Sekolah Kristen BPK PENABUR Terbaik & Favorit di Cianjur

RENOVASI SEKOLAH

Berita Cianjur - 25 January 2021

Read More
Sekolah Kristen BPK PENABUR Terbaik & Favorit di Cianjur

BERITA DUKA

Berita Cianjur - 05 May 2021

berita duka

Read More
Sekolah Kristen BPK PENABUR Terbaik & Favorit di Cianjur

Hari Anak Sedunia

MEDIA DAY - 20 November 2020

Read More

Raden Adjeng Kartini

MEDIA DAY - 21 April 2021

 

Raden Adjeng Kartini

Lahir dari keluarga bangsawan, beliau menggunakan kesempatan itu untuk memajukan perempuan pribumi Jawa. beliau meninggal pada usia 25 tahun dan hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Kartini.

Raden Adjeng Kartini atau lebih sering dikenal dengan nama R. A. Kartini merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. beliau dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita pribumi kala itu.

Wanita yang lahir di Jepara, 21 April 1879 ini berasal dari keluarga priyayi atau bangsawan Jawa. beliau putri dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M. A. Ngasirah. Sang ibu merupakan istri pertama namun bukan yang utama.

Kala itu, sang ayah merupakan seorang Wedana (kepala wilayah administrasi kepemerintahan di antara kabupaten dan kecamatan). Ada kebijakan dari pemerintah Belanda, jika ingin menjadi bupati, maka ayah Kartini harus menikah dengan keturunan priyayi juga.

Sementara M. A. Ngasirah hanyalah orang biasa. Ibunya beliau merupakan anak dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, yang merupakan guru agama di Telukawur, Jepara. Sedangkan sang ayah masih berada di garis keturunan Hamengkubuwono VI.

Karena situasi keluarga yang seperti itu, ayah Kartini pun memutuskan untuk menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan yang merupakan keturunan langsung dari Raja Madura. Kartini merupakan anak ke-5 dari 11 bersaudara yang terdiri dari saudara kandung dan saudara tirinya.

Beliau semasa kecil berbeda dengan anak-anak perempuan di kampungnya. Ia mendapatkan kesempatan sekolah bagus. Kartini menempuh pendidikan di ELS (Europese Lagere School) hingga usianya 12 tahun. Setelah itu, ia dipingit di rumah. Karena pada masa itu ada tradisi wanita Jawa harus tinggal di rumah dan dipingit.

Selama sekolah di ELS, Kartini belajar Bahasa Belanda. Karena bisa berbahasa Belanda tersebut, di rumah pun Kartini tetap belajar dan berkirim surat kepada teman-teman korespondensi dari Belanda salah satunya Rosa Abendanon dan Estelle "Stella" Zeehandelaar. Bahkan, beberapa kali tulisan Kartini dimuat dalam majalah De Hollandsche Lelie.

Dari berbagai buku, majalah, dan surat kabar Eropa, Kartini mulai tertarik dengan cara berpikir wanita-wanita Eropa yang lebih bebas dan maju ketimbang wanita-wanita pribumi kala itu. Dari sanalah timbul keinginannya untuk memajukan para perempuan pribumi yang dinilai masih memiliki tingkat sosial yang rendah.

Karena kondisinya dipingit, tak banyak kegiatan yang bisa dilakukan Kartini di luar rumah.  Namun, bukan berarti dia berdiam diri. Aktivitas surat-menyurat Kartini menjadi senjata perjuangannya. Surat-surat yang ditulisnya lebih banyak berisi keluhan-keluhan tentang kehidupan wanita pribumi khususnya Jawa yang sulit untuk maju.

Salah satunya seperti kebiasaan wanita harus dipingit, tidak bebas menuntut ilmu, dan juga adat yang mengekang kebebasan perempuan. Kartini menginginkan emansipasi, seorang perempuan harus memperoleh kebebasan dan kesetaraan baik dalam kehidupan maupun di mata hukum.

Kartini juga mengungkit isu agama seperti poligami dan alasan mengapa kitab suci harus dihapal dan dibaca tapi tidak perlu dipahami. Bahkan, ada kutipan dari Kartini yang berkata, “Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu.”

Daya nalar Kartini makin matang. Ketika ia menginjak usia 20 tahun, Kartini membaca buku-buku karya Louis Coperus (De Stille Kraacht), Van Eeden, Augusta de Witt, Multatuli (Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta) serta berbagai roman-roman beraliran feminis. Semuanya menggunakan bahasa Belanda.

Tinggal di Jepara membuat Kartini merasa tidak begitu berkembang. Dengan fasilitas yang dimiliki keluarga, ia pun ingin melanjutkan sekolah ke Jakarta atau ke Belanda. Tapi orangtuanya tidak mengizinkannnya meskipun tidak melarangnya untuk menjadi seorang guru.

Kartini pun mengurungkan niatnya dan tetap menjalani hidupnya di Jepara. Pada usia 24 tahun, ia diminta orangtuanya untuk menikah. Kartini menyetujui dan menikah dengan K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, 12 November 1903. Suaminya adalah Bupati Rembang yang telah memiliki 3 istri.

Meski sudah menjadi istri, Kartini tetap bersemangat ingin menjadi guru dan mendirikan sekolah. Keinginan Kartini disambut baik suaminya. Kartini memperoleh kebebasan dan didukung untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.

Setahun menikah, Kartini dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904. Namun, empat hari setelah melahirkan, ajal menjemputnya. Kartini meninggal pada 17 September 1904 dalam usia 25 tahun. Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Meski sudah meninggal, perjuangan Kartini lewat surat-suratnya memiliki arti penting bagi kedudukan wanita Indonesia. Salah satunya, buku "“Habis Gelap Terbitlah Terang".

Berkat jasanya, R. A. Kartini ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada era pemerintahan Soekarno dengan dasar hukum Keppres No.108 Tahun 1964 yang ditetapkan pada 2 Mei 1964 dan menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini.

 

sumber: viva.co.id

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Cianjur

Berita Cianjur - 25 January 2021
RENOVASI SEKOLAH

Cianjur

Berita Cianjur - 05 May 2021
BERITA DUKA
berita duka

Cianjur

MEDIA DAY - 20 November 2020
Hari Anak Sedunia

Cianjur

MEDIA DAY - 25 November 2020
Hari Guru Nasional
Hari Guru Nasional

Cianjur

MEDIA DAY - 26 May 2021
Hari Raya Waisak
Sejarah Waisak

Cianjur

MEDIA DAY - 01 June 2021
Hari Lahir Pancasila

Cianjur

MEDIA DAY - 01 July 2021
Hari Bhayangkara Ke-75
memperingati hari bhayangkara ke -75

Cianjur

MEDIA DAY - 17 August 2021
Hari Kemerdekaan Indonesia
memperingati hari kemerdekaan indonesia

Cianjur

MEDIA DAY - 10 September 2021
Vaksinasi Dosis 1
Vaksinasi dosis 1

Cianjur

MEDIA DAY - 14 October 2021
WEBINAR HARI DONGENG
WEBINAR HARI DONGENG

Cianjur

MEDIA DAY - 21 April 2021
Raden Adjeng Kartini

Cianjur

MEDIA DAY - 09 June 2021
LOMBA DESAIN LOGO HUT 71 BPK PENABUR
LOMBA DESAIN LOGO HUT 71 BPK PENABUR

Cianjur

MEDIA DAY - 10 July 2021
LOMBA AYAT HAFALAN
lomba untuk HUT ke-71 BPK PENABUR

Cianjur

MEDIA DAY - 10 July 2021
LOMBA PENABUR BERMAZMUR
LOMBA PENABUR BERMAZMUR

Cianjur

MEDIA DAY - 10 July 2021
LOMBA CERITA ALKITAB
LOMBA CERITA ALKITAB

Cianjur

MEDIA DAY - 27 January 2022
LDK Siswa 2021

Cianjur

MEDIA DAY - 10 June 2022
PESERTA TERBAIK BIBLE FEST
BIBLE FEST

Cianjur

MEDIA DAY - 24 June 2022
Lulusan SBMPTN 2022
Lulusan SBMPTN 2022

Cianjur

MEDIA DAY - 14 May 2022
Karakter Building Pengurus, Guru, dan Karyawan
Karakter Building Pengurus, Guru, dan Karyawan

Cianjur

MEDIA DAY - 18 July 2022
TAHUN AJARAN 22/23
TAHUN AJARAN 22/23

Cianjur

MEDIA DAY - 19 July 2022
Press Release HUT 72 BPK PENABUR

Cianjur

MEDIA DAY - 23 July 2022
Perayaan HUT ke - 72 BPK PENABUR
Perayaan HUT ke - 72 BPK PENABUR

Cianjur

MEDIA DAY - 17 August 2022
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke - 77
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke - 77

Cianjur

MEDIA DAY - 27 October 2022
PENABUR DISNEY FESTIVAL 2022
PENABUR DISNEY FESTIVAL 2022

Cianjur

MEDIA DAY - 10 January 2023
Selamat Hari Gerakan SATU JUTA POHON
SATU JUTA POHON

Cianjur

MEDIA DAY - 10 January 2023
SELAMAT HARI LINGKUNGAN HIDUP

Cianjur

MEDIA DAY - 11 January 2023
SELAMAT HARI TERIMA KASIH
selamat hari TERIMA KASIH

Cianjur

MEDIA DAY - 06 January 2023
SELAMAT HARI NATAL 2022 DAN TAHUN BARU 2023
Ibadah dan perayaan Natal dan Tahun Baru

Cianjur

MEDIA DAY - 22 January 2023
SELAMAT TAHUN BARU CHINA
SELAMAT TAHUN BARU CHINA

Cianjur

MEDIA DAY - 26 February 2023
Google Doodle Kenang Mendiang Didi Kempot
Google Doodle Kenang Mendiang Didi Kempot