dapat mengembangkan logika dan kreativitas berpikir anak.
Melalui pemecahan masalah, anak juga perlu dibiasakan untuk menghormati orang lain yang berseberangan dengannya. Tak kalah pentingnya, mereka mampu mengasah kemandirian dalam menyelesaikan masalah yang ada sehingga tidak mudah mengadu kepada orang yang dituakan, termasuk guru. Nah, diluar dari itu semua setidaknya ada lima langkah yang harus dilakukan pihak sekolah dalam menciptakan pendidikan perdamaian dan resolusi konflik.
1.Warga sekolah baik guru, murid dan orang tua sebaiknya menyepakati tentang budaya sekolah damai yang hendak ditanamkan di lingkungan sekolah dan bagaimana mekanisme penghargaan dan hukuman yang bersifat edukatif untuk membiasakan budaya tersebut.
2.Pihak sekolah dapat mengembangkan kurikulum sekolah yang damai dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai perdamaian dan resolusi konflik. Seperti pemecahan masalah, kerja sama dan toleransi, ke dalam unsur-unsur kurikulum (tujuan, materi, strategi pembelajaran, dan penilaian akademik murid). Kemudian merancang pengetahuan dan keterampilan manajemen konflik sebagai mata pelajaran tersendiri, atau mengadakan pelatihan manajemen konflik diluar jam belajar.
3.Kelas yang damai memiliki lima ciri utama, yaitu kerja sama, komunikasi, ekspektasi emosional, apresiasi terhadap perbedaan, dan resolusi konflik. Guru berperan sentral dalam menciptakan suasana kelas yang mencerminkan kelima ciri tersebut.
4.Murid dilatih untuk menjadi mediator untuk menengahi konflik teman-temannya melalui program mediasi sejawat. Dengan mediasi sejawat, guru-guru dapat berkonsentrasi dengan tugas pokoknya, sedangkan murid bisa bertanggung jawab menyelesaikan masalahnya sendiri.
5.Masyarakat termasuk keluarga, berpartisipasi aktif dalam memastikan anak-anak memegang teguh nilai-nilai damai dan resolusi yang telah didapat dari sekolah. Misalnya, mereka memastikan lingkungan keluarga dan masyarakat bebas dari kekerasan, seperti kekerasan dalam rumah tangga, main hakim sendiri dan politik sara.
Baca Juga: Ini 5 Fondasi Belajar yang Sebaiknya Dimiliki Anak Sebelum Masuk Prasekolah
Dengan menerapkan lima hal di atas, kekerasan di sekolah mungkin bisa dihindari, paling tidak dengan adanya aturan ini seluruh pihak terkait seperti peserta didik, orang tua murid dan guru memiliki tolak ukur ketika menyelesaikan konflik dengan cara perdamaian yang tepat. Sehingga sekecil maupun sebesar apapun masalah atau konflik dalam sekolah tidak berakibat buruk bagi semuanya.
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR
Develope by FMG