Pojok BEST : "When Jesus Speaks to My Heart" by Farel Fernando, XI Ester
Refleksi PKBN2K - 06 November 2024
Dalam perjalanan hidup saya, nilai rendah hati menjadi pilar penting yang selalu saya usahakan untuk terapkan. Terkadang, saya terjebak dalam ambisi pribadi dan pencapaian, tetapi ketika merenungkan ajaran Kristiani, saya belajar untuk merendahkan hati. Merendahkan hati berarti menghargai orang lain dan memahami bahwa setiap orang memiliki cerita serta perjuangannya sendiri. Dalam proses ini, saya menjadi lebih terbuka terhadap kritik dan saran dari orang lain, yang membantu saya tumbuh. Dengan sikap rendah hati, saya juga dapat melihat kekuatan dalam kelemahan dan menyadari bahwa saya tidak sendiri dalam perjalanan ini. Ini mengingatkan saya bahwa hidup adalah tentang saling mendukung satu sama lain. Di sekolah, ketika saya mendapatkan nilai terbaik di kelas, saya berusaha untuk tidak sombong dengan memamerkannya atau meremehkan teman-teman yang mungkin tidak seperti saya. Ketika mereka membicarakan tentang nilai saya, saya berusaha untuk tidak menyombongkannya, malahan sebaliknya, ketika ada yang membutuhkan bantuan saya pasti akan mengajak dan menawarkan bantuan dengan sebaik mungkin. Sikap ini tidak hanya membuat hubungan kami lebih baik, tetapi juga menciptakan suasana saling mendukung di kelas. Dengan merendahkan hati, saya belajar untuk menghargai usaha teman-teman saya dan memperkuat ikatan persahabatan. Ini mengingatkan saya bahwa setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Selanjutnya, nilai kepedulian juga mengubah cara saya berinteraksi dengan orang lain. Saya menyadari bahwa kepedulian bukan hanya tentang menunjukkan simpati, tetapi juga bertindak untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dalam berbagai kesempatan, saya berusaha untuk lebih peka terhadap keadaan orang-orang di sekitar saya. Seperti ketika saya dalam perjalanan pulang menaiki angkot, saya pernah mendapati sebuah penumpang yang ikut naik angkot yaitu seorang ibu dan kedua anaknya yang masih kecil. Pada saat itu mereka membawa barang yang cukup besar diplastik, dan kebetulan kami berpindah angkot karena angkot tersebut ingin berganti arah. Pada saat itu saya melihat ibu tersebut terlihat kesulitan mengurusi anak-anaknya ditambah lagi membawa barang tadi. Saya yang melihat hal tersebut merasa bahwa saya harus melakukan suatu hal, sehingga otomatis saya pun menawarkan bantuan kepada ibu tersebut untuk memindahkan barang tersebut ke angkot yang lain, dan ibu itupun tersenyum dan menjawab ya. Dengan melakukan hal tersebut pun saya merasa lebih terhubung dengan mereka. Kepedulian ini juga membuat saya lebih bersyukur atas berkat yang saya miliki dan mendorong saya untuk membagikannya. Melalui kepedulian, saya belajar bahwa setiap orang berhak mendapatkan perhatian dan kasih melakukan suatu hal.
Lalu ada penguasaan diri yang merupakan nilai yang juga penting dalam hidup saya. Saya menyadari bahwa dalam berbagai situasi, emosi dapat dengan mudah menguasai pikiran dan tindakan saya. Ketika menghadapi tekanan di sekolah atau dalam interaksi sosial, saya seringkali mengalami ketidakstabilan emosi yang cepat berubah, akan tetapi saya berusaha untuk tetap tenang dan berpikir jernih. Dengan melatih penguasaan diri, saya belajar untuk menanggapi situasi dengan lebih bijak dan tidak terbawa emosi. Sehingga hal ini juga membantu saya menjaga hubungan yang harmonis dengan orang lain dan tidak merusak suasana. Penguasaan diri membuat saya lebih sadar akan tindakan saya dan membantu menciptakan suasana yang lebih positif di sekitar saya.
Kemudian ada nilai ketekunan menjadi nilai yang saya pegang teguh dalam mencapai tujuan akademis dan pribadi. Saya menyadari bahwa tidak semua hal dapat dicapai dengan cepat; banyak hal berharga memerlukan waktu dan usaha yang konsisten. Ketika menghadapi pelajaran yang sulit, seperti pelajaran matematika, pada awalnya nilai saya sangatlah rendah pada pelajaran ini sehingga saya berusaha untuk tidak menyerah dan terus belajar. Pada awalnya nilai saya masih sama bahkan menurun sehingga sayapun berpikir “apakah semua yang saya lakukan berguna”, saya juga sempat kecewa dengan nilai-nilai yang saya dapatkan bahkan hingga ingin menyerah. Akan tetapi saya ingin membuktikan bahwa saya masih dapat berkembang. Dari situlah saya menyadari bahwa dengan ketekunan, saya dapat melihat kemajuan yang saya buat, meskipun mungkin lambat ataupun sempat masih sama saja. Saya belajar bahwa ketekunan bukan hanya tentang mencapai hasil yang diinginkan, tetapi juga tentang menikmati proses belajar dan menghargai diri sendiri yang sudah bekerja keras. Dengan menerapkan nilai ini, saya berharap dapat menginspirasi orang lain untuk terus berjuang dan tidak mudah menyerah.
Pada akhirnya perjalanan saya dalam menghidupi keseharian dengan nilai-nilai Kristiani seperti rendah hati, kepedulian, penguasaan diri, kesetiaan, dan ketaatan membantu saya untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Nilai-nilai tersebut mengajarkan saya untuk menghargai orang lain, membuka diri terhadap kritik, dan membantu sesama dengan tulus. Dalam setiap interaksi dan tindakan, saya berusaha untuk melihat kelebihan dan kelemahan masing-masing orang, serta mengatasi godaan ego dan ambisi pribadi demi menciptakan lingkungan yang saling mendukung. Melalui sikap rendah hati, kepedulian, dan penguasaan diri, saya belajar bahwa hidup ini bukan hanya tentang pencapaian pribadi, melainkan juga tentang berbagi dan memberi, demi kesejahteraan bersama. Semua ini memperkuat iman saya dan memotivasi saya untuk terus menjalani hidup sesuai dengan ajaran Kristiani.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur