Desa Kaya Budaya di Tepi Pantai
Berita Lainnya - 15 March 2021
Desa Kaya Budaya di Tepi Pantai
( Kampung Adat Ratenggaro, Sumba )
Sumba identik dengan berbagai keindahan wisata alam dan budayanya yang seringkali dijadikan tujuan wisata. Salah satunya Desa Adat Ratenggaro yang merupakan salah satu kampung adat yang kental akan budaya leluhurnya dan dikenal karena ciri khas bangunannya yang bernuansa zaman megalitikum. Desa adat ini terletak di Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Ratenggaro sendiri berasal dari 2 kata yakni Rate yang berarti kuburan dan Garo merupakan suku pertama yang menduduki desa tersebut.
Menurut kepercayaan setempat, dulunya desa ini diperebutkan oleh beberapa suku dan dimenangkan oleh Suku Garo. Sementara itu, orang yang gugur saat perang antar suku akan dikuburkan di bawah kubur batu khas zaman megalitikum yang berbentuk segi empat seperti meja. Keberadaan kuburan batu tua di sekitar perkampungan membuat para pengunjungnya merasa kembali ke zaman megalithikum sekitar 4.500 tahun yang lalu. Tidak hanya terkenal dengan kubur batu, desa ini juga memiliki beberapa bangunan unik yang menjadi daya tarik wisatawan. Berikut beberapa objek wisata khas Desa Ratenggaro yang masih kental dan kaya akan nilai budaya tradisional.
1.Rumah Adat
Rumah adat Ratenggaro atau disebut juga Uma Kalada memiliki ciri khas menara yang menjulang setinggi 15-20 meter. Tinggi menara atap Uma Kalada ditujukan sebagai bentuk penghormatan kepada arwah para leluhur, sehingga rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal tetapi juga sebagai sarana pemujaan.
Atapnya berbahan dasar jerami dan tinggi rendah atapnya menunjukan status sosial mereka. Bangunan ini berbentuk seperti rumah panggung yang terdiri dari 4 tingkat dengan fungsi yang berbeda-beda. Tingkat paling bawah berfungsi sebagai tempat hewan ternak. Kemudian, tingkatan kedua berfungsi sebagai tempat sang pemilik rumah. Tingkatan ketiga berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen yang pada bagian atas di tempat memasak terdapat semacam kotak yang digunakan sebagai tempat penyimpanan benda keramat. Tingkatan terakhir digunakan untuk meletakkan tanduk kerbau sebagai simbol kemuliaan. Sekilas, rumah adat di Desa Ratenggaro terlihat mirip dengan rumah adat yang ada di Flores dan di Toraja karena persamaanya ada pada rahang babi dan tanduk kerbau yang digantung sebagai simbol bahwa sang pemilik rumah telah melaksanakan upacara adat. Para wisatawan diperbolehkan untuk melihat, menjelajah, dan mendokumentasikan rumah adat Ratenggaro dengan catatan masih menjaga sopan santun di tempat tersebut.
2.Rumah Adat Sakral
Di desa ini, terdapat ritual khusus yang dilakukan sebelum mendirikan rumah adat. Ketua adat dari Kampung Ratenggaro akan melakukan ritual dengan tujuan memohon petunjuk dan meminta izin dari para leluhur untuk membangun rumah. Jika disetujui maka penduduk Kampung Rateranggo akan melaksanakan rangkaian upacara selama proses pembangunan rumah.
Sedikit berbeda dengan rumah adat yang sebelumnya, ada empat rumah khusus yang dianggap sangat sakral oleh penduduk setempat yaitu Uma Katoda Kataku dan Uma Kalama sebagai simbol dari ibu. Serta Uma Katoda Kuri dan Uma Katoda Amahu sebagai simbol dari saudara ayah dan ibu. Posisi rumah-rumah ini mewakili empat penjuru mata angin dan letaknya saling berhadapan. Uma Katoda berada di bagian paling selatan dan menghadap ke utara dan berhadapan dengan Uma Kalama yang menghadap ke selatan. Sedangkan Uma Katoda Kuri berada di timur menghadap ke barat dan berhadapan dengan Uma Katoda Amahu yang menghadap ke timur. Pendiri kampung tinggal di Uma Katoda Kataku yang berada di paling selatan menghadap ke utara untuk mengingatkan bahwa leluhur mereka berasal dari utara.
Terdapat cincin atau gelang pada tiang-tiang utama keempat rumah adat sakral ini. Posisi dan jumlah rumah-rumah yang terdapat di Desa adat Ratenggaro tidak pernah berubah dari dahulu dan semuanya terbuat dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitar mereka. Rumah adat Ratenggaro terbuat dari dominasi bahan kayu jati dan bambu. Pada acara khusus atau acara adat tertentu, satu bangunan rumah adat Ratenggaro dapat ditempati oleh puluhan keluarga di mana pada hari-hari biasa hanya berisi satu keluarga saja.
3.Kubur Batu
Setidaknya terdapat 304 buah kubur batu dan 3 di antaranya yang terletak di pinggiran laut memiliki bentuk yang unik. Kuburan tersebut berbentuk menyerupai meja datar yang berukuran besar.
Adanya ukiran dan pahatan di setiap kubur batu menambah kesan magis yang mendalam. Selain batu kubur leluhur atau raja, terdapat juga batu kubur warga Ratenggaro lainnya dengan ukuran yang lebih kecil. Meskipun setiap harinya selalu terkena hantaman angin kencang dari arah laut namun kuburan ini tetap terlihat kokoh.
4.Pantai Ratenggaro
Perjalanan dari desa adat menuju Pantai ini dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 5 menit jika naik kendaraan. Dari desa adat kita juga bisa menikmati pantainya secara langsung. Pantai yang keindahannya sudah diakui dunia ini memiliki beberapa keunikan. Pantai yang letaknya tepat di muara sungai dengan air biru ini memiliki kondisi alam sekitar pantai yang masih alami dan sangat bersih serta dilengkapi dengan garis pantainya yang ditandai oleh pasir putih. Besar ombaknya juga sangat cocok untuk berselancar, bahkan suara gemuruhnya dapat terdengar dari desa sebelah. Saat berjalan di sekitar pantai, wisatawan akan melihat kuburan makam dari Putra pendiri Desa Adat Ratenggaro setinggi 3 meter. Tidak hanya kerap dikunjungi oleh wisatawan pada siang hari, pantai ini juga kerap dikunjungi oleh penduduk lokal pada malam hari.
Kunjungan ke Sumba sebaiknya dilakukan bersamaan dengan Upacara Pasola, yang merupakan upacara besar yang dilakukan oleh masyarakat Sumba yang masih menganut agama asli Marapu (agama lokal masyarakat sumba). Upacara ini dilakukan secara bergiliran antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya di empat kampung, yakni kampung Kodi, Lamboya, Wanokaka, dan Gaura. Namun perlu diketahui bahwa hampir semua peraturan adat di Ratenggaro tak tertulis. Sehingga wisatawan harus selalu taat kepada semua tata krama kampung adat untuk menghindari kesalahan dalam bertingkah yang berujung pada sanksi berat serta tetap menghargai dan melestarikan budaya setempat.
Oleh : Grace Aurelia Adithian XIS1/13
Disunting oleh : Valerie Livia Mesianik XIS1/33
Sumber:
wikipedia
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/02/14/kearifan-lokal-berbalut-wisata-di-kampung-ratenggaro
https://www.nativeindonesia.com/desa-adat-ratenggaro/
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/sensasi-magis-kuburan-batu-di-desa-adat-ratenggaro/
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur