Kunjungan Pengurus Harian Ke Cimahi
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Kepala Badan Standar, Kuriku...
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Direktur Kepala Sekolah, Pen...
Read MoreBagi orang tua yang memiliki bayi atau balita mungkin masih asing dengan istilah stimulasi sensorik dan multisensori. Padahal, stimulasi multisensori sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan si kecil terutama di 2 tahun usianya.
Stimulasi dan nutrisi merupakan dua hal penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Stimulasi berguna untuk mengoptimalkan perkembangan otak anak.
"Selama ini para orang tua lebih familiar dengan pemenuhan nutrisi dan melupakan stimulasi," kata Melia Yunita, dikutip dari press rilis, Kamis (4/8/2022).
"Setiap satu kali stimulasi, artinya kita sedang membentuk serabut-serabut saraf di otak anak," lanjut dia.
Supaya anak cerdas dan cepat tanggap, maka diperlukan stimulasi yang dilakukan secara terus menerus atau berulang-ulang. Setelah tahu tentang pentingnya stimulasi, hal berikutnya yang harus diperhatikan yaitu area yang membutuhkan stimulasi.
Contoh Stimulasi Multisensori Pada Anak
Lia mengatakan, stimulasi harus dilakukan secara bersamaan kepada kelima indra yang sedang berkembang. Inilah yang kemudian dinamakan sebagai area sensorik, yakni terdiri dari indra pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman dan pengecapan.
Kelima indra tersebut perlu dieksplorasi dengan melakukan stimulasi yang tepat, atau dikenal sebagai stimulasi multisensori. Artinya, dalam satu kali waktu dan kegiatan, orang tua dapat melakukan stimulasi terhadap seluruh indra anak sekaligus.
Bahkan, banyak studi yang menunjukkan bahwa anak yang terbiasa mendapat stimulasi multisensori akan lebih bahagia, banyak tersenyum atau tertawa dan terhindar dari stress. Stimulasi ini bisa dimulai sejak dini setelah si kecil lahir, yaitu lewat Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
IMD diketahui dapat menstimulasi seluruh indra bayi. Pertama, penglihatan. Meski pandangan mereka masih sangat terbatas, karena bayi hanya bisa melihat warna kontras putih dan hitam. Tetapi bayi bisa langsung mengarah ke puting sang ibu.
Berikutnya stimulasi pendengaran lewat suara ibu. Saat IMD, ibu atau ayah dianjurkan untuk mengajak bayi berbicara.
Stimulasi indra penciuman dapat terjadi saat si kecil yang baru lahir mengenali aroma sang ibu. Sementara indra perabaan juga dapat terstimulasi dengan baik lewat skin to skin contact. Terakhir, yaitu indra pengecapan terstimulasi saat bayi menempel dan merasakan puting sang ibu ketika pertama kali menyusu.
Setelah IMD, stimulasi multisensori seharusnya tetap berlanjut melalui seluruh kegiatan sehari-hari.
“Kedua orang tua atau orang terdekat harus selalu mengajak bicara bayi saat memberikan ASI, mengganti popok, memandikan, dan semua aktivitas bersama bayi lainnya. Selain berbicara juga berikan sentuhan,” jelas Lia.
Selain memberikan stimulasi pada otak, kegiatan ini juga akan mempererat bonding atau ikatan antara anak dengan orang tua secara konsisten.
Orang tua harus bisa memberikan waktunya dan hadir dalam setiap aktivitas bersama si buah hati dan melakukan interaksi dua arah. Akan percuma jika hanya memberikan banyak mainan namun membiarkan anak bermain sendirian.
Baca Juga: Ini 5 Eksperimen Sains Sederhana yang Bisa Dilakukan Di Rumah
Perlu diingat! Orang tua juga harus menghindari overstimulasi atau memberikan stimulasi multisensori secara berlebihan. Misalnya, screen time (baik televisi, gadget atau komputer) sebelum si kecil berusia 2 tahun. Menurut Lia, paparan layar yang berlebihan justru menyebabkan anak terlambat bicara atau speech delay.
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR
Develope by FMG