Cerpen: Mereka yang Tinggal

Berita Lainnya - 15 September 2022

Karya: Gaurivel Thedian - Kelas XI MIPA 2

 

17 Agustus 2021.

 

Embun terkumpul di jendela menghiasi langit luar yang perlahan bangun dari tidurnya. Kicauan burung ditemani dengan bisingnya bunyi alarm membuat pemuda berusia enam belas tahun mengerjapkan matanyaꟷenggan untuk berpisah dari kasur tercinta. Perawakannya acak-acakan dengan kaca mata yang masih tertinggal di batang hidungnya bekas terjaga semalaman. Dibukanya benda lipat modern di hadapannya, memasuki ruangan virtual yang lagi-lagi menjadi satu-satunya wadah komunikasi dan menimba ilmu.

 

Hari ini merupakan hari besar bagi negerinya, tempat ia lahir dan tumbuh. Namun pemuda yang biasa dipanggil Niel ini tampaknya acuh tak acuh saat mengikuti perayaan kemerdekaan Indonesia. Sampai-sampai ia tertidur di depan laptopnya tanpa sadar. Perayaan demi perayaanꟷlomba demi lomba telah selesai dilaksanakan.

 

Pada akhir acara, diputarkanlah video pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno. Legendaris. Satu kata yang terlintas di benak Nielꟷgemuruh sorak sorai membuatnya seketika terbangun dari lelap tidurnya.

 

17 Agustus 1941

 

Kelopak mata yang sayu itu pun ia buka perlahan-lahan. Gelap. Sekelebat kabut hitam yang entah dari mana munculnya menyambut pemuda itu beriringan dengan sunyi di tempat yang asing. Matanya menelaah sudut demi sudut ruangan yang ia yakini bukanlah kamar yang biasa ia tempati. Ruangan itu lebih kecil dari miliknya, lebih kelam suasananya, lebih naas dengan kertas koran berserakan sepanjang kaki dapat menapak.

 

“Ruslan, sedang apa kau bengong begitu? Cepat ikut aku cari bahan,” seru seorang pria bertubuh tinggi dengan suara bariton, mengisyaratkan Niel agar ikut dengannya. “Tapi.. namaku bukan Rus-” belum sempat menyelesaikan kalimatnya, ia dikagetkan dengan pantulan dirinya di cermin. Ruslan Tjokoherdjo. Legenda jurnalistik Indonesia yang ikut berjuang dalam kemerdekaan. Niel tahu Ruslan, ia pernah membaca biografi tentangnya untuk tugas sejarah Indonesia. Namun, mengapa aku berada di tubuhnya? Mimpi yang menurutnya sangat realistis itu membuatnya heran.

 

Niel pun pasrah dan memilih untuk bergegas mengimbangi pria tadi. Di depan sampul buku yang berada di tangan pria asing itu tertulis Hassan M.T. Dengan berbekal asumsi bahwa orang tersebutlah pemilik nama Hassan, Niel memberanikan diri untuk bertanya, “Kita mau kemana San?” Sang pria pun menoleh dan menjawab, “Nyari bahan loh Rus, buat bikin tulisan, seluruh negeri harus tahu apa yang terjadi di sini. Kalau bisa bahkan ke dunia” ucap Hassan dengan nada prihatin.

 

Kedua pemuda tersebut telah sampai di suatu gedung yang Niel percaya adalah rumah sakit di daerah itu. Sepanjang perjalanan bak neraka bagi Niel. Biasa hidup di kota yang sejuk dan asri, membuatnya bergidik ngeri melihat kondisi jalanan di kota asing ini. Ia tahu ini Jakarta, namun jalanannya dipenuhi dengan truk dan banyak orang yang terluka. Sepertinya baru saja ada penyerangan.

 

“Gimana keadaan di jalan San?” tanya seorang perawat di rumah sakit itu. Sepertinya merekaꟷtermasuk ia yang kini menjadi Ruslanꟷkenal dengan perawat itu, karena setelah itu Hassan menjawab dengan menyebutkan nama Aida dan menggambarkan kengerian dunia luar rumah sakit.

 

“Kalau begini terus pasokan obat akan habis dan banyak masyarakat akan terlantar lalu mungkin tak selamat karena lukanya terinfeksi,” ujar Aida yang terlihat frustasi akan keadaan sekarang.

 

Gemuruh yang merupakan suara dari tembakan terdengar, “TOLONG! Tim darurat segera memasuki ambulans yang tersisa, baru saja terjadi penembakan di depan taman kota,” teriak seseorang dari jauh sana dengan nada panik tak terkira.

 

Cepat kaki, ringan tangan. Seluruh tim medis yang ada pun berlarian menuju tempat untuk mengevakuasi para korban. Sangat banyak. Terlalu banyak. Darah berceceran dimana-mana menjadikan jalan depan taman itu lebih mirip seperti medan perang. Banyak yang terluka ditembaki oleh musuh.

 

Niel dan Hassan pun ikut membantu mengangkut anak kecil yang tak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri. Satu demi satu korban telah diselamatkan, namun ada satu anak perempuan yang berada di tengah jalan. Kakinya terkilir dan ia tidak dapat bangun sendiri. Baru saja Niel hendak membawa tubuhnya mendekat ke arah gadis malang itu, Hassan sudah terlebih dahulu berlari. “Biar aku saja, di sana berbahaya,” teriak Hassan sembari berusaha membopong tubuh sang gadis.

 

DUARR. Suara yang dahsyat kencangnya membuat tubuh Niel diam terpaku. Hening. Membatu. Seketika seluruh suara di muka bumi lenyap bagi Niel. Hingga akhirnya ia jatuh terduduk di tempat, tak percaya apa yang baru saja ia saksikan. Suara peluru yang selama ini Niel dengar, terdengar lebih kencang lagi karena ditembak tepat di depannya. Hassan, gadis malang itu, peluru, darah. Niel tak bisa berbuat apa-apa selain diam dan berusaha mencerna keadaan.

 

Sepersekian detik kemudian ia berusaha berlari menuju tubuh mereka, namun tangannya ditarik oleh seseorang dan mengarahkannya untuk kembali ke ambulans. Kondisi semakin tak terkendali. Tim medis telah berjuang semampu mereka dan tak akan membiarkan korban berjatuhan semakin banyak. Menjauh. Semakin jauh dari medan perang. Niel hanya bisa berteriak penuh amarah ditemani rasa sesak di dada. Meratapi kepergian Hassan yang terlalu tiba-tiba.

 

Kepal tangannya keras, sorot matanya tajam, tekadnya bulat, ia berjanji bahwa kepergian Hassan dan ratusan pejuang lainnya tak akan sia-sia.

 

17 Agustus 1951

 

Niel berada di depan mikrofon, puluhan wartawan sedang meliput dirinya. Ruslan Tjokoherdjo baru saja merilis buku bertajuk Mereka yang Tinggal. Di dalam bukunya Ruslan bercerita akan kisah pahit yang ia harus lalui semasa perjuangan untuk mendapat kemerdekaan. Tentang teman baik yang harus gugur di hadapannya. Tentang sengsara hidup yang ia tanggung lantaran sesal yang tak kunjung pudar.

 

Para wartawan baru saja selesai dan semua orang di ruangan itu tampak sibuk membereskan perlengkapan masing-masing. Namun ada satu pemuda yang berjalan menuju Niel, pemuda itu bertanya mengenai alasan dari judul buku yang ia beri. Menarik. Niel terdiam dan berpikir sejenak untuk memberi penjelasan yang singkat dan padat. “Mereka yang Tinggal bercerita tentang mereka, yang harus tinggal di medan perang selamanya demi yang dapat tinggal hingga saat ini. Meski itu artinya mereka tak akan dapat kembali untuk bersama menikmati masa kini,” ucap Niel dengan lembut namun tegas, seolah-olah ia telah menunggu pertanyaan tersebut seumur hidupnya.

 

17 Agustus 2021

 

Niel hidup sebagai Ruslan Tjokoherdjo sampai beliau berusia 38 tahun, tepat 10 tahun semenjak kepergian Hassan. Mimpi yang panjang dan menguras emosi, itulah yang ada di benak Niel kala ia berusaha kembali ke alam sadarnya. Niel kembali duduk termenung. Perayaan tujuh belasan dari sekolahnya sudah lama berakhir. Langit pun telah berubah gelap dengan sekelebat tinta oranye menghiasi tatkala bulan muncul mengisyaratkan malam segera tiba.

 

Sehari tak terasa telah terlewati. Kini ia sadar akan lika-liku perjuangan di masa lalu, seluruh desak tangis dan darah yang tertumpah. Ia merasa sangat bersalah atas ketidakpeduliannya akan kesulitan para pejuang demi kehidupan yang ia nikmati sekarang. Bagi Niel, hari itulah yang menjadi titik balik dari kehidupannya. Hari saat ia bertekad untuk memperjuangkan kemerdekaan dengan caranya sendiri dan langkah pertama yang ia ambil adalah menghargai hari merdeka.

Berita BPK PENABUR Jakarta - 19 September 2023
Turut Berduka Cita untuk Ibu Maya Widya
Berita BPK PENABUR Jakarta - 09 January 2024
Turut Berduka Cita untuk Ibu Ambar Tri Wahyuni
Turut Berduka Cita untuk Ibu Ambar Tri Wahyuni
Berita BPK PENABUR Jakarta - 09 January 2024
Undangan Sosialisasi PTN (SNPMB) 2023
Undangan Sosialisasi PTN (SNPMB) 2023
Berita BPK PENABUR Jakarta - 09 January 2024
Informasi Pelaksanaan Kelas Tambahan Kelas XII
Informasi Pelaksanaan Kelas Tambahan Kelas XII
Berita BPK PENABUR Jakarta - 31 December 2023
Menjadi Guru, Peran dan Berkat Ganda Menjadi Oran...
Menjadi Guru, Peran dan Berkat Ganda Menjadi Oran...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 01 September 2021
Live Ekstrakurikuler Public Speaking: Building Sk...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 13 September 2021
Upacara Pelantikan Pengurus MPK Periode 2021-2022
Upacara Pelantikan Pengurus MPK Periode 2021-2022
Berita BPK PENABUR Jakarta - 27 September 2021
Kebaktian Siswa: Yesus Mengasihi Semua Orang
Kebaktian Siswa: Yesus Mengasihi Semua Orang
Berita BPK PENABUR Jakarta - 17 September 2021
Kebaktian Siswa: Togetherness
Kebaktian Siswa: Togetherness
Berita BPK PENABUR Jakarta - 01 September 2021
Agenda Minggu 1 Bulan September 2021
AGENDA MINGGUAN SMAK 5 PENABUR Jakarta MINGGU KE ...
Berita Lainnya - 19 September 2024
Narasi untuk PENJURU (Pencarian Jurusan) 2024
Berita Lainnya - 12 September 2024
Tuhan, Korbankanlah Hati Kami dengan Kasih dan Se...
Tuhan, Korbankanlah Hati Kami dengan Kasih dan Se...
Berita Lainnya - 11 September 2024
Tuhan Yesus, Penuhilah Kami dengan Sukacita Injil
Tuhan Yesus, Penuhilah Kami dengan Sukacita Injil
Berita Lainnya - 10 September 2024
Tuhan Terus Berusaha Menolong dan Membantu Kita
Tuhan Terus Berusaha Menolong dan Membantu Kita
Berita Lainnya - 09 September 2024
Tetap Semangat untuk Menyampaikan Kebenaran dan M...
Tetap Semangat untuk Menyampaikan Kebenaran dan M...
Berita Lainnya - 09 January 2024
Let’s Learn from Mistake and Practice Forgiveness!
Berita Lainnya - 08 January 2024
Keberhasilan Seseorang Ditentukan oleh Penyerahan...
Keberhasilan Seseorang Ditentukan oleh Penyerahan...
Berita Lainnya - 05 January 2024
Renungan Tuhan Selalu Terbaik
Renungan Tuhan Selalu Terbaik
Berita Lainnya - 04 January 2024
Bukan Berat Masalah yang Membuat Seseorang Ingin ...
Bukan Berat Masalah yang Membuat Seseorang Ingin ...
Berita Lainnya - 03 January 2024
Tuhan Membiarkan Anak-Anak Datang kepada-Nya dan ...
Tuhan Membiarkan Anak-Anak Datang kepada-Nya dan ...
Berita Lainnya - 19 August 2022
Orientasikan Hidup kepada Tuhan
Berita Lainnya - 22 August 2022
Hartaku untuk Kemuliaan Tuhan
Hartaku untuk Kemuliaan Tuhan
Berita Lainnya - 15 August 2022
merespon segala sesuatu secara positif
merespon segala sesuatu secara positif
Berita Lainnya - 08 August 2022
Jangan Menjadi Batu Sandungan !
Jangan Menjadi Batu Sandungan !
Berita Lainnya - 04 August 2022
Tuhan, bimbing aku untuk menemukan harapan dalam ...
Tuhan, bimbing aku untuk menemukan harapan dalam ...

Choose Your School

GO