Yayasan

Kunjungan Pengurus Harian Ke Cimahi

NEWS - 26 January 2022

Kunjungan Pengurus Harian Ke Cimahi

Read More
Yayasan

BPK PENABUR Kunjungi Kepala Badan Standar, Kurikulum & Asesmen Pendidikan

NEWS - 06 January 2022

BPK PENABUR Kunjungi Kepala Badan Standar, Kuriku...

Read More
Yayasan

BPK PENABUR Kunjungi Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan

NEWS - 05 January 2022

BPK PENABUR Kunjungi Direktur Kepala Sekolah, Pen...

Read More

Jauh Sebelum Menjadi Rupiah Ini Sejarah Mata Uang Indonesia dari Masa ke Masa

BLOG - 09 May 2023

Sumber foto: Kompas

Uang Rupiah yang sekarang ini kita gunakan ternyata sudah melewati banyak perubahan, lho! Nyatanya, setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Rupiah tidak langsung digunakan.

Penasaran dengan perjalanan mata uang Indonesia mulai dari saat masih berbentuk kerajaan hingga menggunakan rupiah? Berikut sejarahnya!

Mata Uang Nusantara saat Zaman Kerajaan

Sebelum merdeka, Indonesia dikenal sebagai Nusantara dengan banyak kerajaan di dalamnya. Seperti kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Mataram Lama, dan lainnya. Pada masa itu, aktivitas jual beli sudah banyak menggunakan uang. Namun uang yang digunakan bukanlah uang kertas, melainkan logam. Biasanya bahan dasar uang logam tersebut berupa perak atau emas.

Masa Kerajaan Hindu-Buddha

Pada zaman ini, biasanya masing-masing kerajaan mempunyai mata uang sendiri. Pada awal abad ke-12, kerajaan Jenggala membuat mata uang yang berasal dari perak dan emas yang disebut Krisnala (uang Ma).

Sementara itu, di abad ke-9, kerajaan Buton memakai uang Kampua. Sekitar abad ke-14 hingga ke-16, kerajaan Majapahit memakai uang Gobog yang dibuat dari tembaga.

Masa Kerajaan Islam

Saat Islam mulai masuk di Nusantara, kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Jambi, dan lainnya, juga mulai menggunakan mata uang.

Umumnya, mata uang yang digunakan oleh kerajaan Islam memiliki tulisan bahasa Arab. Kerajaan Samudra Pasai memakai mata uang Dirham yang dibuat dari emas. Uang tersebut berbentuk seperti koin dengan ukiran nama Sultan bergelar Malik Az-Zahir atau Malik At-Tahir.

Masa Penjajahan Belanda

Setelah kedatangan Belanda, semua mata uang yang digunakan kerajaan-kerajaan di nusantara pun mulai diganti. Pada 1828, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan De Javasche Bank yang kemudian menjadi cikal bakal Bank Indonesia.

Kala itu, De Javasche Bank mengeluarkan mata uang Gulden dan Sen. Keduanya khusus digunakan di wilayah Hindia Belanda.

Masa Penjajahan Jepang

Pada tahun 142, penjajah Jepang masuk dan akhirnya menarik peredaran uang Belanda. Jepang menggantinya dengan uang yang diterbitkan oleh Bank Nanpo Kaihatsu Ginko. Perbedaan uang tersebut terlihat dari perubahan tulisan De Javasche Bank (Belanda), menjadi De Japansche Regeering (Jepang).

Mata Uang Indonesia pada Awal Kemerdekaan

Kedatangan NICA

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, kondisi keuangan negara ini pun cukup memburuk. Semua mata uang yang beredar banyak digunakan, baik itu terbitan Belanda maupun Jepang. Saat itu, ada empat jenis mata uang yang sah, yaitu:

  • De Javasche Bank
  • De Japansche Regeering
  • Dai Nippon emisi
  • Dai Nippon Teikoku Seihu

Situasi ini semakin diperburuk dengan kedatangan tentara sekutu alias NICA (Netherlands Indies Civil Administration). NICA kemudian menarik seluruh uang yang beredar di Indonesia lalu menggantinya dengan Gulden NICA.

Para pejuang menolak uang NICA karena menampilkan lambang kerajaan, Ratu Wilhelmina, dan bahasa Belanda. Ketika uang tersebut masuk ke pulau Jawa, Bung Karno mengumumkan bahwa uang NICA tersebut ilegal.

Oeang Republik Indonesia (ORI)

Kemerdekaan Indonesia baru saja diproklamirkan, kemudian mata uang sendiri mulai dibuat. Namun, hal ini terkendala sumber daya untuk mencetak dan membuat mata uang tersebut.

Setelah perjuangan yang tak kenal lelah, pada 3 Oktober 1946, pemerintah Indonesia berhasil mencetak dan menerbitkan mata uang sendiri. Uang tersebut bernama ORI (Oeang Republik Indonesia).

Seluruh uang terbitan Jepan pun harus ditukarkan dengan ORI. Standar nilai tukarnya yaitu, 1 ORI = 50 Rupiah Hindia Belanda. Pemerintah menetapkan 1 ORI = 0.5 gram emas.

Namun, ORI mengalami masalah finansial yang mengakibatkan tingkat inflasinya tidak terkendali. Pada Maret 1947, nilai tukar ORI menurun dari 5 Gulden NICA menjadi 0.3 Gulden NICA.

Penurunan ORI sebetulnya diakibatkan oleh beberapa alasan. Di antaranya agresi militer Belanda yang semakin mempersempit wilayah RI, pemerintah Belanda memalsukan ORI untuk membuat nilainya turun karena inflasi, dan NICA yang sering mengintimidasi rakyat Indonesia yang menggunakan atau menyimpan ORI.

Oleh karenanya, pemerintah RI sulit untuk menyatukan Indonesia sebagai sebuah kesatuan yang moneter. Sehingga pada tahun 1947, pemerintah menurunkan mandat kepada pemerintah daerah untuk menerbitkan mata uang lokal ORI Daerah (ORIDA) untuk menghalau mata uang NICA.

Penggunaan ORI dan ORIDA kemudian berakhir setelah hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) menyepakati pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Pemerintah RIS lalu menarik peredaran ORI dan ORIDA pada 1 Mei 1950, dan menggantinya dengan mata uang RIS. 

Uang Republik Indonesia Serikat (RIS)

Pada 1 Januari 1950, diterbitkan uang RIS, atau yang dikenal dengan Uang Federal atau Uang DJB. Uang ini menampilkan gambar Soekarno yang merupakan presiden RIS dan ditandatangani Menteri keuangan, MR. Sjafruddin Prawiranegara.

Saat itu, Sjafruddin mengeluarkan kebijakan moneter yang dikenal dengan istilah “Gunting Sjafruddin”, yaitu menggunting uang kertas De Javasche dan mata uang Hindia Belanda untuk mengurangi inflasi.

Dengan peredaran uang RIS, berakhirlah kekacauan sirkulasi uang di RI. Tetapi, pemerintah Indonesia belum bisa mengendalikan sirkulasi uang sepenuhnya karena masih berada di tangan De Javasche Bank (DJB).

Pemerintah Indonesia menyatakan RIS bubar pada Agustus 1950, dan Indonesia kembali berbentuk NKRI. Dengan begitu, mata uang RIS sudah tidak berlaku lagi. 

Kelahiran Bank Indonesia

Hari lahir Bank Indonesia diperingati pada tanggal 1 Juli 1953. De Javasche Bank digantikan oleh Bank Indonesia yang menjadi bank sentral. Ada dua jenis uang rupiah yang digunakan, yakni uang yang diterbitkan pemerintah RI (Kementerian Keuangan) dan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Uang kertas dan logam di bawah 5 rupiah diterbitkan oleh Pemerintah RI, sedangkan uang kertas dan logam di atas 5 rupiah diterbitkan oleh Bank Indonesia.

 

Baca juga: Memahami Sifat Cahaya yang Dapat Dipantulkan Beserta Contohnya

 

Namun, setelah UU No.13/1968 disahkan, Bank Indonesia menjadi satu-satunya pihak yang mengeluarkan uang.

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Yayasan

NEWS - 26 January 2022
Kunjungan Pengurus Harian Ke Cimahi

Yayasan

NEWS - 06 January 2022
BPK PENABUR Kunjungi Kepala Badan Standar, Kuriku...
BPK PENABUR Kunjungi Kepala Badan Standar, Kuriku...

Yayasan

NEWS - 05 January 2022
BPK PENABUR Kunjungi Direktur Kepala Sekolah, Pen...
BPK PENABUR Kunjungi Direktur Kepala Sekolah, Pen...

Yayasan

NEWS - 23 November 2021
Pertemuan Yayasan BPK PENABUR dengan Dirjen Gur...
Ketua Umum Yayasan BPK PENABUR, Adri Lazuardi S.H...

Yayasan

NEWS - 09 November 2021
PELANTIKAN PENGURUS BERSAMA TIRTAMARTA & BPK PENA...
Jakarta, 09 November 2021

Yayasan

NEWS - 27 January 2022
VAKSINASI Usia 6-11 Tahun Tahap 2 BPK PENABUR Ba...

Yayasan

NEWS - 18 February 2022
TOP 10 LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi)
Apa itu LTMPT

Yayasan

NEWS - 20 February 2022
PENABUR TALENT DAY
Hey #penabursmartgen

Yayasan

NEWS - 27 April 2022
Bantu penderita DBD, SMAK 1 PENABUR gelar aksi do...
SMAK 1 PENABUR bekerja sama dengan Palang Merah I...

Yayasan

NEWS - 12 May 2022
Siapakah Florence Nightingale ?
Sejarah keperawatan dan Florence Nightingale

Yayasan

NEWS - 21 June 2022
SELAMAT ULANG TAHUN BAPAK PRESIDEN JOKO WIDODO

Yayasan

NEWS - 05 July 2022
MENYONGSONG HUT BPK PENABUR KE-72
Hey PENABUR'S

Yayasan

NEWS - 19 July 2022
Berkenalan dengan Vanessa Shania
akarta,bpkpenabur.or.id, Vanessa Shania lahir di ...

Yayasan

NEWS - 08 August 2023
Ketua Umum Yayasan BPK PENABUR Kunjungi Metro: Di...
Ketua Umum Yayasan BPK PENABUR, Adri Lazuardi, be...

Yayasan

NEWS - 08 August 2023
Langkah Harmoni Pendidikan: Pengurus Yayasan BPK ...
Langkah Harmoni Pendidikan:

Yayasan

NEWS - 12 August 2023
PENABUR Spectacular - Hadirkan Generasi Tangguh d...

Yayasan

NEWS - 12 August 2023
BPK PENABUR Berperan Serta Dalam PEMILU Asyik
BPK PENABUR Berperan Serta Dalam PEMILU Asyik

Yayasan

NEWS - 18 August 2023
"Puncak Bonus Demografi: BPK PENABUR dan Komitmen...
"Puncak Bonus Demografi: BPK PENABUR dan Komitmen...

Yayasan

NEWS - 04 October 2023
Sebuah Pin Emas untuk Dr. Carina Citra Dewi Joe, ...
Sebuah Pin Emas untuk Dr. Carina Citra Dewi Joe, ...

Yayasan

NEWS - 12 October 2023
Yayasan BPK PENABUR Menandatangani MOU Kerjasama ...
akarta, 11 Oktober 2023 - Yayasan BPK PENABUR dan...

Yayasan

Artikel - 10 November 2021
SEJARAH HARI PAHLAWAN NASIONAL

Yayasan

Artikel - 31 October 2019
Spiritualitas Guru Kristiani

Yayasan

Artikel - 10 February 2022
Sejarah Perayaan Cap Go Meh
Cap-Go-Meh adalah lafal dialek Tio Ciu dan Hokkia...

Yayasan

Artikel - 14 February 2022
SEJARAH HARI VALENTINE
menceritakan satu sejarah yang berkaitan dengan m...

Yayasan

Artikel - 15 February 2022
Hari Kanker Anak Sedunia
Hari Kanker anak sedunia  jatuh setiap 15 Februar...

Yayasan

Artikel - 17 February 2022
ANTROPOLOGI

Yayasan

Artikel - 22 February 2022
Hari Berpikir Sedunia
Tahukah kamu, tanggal 22 Februari diperingati seb...

Yayasan

Artikel - 22 February 2022
HARI BADEN POWELL
Siapakah Robert Stephenson Smyth Baden-Powell?

Yayasan

Artikel - 10 May 2022
Apa itu Lupus?
bpkpenabur.or.id, - Hari in

Yayasan

Press Release - 01 December 2018
Pelantikan Pengurus BPK PENABUR Bandar Lampung da...

Yayasan

Press Release - 24 November 2018
Pelantikan Pengurus BPK PENABUR Cirebon, Indramay...

Yayasan

Press Release - 10 November 2018
Pelantikan Pengurus PENABUR Bandung, Tasikmalaya,...

Yayasan

Press Release - 04 November 2018
Pelantikan Pengurus BPK PENABUR Cianjur 2018-2022

Yayasan

Press Release - 04 November 2018
Pelantikan Pengurus BPK PENABUR Bogor 2018-2022

Yayasan

Press Release - 03 November 2018
Pelantikan Pengurus BPK PENABUR Sukabumi 2018-2022

Yayasan

Press Release - 02 April 2022
Peresmian PLC Jakarta

Yayasan

Press Release - 02 April 2022
BPK PENABUR Resmikan Gedung SDK dan SMAK di Serang
JAKARTA,  - Ketua BPK PENABUR Serang

Yayasan

Press Release - 25 April 2022
PERESMIAN GEDUNG BPK PENABUR Bogor
Ketua BPK PENABUR Bogor, Aryawan Handoko

Yayasan

Press Release - 22 May 2022
Peresmian Gedung SDK-SMPK PENABUR KBP Bandung
Peresmian Gedung SDK-SMPK PENABUR KBP Bandung

Yayasan

Press Release - 19 July 2022
BPK PENABUR : 72 Tahun BPK PENABUR Menginspirasi ...
Jakarta, bpkpenabur.or.id, Pada tanggal 19 Juli 2...

Yayasan

Press Release - 19 July 2023
BPK PENABUR : 73 Tahun “Berani Berubah, Berkarakt...

Yayasan

BLOG - 07 May 2020
5 Cara Agar Anak Lebih Produktif Dalam Belajar Se...
Bagaimana caranya agar anak tidak ketinggalan pel...

Yayasan

BLOG - 08 May 2020
Tips Menjadi Siswa Berprestasi Di Sekolah. Kamu P...
Bagi kamu yang ingin menjadi siswa berprestasi di...

Yayasan

BLOG - 12 May 2020
Tips Mempersiapkan Metode Belajar Anak yang Menye...
Beberapa metode belajar anak ini mungkin bisa and...

Yayasan

BLOG - 13 May 2020
Pentingnya Pendidikan Karakter Di Kalangan Sekolah
Pendidikan karakter akan mengantarkan seseorang k...

Yayasan

BLOG - 26 May 2020
4 Keterampilan Penting untuk Anak yang Bisa Diter...

Yayasan

BLOG - 27 May 2020
Serunya Mengisi Liburan Sekolah dengan Kegiatan M...
Mengisi liburan sekolah dengan kegiatan menulis t...

Yayasan

BLOG - 28 May 2020
Memaksimalkan Liburan Sekolah Dengan Kegiatan Pos...
Yuk maksimalkan waktu liburan sekolah dengan mela...

Yayasan

BLOG - 29 May 2020
4 Manfaat Liburan di Rumah dengan Mengajak Anak M...
Mengajak anak memasak di dapur bisa menjadi saran...

Yayasan

BLOG - 30 May 2020
Tips Agar Anak Tidak Bosan saat Libur Sekolah di ...
Berbagai tips ini mungkin bisa menjadi sarana aga...