Kunjungan Pengurus Harian Ke Cimahi
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Kepala Badan Standar, Kuriku...
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Direktur Kepala Sekolah, Pen...
Read More
Sumber foto: BPK PENABUR Gading serpong
77 tahun sudah Indonesia merdeka, usia yang cukup matang bagi sebuah negara. Berbagai dinamika pun menghiasi panggung sejarah bangs. Banyak peristiwa di masa lalu yang dapat dijadikan sebagai pelajaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi generasi di masa depan.
Kehidupan bangsa merupakan buah dari pendidikan sebuah negara, begitulah kata Presiden Pertama RI Ir. Soekarno. Bapak Soekarno berpandangan bahwa perlu pendidikan yang menekankan tentang pentingnya karakter kebangsaan.
Karakter yang berdasarkan refleksi nilai-nilai Pancasila. Bukan menghafal Pancasila saja, tapi juga pengalaman dan pemahaman juga diperlukan untuk membangun sebuah peradaban yang nilai moralnya berasal dari akar budaya nusantara.
Dalam pandangan Bapak Soekarno diperlukan pendidikan yang menekankan terhadap upaya penyadaran pada realitas sosial di masyarakat. Sistem pendidikan kolonial yang mengobjektifikasi dan dogmatis harus diubah serta diganti dengan sistem pendidikan yang kritis, kreatif, dan dialogis. Sistem pendidikan inilah yang harus diaplikasikan oleh guru kepada siswanya.
Peran Guru dalam Upaya Pembentukan Karakter Kebangsaan
Sumber foto: Satu Harapan
Guru sendiri memiliki peran sangat penting dalam upaya pembentukan karakter kebangsaan. Bukan hanya guru sejarah, PPKN, atau Sosiologi yang secara materi berkaitan langsung dengan upaya pembentukan karakter kebangsaan.
Tetapi juga guru-guru dari bidang studi eksakta maupun humaniora lainnya harus bekerja sama dalam membentuk karakter kebangsaan. Dan menjalankan sistem pendidikan yang kritis, kreatif, serta dialogis dalam proses pembelajaran.
Dalam tulisan Bapak Soekarno “Menjadi Guru Di Masa Kebangunan” guru harus mempunyai roh kerakyatan, kemerdekaan, dan kelaki-lakian (ksatria). Selama masih ada guru, peradaban tidak akan bisa hancur.
Sebelum mengajarkan pada siswa, guru harus lebih dahulu mempraktikkan ajarannya. Karena proses belajaran pada dasarnya adalah proses peniruan. Kalau ingin membentuk karakter kebangsaan, maka karakter tersebut harus dimiliki lebih dulu oleh guru.
Namun peran tersebut sebenarnya bukan hanya tugas guru, tetapi masyarakat secara keseluruhan. Sebab, proses pembelajaran di sekolah tidak bisa berjalan sempurna jika kondisi masyarakatnya berbeda.
Keselarasan antara pembelajaran di sekolah dan di masyarakat akan menghasilkan generasi masa depan yang memiliki nilai-nilai religius, berwawasan luas, jiwa yang berintegritas, nasionalis, demokrasi, dan semangat gotong royong. Sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan tujuan bernegara dan berbangsa Indonesia.
Masih tersisa 23 tahun lagi bagi Indonesia untuk mencapai masa kejayaannya. Masa yang disebut sebagai Indonesia Emas. Masa ini ditandai dengan potensi usia produktif yang tinggi dan menjadi bonus demografi yang menguntungkan apabila generasi muda saat ini mendapatkan pendidikan karakter kebangsaan yang baik.
Jika tidak, justru akan mendatangkan malapetaka demografi. Malapetaka ini ditandai dengan generasi masa depan yang tidak cukup memiliki wawasan kebangsaan, jiwa nasionalismenya kurang, individualistis, dan anti religius.
Baca juga: Penting Diajarkan Sejak Dini, Berikut Skill untuk Anak Pra Sekolah
Sekarang, mari bersama-sama melakukan refleksi dan evaluasi diri dan melakukan proyeksi kedepannya untuk berkontribusi dalam Indonesia emas 2024. Agar, nantinya kita bisa ikut berperan dalam sejarah bangsa Indonesia. Jadi bagaimana, sudah siap menjadi bagian untuk mempersiapkan dan menyambut generasi emas Indonesia?
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR
Develope by FMG